"selamat pagi." Ucap Rio sembari tersenyum saat Windy mengerjapkan matanya karena kilau matahari pagi.
Setelah matanya dapat menyesuaikan barulah Windy sadar betul dari tidurnya. Ia melihat Rio yang tersenyum ke arahnya dengan tubuh yang tertutup selimut namun bagian atasnya terlihat jika ia sedang tidak mengenakan baju. Dan ia juga melihat tubuhnya sendiri. Sama, ia dan Rio sama – sama tidak tertutup sehelai benangpun kecuali selimut yang menghangatkan mereka.
Malu. Windy segera menutup wajahnya dengan kedua tangannya tatkala ia teringat apa yang mereka lakukan semalam.
"ngapain ditutupin eh mukanya?" Tanya Rio sembari menurunkan tangan Windy yang menutup wajahnya itu.
"gak mau ah. Malu." Cicit Windy masih dengan mempertahankan tangannya.
Rio tertawa, "ngapain malu. orang tadi malem enggak." Goda Rio. Pagi – pagi ia disuguhi pemandangan Windy yang malu – malu seperti ini membuatnya semakin bersemangat untuk terus menggodanya.
"kakak ihh" ujar Windy lalu membalikkan tubuhnya menjadi tengkurap. Rio yang melihatnya kembali terkekeh dan segera tengkurap juga lalu meletakkan tangannya diatas punggung polos Windy.
Ia membisikkan sesuatu di telinga Windy, "makasih udah ngejaga kehormatan kamu buat kakak, dan makasih juga udah ngijinin kakak nanem benih di rahim kamu. Semoga Rio junior cepet tumbuh dengan baik disana."
Ucapan Rio mampu membuat Windy merasa beruntung telah dicintai oleh laki – laki sehebat Rio.
Windy terkesima, ia menatap mata Rio yang sedang menatap dirinya dengan pandangan teduh yang menenangkan.
Ia tidak mampu mengungkapkan kata – kata namun hanya bisa menyandarkan kepalanya di bahu Rio.
Cukup lama Windy dalam posisi itu namun Rio tidak menemukan jika istrinya itu akan bangun untuk melanjutkan aktifitasnya, sementara sekarang sudah saatnya ia kembali bekerja di rumah sakit karena jatah libur sudah habis.
Dilihatnya ternyata Windy tertidur kembali, Rio maklumi itu karena mungkin ia kelelahan. Dengan perlahan Rio membenarkan letak kepala Windy agar tidur di bantal dan tidak mengganggu tidurnya. Ia turun dari ranjang lalu mengambil dan memakai baju yang tergeletak di lantai begitu saja.
Selesai dengan masakannnya yaitu nasi goreng, Rio kembali ke kamar untuk membangunkan istrinya itu. Ternyata benar, Windy masih di posisi yang sama seperti terakhir kali ia tinggal.
Rio membangunkan Windy dengan mengelus rambutnya penuh sayang, "Win, bangun."
"hmm"
"udah siang." Ujar Rio.
"e-eh. Iya" jawab Windy setengah sadar lalu mendudukkan tubuhnya sembari menaikkan selimutnya sebatas leher.
Rio masih terus mengamatinya hingga mata Windy terbuka penuh.
"kakak ih, jangan liatin mulu" rengek Windy saat mendapati Rio sedang memandangnya. Entah malu rasanya saat Windy melihat Rio sekarang, rasanya seperti ia ingin menutupi wajahnya dengan selimut daripada harus berujung dengan digoda Rio lagi.
"istri sendiri juga." Ucap Rio dengan mengacak rambut Windy yang tak beraturan.
"sebelum kakak khilaf, mandi gih sana." Lanjut Rio.
"kakak keluar dulu tapi."
"lah ngapain?" tanya Rio sok bingung. Sebenarnya ia tahu maksud Windy, namun biar saja ia berlaga tidak tahu agar bisa menggoda Windy lagi.
"ihh, masa iya mau diperjelas. Keluar pokoknya"
Bukannya keluar, namun Rio malah memilih masuk ke kamar mandi. Windy yang melihatnya kembali menggerutu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Fall in Love
General FictionPernikahan yang dijalani dengan rasa kakak-adek zone. Apakah akan selamanya begitu? Semua berawal dari perjodohan yang dilakukan oleh orangtua mereka. Lantas apakah keduanya akan saling jatuh cinta? Highest Rank : #54 20/1/18 in General Fiction