17. 💔

3.8K 123 17
                                    

"Windy, apa kabar?"

Seorang lelaki yang berperawakan tinggi tegap menyapa Windy.

Deg.

Windy diam, sejak kapan ia kembali?

"Disapa ituloh" ujar Rio menyikut lengan Windy pelan karena Windy tidak menunjukkan reaksi apa - apa.

Windy menoleh ke arah Rio sebentar lalu mencoba menormalkan sikapnya.

"B-baik kok. Kamu gimana?" Tanya Windy sedikit gugup.

"Sama. Kamu sibuk apa?" Tanya nya dengan senyum manis.

Windy benar - benar gugup. Bahkan untuk memyunggingkan senyum saja rasanya kaku.

"Bantuin papa aja di kantor." Jawab Windy. Ia tak tahu harus berdialog bagaimana lagi.

"Oh. Nomer kamu masih tetep kan?" Tanyanya lagi.

Windy hanya bisa menganggukkan kepala.

"Oke.. kapan kapan aku telfon, aku duluan kalo gitu" ujarnya lalu berlalu pergi meninggalkan mereka berdua.

Windy masih diam terpaku. Ia terlalu shock akan pertemuannya barusan yang tak disangka-sangka.

Daniel. Laki laki yang dulu satu organisasi dengannya, seseorang yang membuat Windy jatuh bangun mengejarnya. Windy tergila gila betul kala itu, ia yang dulunya tidak pernah tertarik dengan dunia organisasi berubah menjadi anggota aktif di organisasi yang sama dengan Daniel. Kasarnya ia mengikuti apapun yang Daniel lakukan hanya untuk mendapatkan perhatiannya.

Bukankah cinta hadir karena terbiasa? Ya, Windy memegang teguh pepatah itu. Ia yakin jika Daniel juga akan menaruh hati padanya. Namun harapannya terlalu tinggi. Daniel diam tak terjangkau. Menolehnya saja jarang, bagaimana mau suka? Apalagi cinta?

Perjuangannya dirasa usai saat Daniel mendapatkan beasiswa di luar negeri. Disitu Windy hancur, ia merasa sudah tidak mempunyai lagi tujuan hidup.

Hari hari ia jalani dengan ketepaksaan. Kuliah asal berangkat, di kelas hanya diam. Dan organisasi yang ia urus ditinggalkan. Untuk apa masih menggelutinya saat seseorang yang menjadi tujuannya tidak disana.

Tidak banyak yang tahu jika Windy segila itu pada sosok Daniel. Ia tak pernah menunjukkan rasa sukanya secara terang-terangan. Ia diam, namun ia begitu mengaguminya.

Ia mungkin terlihat seperti mayat hidup saat kepergian Daniel kala itu. Drama memang, tapi kenyataan lah yang berbicara begitu.

Ia tak lagi percaya cinta. Ia benci cinta, tapi tidak dengan Daniel.

Sahabatnya berusaha untuk mengembalikan Windy seperti sedia kala. Walaupun tidak mendapatkan hasil yang signifikan namun lambat laun Windy mulai kembali seperti sedia kala. Ia kembali ceria dan senyum tak pernah pudar dari dirinya. Orang di sekitarnya mungkin menganggapnya sudah melupakan Daniel. Tapi jika menyangkut hati seseorang, Who's known?

🐰

Rio bingung melihat tingkat Windy, kenapa istrinya itu tiba tiba aneh sejak bertemu laki-laki tadi?

"Hei. Kamu gak papa?" Tanya Rio.

Windy diam. Ia terhanyut dalam lamunan masa lalunya.

"Hei" guncang Rio pada lengan Windy. Ia mulai khawatir.

Windy kaget dibuatnya, ia seperti orang kehilangan arah. "E-e kenapa kak?" Tanyanya seperti orang bingung.

"Pulang yuk. Kamu gak baik baik aja" putus Rio akhirnya. Ia tak mungkin bertanya pada Windy sekarang. Beberapa bulan tinggal bersama membuat ia tahu kebiasaan Windy.

Let's Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang