23. Kosong

3.4K 128 17
                                    

"Rio, ayoo" teriak Deka yang sudah berlalu dengan yang lainnya.

Rio menoleh sejenak ke arah Deka, dan kembali menfokuskan pandangannya pada Windy.

"kakak pergi ya," ucap Rio sembari mencium pipi kanan Windy sekilas.

"Kakak sayang kamu" ucapnya lalu meninggalkan Windy yang diam terpaku ditempat.

🏵🏵🏵

Windy masih belum mengerti dengan ucapan Rio barusan. Sayang? Maksudnya apa? Bukan – bukan, ia tau arti kata sayang itu namun yang ia bingungkan adalah sayang sebagai apa?

Setelah menetralkan perasaannya ia kembali ke rumah, ia rasa pesawat Rio sudah take off sejak tadi. Ia pun keluar dari bandara untuk mencari taxi karena tadi Rio tak mau pergi dengan membawa mobil sendiri, ia takut akan Windy yang pulang dengan menyetir mobil sendirian.

Sesampainya di apartemen windy terkejut akan kehadiran keempat sahabatnya yang sedang menunggu dirinya di depan pintu apartemen.

"lama amat sih lo, kita nunggu sampek lumutan tau" gerutu Dion kesal yang mungkin sudah lama menunggu.

Windy kaget, sudah cukup lama mereka tidak bertemu karena kesibukan masing-masing dan sekarang lihat, mereka semua berkumpul disini tanpa memberitahu terlebih dahulu. Ckck, benar – benar penuh kejutan.

Windy sedikit bingung, pasalnya ia tak pernah memberitahukan dimana ia tinggal dengan Rio tapi kenapa mereka semua bisa tau alamatnya sekarang.

"bentar-bentar, kok kalian semua kesininya barengan gini? Gak ngasih tau apa-apa lagi." Protes Windy pada sahabatnya itu.

"kita disuruh suami lo, Win. Duh ternyata so sweet juga ya laki lo." Ucap Fanya disertai senyumnya yang mengembang saat memuji Rio.

Suami? Jadi kak Rio yang ngundang mereka?

"maksud kalian.."

"ehem, ini dilanjut di dalem gak bisa apa ngobrolnya?" potong Dion cepat. Mungkin ia terlalu lelah menunggu Windy yang lama.

"eh iya iya, bawel lu" ucap Windy kemudian mengetikkan password di sebelah pintu untuk membuka apartemennya.

🏵🏵🏵

"keren banget ni apartemen" celetuk Dion saat memasuki kediaman Rio dan Windy yang tak pernah ia kunjungi itu. Memang benar, meskipun apartemen mereka sederhana namun barang-barang yang berada di dalamnya bergaya simple namun tetap menampakkan kesan mewah yang tak berlebihan.

"kalian mau minum apa?" tanya Windy.

"elah Win, kayak sama siapa aja. Duduk aja lagi. Kita lama loh gak ngobrol-ngobrol gini" ucap Dina menanggapi tawaran Windy.

"huu.. iyadeh iya, kalo mau apa-apa ambil aja di kulkas sebelah sana ya" ucap Windy sembari menunjuk ke arah kulkas yang terletak di samping meja makan.

"itumah gampang" jawab Dion yang disetujui oleh lainnya.

"eh by the way, kok kalian bisa tau alamat gue sekarang. Bukannya gue belum sempet ngasih tau ya?" tanya Windy menyuarakan pikirannya yang sempat membuatnya bingung.

"oh itu, kita - kita pada dikabarin sama suami lo, kayak di suruh nemenin lo yang sendirian disini" terang Fanya yang diangguki oleh Dina dan Dion.

"iya tuh Win, kita dikasih tau alamatnya. Kalo kita lagi free suruh maen kesini. Bahkan kalo mau boleh nginep juga" tambah Dion.

Windy mencerna penjelasan dari sahabat-sahabatnya itu.

Segitu pedulinya ya kak Rio sama aku sampek sahabat aku aja disuruh nemenin gini? Batin Windy

Let's Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang