46. Complete

2.5K 76 20
                                    

Tiba di rumah sakit Windy segera ditangani oleh Karin yang sudah dihubungi Rio saat ia tengah dalam perjalanan. Persalinan normal yang akan dilakukan Windy membuat Rio kalang kabut dibuatnya, ia terlalu takut terhadap resiko melahirkan normal yang dijalankan istrinya itu. Meskipun berulang kali Windy berusaha meyakinkan Rio namun tetap saja Rio hanya bisa mengiyakan di mulut, lain lagi dengan di hatinya yang tidak karuan.

"Sayang, kamu yang kuat ya."

Windy hanya membalas dengan senyuman setipis mungkin bahkan bisa saja itu tak terlihat seperti senyuman. Akan tetapi Rio selalu menyemangatinya saat waktu persalinan akan segera tiba.

Rio menggenggam tangan Windy erat dan sesekali mencium kening wanita yang sedang memperjuangkan buah cintanya itu.

"Bismillah sayang." Ujar Rio.

"Iya kak, Bismillah." Jawab Windy dengan senyum. Seakan akan ia tidak merasakan sakit apa-apa. Ia menahan sakitnya agar tidak begitu terlihat supaya Rio tidak khawatir yang teramat dalam. Rio bukannya tidak mengerti, jelas sebagai dokter ia mengetahui bagaimana bayangan seorang perempuan yang sedang melahirkan anak ke dunia.

Windy memeluk lengan Rio dengan erat tatkala ia merasakan kontraksi pada perutnya. Ia meringis kesakitan sembari mengeratkan pelukannya terhadap Rio. Dan Rio membalasnya dengan elusan lembut pada kening wanitanya berharap dengan itu ia bisa sedikit menenangkan.

Beberapa perawat dan ahli medis yang lainnya sesekali mengecek keadaan Windy.

"Dok, sepertinya sudah saatnya. Saya panggil dokter Karin dulu." Ujar salah satu bidan yang bertugas menangani Windy kepada Rio dan meninggalkan mereka berdua untuk memanggil dokter Karin.

Rio mengangguk.

"Sayang, kamu yang kuat ya. Ini demi anak kita." ujar Rio berulang kali.

Sementara Windy sudah merasakan sakit yang luar biasa, ia sampai tidak sanggup kiranya menjawab ucapan penenang dari Rio. Namun yang berada dibenaknya sekarang adalah calon buah hati yang akan melengkapi kehidupannya bersama Rio kedepannya. Malaikat kecil yang akan membuat hari-harinya berbeda dari sebelumnya, dan sebuah harapan yang tersemat di dalamnya. Ya, mungkin itulah motivasi dari dalam dirinya yang mampu membuatnya menahan rasa sakitnya sekarang ini.

Proses persalinan berjalan lancar walaupun memakan waktu yang cukup lama, akan tetapi dibalik semua itu semua terbalaskan saat terdengar suara tangis bayi yang masih berlumur darah.

"Selamat dok, bayinya laki-laki." Ujar dokter Karin sembari memperlihatkannya kepada Rio.

"Alhamdulillah"

Rio tidak dapat berkata apa-apa lagi selain bersyukur yang tiada tara di lubuk hatinya. Tanpa terasa ia reflek melakukan sujud syukur kala itu juga. Bayinya lahir selamat dan normal. Buah hatinya bersama istri tercintanya.

Sementara Windy terkulai lemas usai persalinan. Matanya menyipit, namun pandangannya masih dapat menangkap bayangan Rio yang menampakkan wajah bahagia dan begitu bersyukur serta bernafas lega. Ia menang, menang melawan rasa sakitnya dan sudah seutuhnya merasakan bagaimana perjuangan untuk menjadi seorang ibu seutuhnya.

Rio membawa bayi mereka ke pandangan Windy, ia tahu jika istrinya itu juga penasaran.

"Sayang, anak kita. Laki-laki." Ujar Rio penuh haru dengan mata berkaca-kaca karena terlalu bahagia.

Windy mengangguk sembari tersenyum dan air mata juga mengalir dari pelupuk matanya. Ia mengulurkan tangannya untuk dapat menjangkau jemari mungil milik buah hatinya. Dan dapat merasakan bahwa itu adalah nyata. Anugerah Tuhan yang sudah dilimpahkan kepadanya. Yang akan ia jaga untuk selamanya bersama dengan suaminya, Rio.

Let's Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang