"Kamu hamil."
Dengan senyuman lebar Rio segera memeluk Windy. Rasanya campur aduk mengetahui istrinya hamil. Dan yang perlu digaris bawahi adalah dia orang pertama yang tahu itu.
Rio tidak menyangka akan sebahagia ini saat ia merasakan menjadi calon ayah dari anaknya kelak. Ia berkali-kali menggumankan syukur kepada yang Maha kuasa, yang telah memberikan mereka kepercayaan untuk memiliki momongan.
"Beneran kak?" Tanya Windy meyakinkan lagi.
Rio mengangguk.
"Iya. Makasih sayang." Ucap Rio lagi lalu beralih pada perut Windy.
"Sehat terus ya anak papa." Dan untuk pertama kali menyapa calon buah hatinya itu, air mata Rio merembes tanpa ia sadari.
Windy yang melihatnya terenyuh, ia tak tahu jika Rio akan sebahagia ini mendapati dirinya hamil.
Ia menyentuh pipi Rio dan mengusapnya pelan tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ia terlalu bahagia sekarang ini. Ya, di dalam dirinya sedang ada buah cintanya dengan suaminya, Rio. Dan ia berjanji untuk menjaga itu sampai calon bayinya melihat indahnya dunia.
"Kak, kabarin mama papa kita." Ucap Windy.
Rio mengangguk, "nanti kita undang mereka kesini." Ucap Rio yang disetujui Windy.
"Sekarang ke rumah sakit yuk. Biar diperiksa yang lebih detail sama spesialis kandungan." Ujar Rio.
Windy mengangguk semangat.
"Ditemenin kakak?"
"Iyalah sayang." Jawab Rio sembari mengacak rambut Windy gemas.
Dengan semangat mereka berangkat ke rumah sakit, namun tetap saja Rio yang paling semangat.
"Kak Karin." Panggil Rio saat melihat Karin, rekan sesama dokter yang lebih tua darinya terlihat sedang berjalan di depan bagian informasi.
Karin menoleh, lalu melebarkan senyumnya melihat adik tingkatnya itu datang bersama istrinya.
"Widihh.. sekarang kerjanya dianterin istri nih." Goda Karin.
"Iya dong." Jawab Rio percaya diri. Sementara Windy disampingnya hanya melebarkan senyum karena ia tak begitu kenal dengan Karin, hanya pernah kenalan saat resepsi mereka dulu.
"Kak Karin ada jadwal abis ini?" Tanya Rio pada Karin yang memang spesialis kandungan.
"Ada kayaknya, Yo." Jawab Karin mengingat-ingat.
"Oh gitu. Yaudah kalau gitu aku mau daftar dulu kak." Jawab Rio sembari menarik Windy menuju ke bagian administrasi dan informasi.
Ngapain?
Batin Karin.
Setelah beberapa saat ia berfikir, ia segera menyunggingkan senyumnya.
"Rioooooo." Panggil Karin sedikit keras, beruntung waktu itu keadaan sedang sepi. Jika tidak sudah pasti Karin akan terkena peringatan.
"Apaan sih kak teriak-teriak?"
"Jangan bilang kalo istri lo.." ucap Karin menggantung.
"Kenapa?"
"Istri lo hamil?" Tanya Karin sedikit berhati-hati pada kalimatnya. Ia hanya takut kalau alasan Rio menanyakan jadwalnya hanya untuk berkonsultasi biasa seputar kandungan, bukannya check up kehamilan. Dan ia takut menyinggung keduanya jika memang Windy belum hamil.
Rio tidak menjawab namun ia hanya tersenyum lebar. Dan sedetik kemudian ia menganggukkan kepalanya.
"Ya allah, selamat ya. Jadi bapak juga kan lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Fall in Love
Ficção GeralPernikahan yang dijalani dengan rasa kakak-adek zone. Apakah akan selamanya begitu? Semua berawal dari perjodohan yang dilakukan oleh orangtua mereka. Lantas apakah keduanya akan saling jatuh cinta? Highest Rank : #54 20/1/18 in General Fiction