43. Ambigu

4.5K 154 21
                                    

Setelah beberapa hari Rio menjalani pemeriksaan lanjut, akhirnya sekarang ia sudah diperbolehkan untuk pulang dengan catatan ia harus masih menjalani terapi untuk penyembuhan totalnya.

Mereka pulang dengan diantar oleh keluarganya. Semuanya begitu bahagia saat Rio sudah sadar. Terlebih Ira, mama Rio itu langsung menangis haru melihat anaknya kembali. Dan jangan lupakan Dion yang seketika sujud syukur saat tahu Rio sudah sadar.

Mungkin Rio junior memang janin yang kuat. Tapi Windy tidak terlalu kuat untuk menahan ngidamnya yang aneh-aneh. Dan jangan salahkan Windy jika ia meminta ini itu pada Dion.

Saat mendengar kabar jika Rio sudah sadar, Dion segera mendatangi Rio dan menceritakan semua hal yang sudah Windy minta darinya. Dion bercerita layaknya ia adalah seorang politikus yang sedang berkampanye. Rio yang mendengar ceritanya tertawa.

Bisa-bisanya istrinya itu membuat dion susah. Mulai dari mangga muda, yang sekarang bukan musimnya. Siomay tengah malam. Gorengan pagi-pagi. Ngajak ke mall tapi dengan costum kayak ke pantai, lengkap dengan kacamata hitamnya. Dan yang paling aneh adalah Windy pernah minta terbang ke korea. Mendengar permintaan itu Dion seketika berkata, "lo ngidam apa manfaatin gue sih?" Setelah itu barulah Windy mengubur ngidamnya untuk pergi ke tempat dimana idola-idolanya itu berada.




Rio sekarang sedang beristirahat di kamar namun ia tidak tertidur. Penyesalannya masih belum pergi dari hatinya. Ia hanya duduk di ranjang sendirian. Sementara istrinya mungkin sedang memasak di dapur.

Beberapa saat kemudian Windy datang dengan nampan di tangannya yang berisi cemilan yang baru saja digorengnya.

"Kak,"

"E-eh" Rio sedikit kaget karena tiba-tiba Windy sudah ada di dekatnya.

"Ngelamunin apa?" Tanya Windy serius. Ia sebenarnya tahu apa yang dipikirkan Rio. Namun ia juga ingin tahu bagaimana cerita dari sudut pandang Rio.

Rio menggeleng, ia memeluk Windy yang duduk di pinggiran ranjang.

"Maafin aku." Ujar Rio sedikit terisak.

Windy segera melepas pelukannya. Ia menatap Rio lamat, "udah aku bilang. Gak ada yang perlu dimaafin. Kakak udah disini aja aku seneng banget."

"Tap-"

"Dia seneng kak, kakak udah sadar. Jangan bahas lagi. Please."

"Aku cuma ngerasa gak bertanggung jawab udah biarin kamu sendiri di masa kehamilan kamu yang pertama."

Windy tersentuh, memang benar yang dilontarkan Rio. Namun ia cukup kuat jika yang ia perjuangkan itu adalah buah cinta mereka berdua.

"Semuanya udah kita lewatin kak. Tapi janji, kedepannya kakak gak boleh gitu lagi."

Rio mengangguk.

"Kamu tau? Kamu bisa liat aku ketawa saat Dion cerita soal ngidam kamu yang aneh itu. Tapi kamu gak tau kalo di dalem aku nangis. Kenapa bukan aku yang ngerasain itu."

Windy tidak bisa menjawab. Cukup sudah ia mendengar keluh kesah Rio. Sedikit banyak yang Rio rasakan sama dengan dirinya. Rio yang tidak bisa memenuhi ngidam Windy, dan Windy yang tidak bisa minta ini itu ke Rio. Semuanya sudah dirasa impas saat Rio membuka matanya.

Windy berhambur ke pelukan Rio lagi. Ia merasakan betul apa yang dirasakan Rio. Rio sedikit menggeser tubuhnya sedikit ke tengah sehingga Windy juga ikut berbaring di ranjang.

"Kakak tidur siang dulu, ya." Ucap Windy sembari mendongak untuk melihat Wajah Rio.

Rio mengangguk dalam keadaan mata tertutup.

Let's Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang