36. So, I'm?

3.8K 156 28
                                    

"Huekk."

Windy segera bangun dan turun dari ranjang, ia segera ke kamar mandi untuk memuntahkan isi dari perutnya yang terasa mual tadi.

Rio mengikuti dari belakang. Saat Windy memuntahkan muntahannya di closet, ia memijit pundak Windy pelan. Namun muntahan yang dikeluarkan hanya berupa cairan saja.

Mungkin karena aku belum sarapan.

Guman Windy.

Ia segera membalikkan tubuhnya, raut wajah Rio menunjukkan jika ia khawatir. Windy segera memeluknya, entah kenapa ia ia senang sekali memeluk Rio akhir-akhir ini.

"Maafin aku." Ucap Windy dalam pelukan Rio.

"Tidur dulu, kamu sakit." Jawab Rio.

Rio menolak membahasnya dan sekarang ia mendahului Windy keluar dari kamar mandi. Windy pun mengikutinya dengan lesu.

"Kak," panggil Windy pada Rio yang sedang memainkan hp nya di ranjang.

"Hmm"

"Boleh ngomong?" Tanya Windy hati-hati.

Rio pun menghela nafasnya kasar lalu ia meletakkan hp nya begitu saja di kasur. Ia menatap Windy dengan tatapan datarnya.

Ya, ia harus memperjelas semuanya.

"K-kejadian di pesta ulang tahun adik Daniel itu sumpah diluar bayangan aku, kak. Dan aku gak tau kalo Daniel bakal ngelakuin itu."

Rio masih diam. Ia menatap Windy seakan menuntutnya untuk melanjutkan cerita tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

"T-terus " Windy tak melanjutkan kata-katanya, airmatanya pun perlahan menetes kembali.

"Terus?"

Windy menghapus airmatanya sembari sedikit terisak. Ia juga tidak tahu kenapa ia menjadi cengeng seperti ini.

"Terus aku cari kakak, tapi kakak gak ada. Dan apa cobak maksudnya ninggalin mobil buat aku sementara kakak kehujanan gak tau kemana."

"Jadi?"

"Jadi apa kak?" Tanya Windy bingung.

"Kamu pulang dengan Daniel apa bawa mobil kakak?" Tanya Rio memastikan.

"Pulang sendiri."

"Trus Daniel?" Tanya Rio selidik, ia butuh jawaban yang jelas tentang kejadian malam itu. Ia memaafkan Windy, namun ia masih butuh kejelasan untuk semua ini.

"Apaan sih, kak. Aku gak ada apa-apa sama dia." Keukeuh Windy.

"Lamarannya?"

"Mana bisa aku nerima lamarannya, kak. Sementara disampingku ada suami yang sayang banget sama aku." Ucap Windy lalu mengabulkan keinginannya sendiri yaitu memeluk Rio.

Rio tersenyum, lega rasanya ia mendengar penjelasan itu terlebih mulai dari kemarin Windy lebih sering memeluknya.

"Kak," panggil Windy masih dalam pelukan Rio.

"Hmm?"

"Kemarin kakak marah?" Tanya Windy.

"Enggak."

Windy menyerngit, ia melepaskan diri dari pelukan Rio.

Ia menatap Rio dengan pandangan bingungnya, Rionya tidak marah tapi dia sampai sakit karena kehujanan?

"Trus kenapa kalo gak marah kakak malah pergi?"

"Takut kecewa aja kalo misalnya kamu nerima lamaran Daniel dan malah ninggalin aku."

Let's Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang