47. End

1K 41 13
                                    

Setelah 3 hari berada di rumah sakit Windy sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah, beberapa barang sudah dibawa oleh mama Windy, katanya jika sewaktu-waktu para orang tua tidak bisa menjemput saat mereka pulang setidaknya mereka tidak membawa barang terlalu banyak.

"Udah kak?"

"Udah, ini kakak parkir mobil dulu ya. Biar nanti gak ribet."

"Hmm."

Rio keluar membawa barang mereka untuk di taruh dulu di mobil. Dan karena hari ini adalah hari senin para orangtua ada yang memiliki kesibukan sehingga mereka bilang untuk menyusul nanti, lagian barang keperluan mereka sudah ada yang mereka bawa pulang jadi tidak terlalu membuat Rio dan Windy repot packing.

"Sayang, sudah. Ayo. Hati-hati. Sini Dyo biar sama aku dulu." Pinta Rio.

Ia mengambil Dyo dari gendongan Windy dan tangan satunya membantu Windy untuk berdiri lalu menuntunnya duduk di kursi roda.

"Kak, jalan sendiri ajalah. Gausah pakek ini." Tolak Windy saat ia merasa bahwa ada kursi roda di depannya.

"Jangan sayang, pake ini aja. Titik." Ujar Rio tidak dapat dibantah, meskipun Windy akan merajuk bagaimanapun namun jika Rio sudah berkata 'tidak' maka menurut sajalah.

Windy akhirnya duduk di kursi roda. Lalu Rio memberikan Dyo ke dalam gendongannya. Dan dilanjutkan dengan mendorongnya meninggalkan kamar rawat tersebut.

Di saat mereka melewati koridor rumah sakit, beberapa perawat dan dokter yang mengenal Rio memberikan ucapan selamat atas kelahiran anak pertamanya itu diiringi doa yang tersemat dibalik ucapan mereka. Yang mereka jawab adalah ucapan terimakasih dan senyuman tulus atas ucapan-ucapan mereka.

Saat tiba di depan rumah sakit ternyata mobil Rio sudah siap, ia sebelumnya meminta tolong kepada satpam yang tengah jaga tersebut. Satpam tersebut menyerahkan kunci mobilnya kepada Rio, "ini kuncinya, Dok."

"Makasih ya pak."

"Sama-sama dok. Semoga anaknya menjadi anak yg sholeh." Lanjut pak satpam tadi.

"Makasih doanya pak." Ujar Rio dan melanjutkan dengan mengiringi Windy yang akan masuk ke mobil.

"Saya duluan, pak." Ujar Rio lagi dan bersiap untuk masuk ke belakang kemudi.

Rio mulai menjalankan mobilnya meninggalkan rumah sakit. Melirik ke sampingnya ia tersenyum, sekarang mereka sudah bertiga dengan bayi laki-laki mungil yang baru hadir di tengah-tengah mereka.

"Sayang, makasih, kamu hebat."

Windy yang mendengarnya menoleh ke tempat Rio. Kata-katanya meskipun singkat namun dapat membuatnya bahagia. Ia tidak menjawab dengan kata-kata, melainkan dengan dehaman kecil dan senyuman tulus yang tak dapat Rio lihat karena sedang melihat ke arah jalanan.

Di tengah perjalanan Windy dibuat heran karena tiba-tiba Rio belok ke jalan yang bukan biasa mereka lewati.

"Loh kak. Kok bukan jalan yang biasanya."

"Udah. Penumpang duduk manis aja."

"Emang kita gak langsung pulang, kak?"

Rio tidak menjawabnya. Ia melanjutkan kemudinya memasuki sebuah perumahan yang bisa dibilang cukup elite jika dilihat dari ukuran masing masing rumah yang berjejer.

Dua kali belok kanan memasuki blok-blok yang berjejer, Windy pun menyuarakan pikirannya. "Mampir ke rumah siapa sih, kak?"

"Hmm.. sudah sampai. Rumah kita."

"Ha?"

Windy dibuat heran, belum selesai ia dibuat aneh dengan sikap Rio akan tetapi Rio tiba-tiba keluar dari mobil dan membuka gerbang hitam yang sepertinya masih dikunci jika dilihat dari pandangan Windy.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Let's Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang