44.

2.8K 107 12
                                    

"Sayang, kamu kok gak ngidam-ngidam lagi sih?" Tanya Rio saat tengah bermanja-manja pada Windy. Pasalnya Windy hanya sekali meminta pada Rio. Hanya ice cream strawberry yang mudah ditemukan didepan apartemen mereka.

Hari ini adalah hari minggu, dan juga Rio sudah dinyatakan pulih secara keseluruhan setelah menjalani terapi selama hampir dua bulan. Dan sudah sejak dua minggu yang lalu ia sudah mulai beraktivitas kembali.

Windy terlihat berfikir sembari mengelus bagian belakang kepala Rio yang sedang berbaring di pahanya dengan wajah menghadap ke perut buncit Windy. Sesekali ia mencium perut buncit itu.

"Ya gak tahu, Kak. Aku juga gak ngerasa lagi pengen apa-apa." Jawab Windy seadanya.

"Uuuh, anak papa lagi gak pengen ngerepotin papanya ya? Hmm?" Ujar Rio sendirian di depan perut Windy sembari mengelus-elus sayang.

Windy hanya tersenyum geli melihat Rio bermonolog seperti itu.




"Sayang, besok jadwalnya kita check up loh." Ujar Rio seperti teringat akan sesuatu.

"Iya kak, hampir aja lupa." Jawab Windy dengan cengiran khasnya.

Rio menampakkan wajah masamnya hanya sepersekian detik, yaitu hanya untuk menanggapi jawaban Windy atas dirinya.

Asal kalian tahu, sejak Rio sadar dari komanya, ia rajin sekali membawa Windy untuk check up kandungan, bahkan tanpa diketahui Windy, ia melingkari kalender tepat tanggal berapa saja istrinya itu harus check up. Ia memang memiliki tugas sendiri di rumah sakit, namun saat sudah waktunya Windy harus check up, maka ia akan meminta izin untuk menemani istrinya itu. Padahal mereka check up dirumah sakit yang sama.

"Kakak besok gak usah ijin lagi. Biar aku samperin kesana."

"No."

"Tapi masa iya ijin terus kak tiap bulannya, nanti malah kepotong cuti lagi." Jawab Windy tidak mau kalah. Bukan itu alasan sebenarnya, ia hanya tidak mau Rio libur padahal tujuan mereka adalah tempat Rio bekerja setiap harinya.

"Hmm," Rio tampak memikirkan kembali ucapan Windy itu.

"Boleh ya, nanti aku naik taksi deh." Ujar Windy agar Rio menuruti permintaannya.

"Iyadeh iya. Sini cium dulu." Ujar Rio sembari menunjuk bibirnya.

Bukan seperti yang diharapkan Rio yaitu mendapatkan kecupan di bibirnya, justru yang ia dapatkan adalah pinggangnya yang dicubit oleh Windy.

"Aduh sayang, sakitt." Ujar Rio meringis sembari mengusap-usap bekas cubitan Windy.

"Udah tau perut besar kayak gini suruh nunduk. Mau dedeknya kenapa-napa?"

"Astagfirullah. Kakak lupa sayang." Rio menepuk dahinya. Ia benar-benar lupa jika posisinya sekarang sedang berbaring di paha Windy.

"Anak sendiri bisa lupa?"

"Gak gitu sayang."

"Bukan-"

Cup.

Windy terbelalak saat dengan cepatnya bibir Rio sudah menempel pada bibirnya.

Cukup lama tanpa ada yang menggerakkan bibir diantara keduanya,

"Kayak pertama kali dicium aja." Ujar Rio sedikit terkikik.

"Apaan sih." Windy tidak dapat menampik omongan Rio. Benar adanya jika dia masih saja grogi saat Rio tiba-tiba melakukan hal yang seperti itu.

"Cieee.. baby. Mamanya blushing tuh." Ujar Rio yang tampak seperti berbisik ke arah perut Windy namun masih saja bisa didengar oleh Windy.

Let's Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang