14. Martabak's Scandal

3.7K 132 8
                                    

Sejak Rio bercerita tentang adiknya itu pada Windy, hubungan mereka semakin dekat. Bukan dekat sebagai sepasang kekasih, namun malah dekat dalam artian lain. Entah apalah itu istilahnya.

"Kak, pulangnya beliin martabak di depan kompleks ya" ujar Windy saat ia menelepon Rio.

"Kakak pulangnya agak maleman, Win."

"Bukannya jam 7 kayak biasa ya, kak?"

"Iya. Tapi masih mau bantuin jaga."

"Hmm gitu, yaudah deh"

"Nanti kakak bawain deh kalo masih buka"

"Iya. Yaudah kak. Assalamualaikum" tutup Windy.

"Waalaikumsalam" jawab Rio di seberang sana.

Windy berlalu ke kamarnya. Ia sedang ingin makan yang manis manis namun makanan di kulkas tak ada yang menggugah seleranya.

Karena Rio yang tak pasti akan membawakan martabak, maka ia memilih untuk menonton drama.

Pukul 9 Rio belum pulang juga, namun ia sama sekali tak mengantuk. Tau sendiri bagaimana Windy jika sudah berjibaku dengan hal hal yang berbau K-pop.

"Nih, martabak manisnya" ucap Rio sembari menggantungkan tas kresek yang berisi sekotak martabak manis di depan pandangan Windy yang sedang menatap laptop.

Windy mengalihkan pandangannya, ia tak tahu kapan Rio pulang.

"Kakak udah pulang? Kok aku gak denger sih" tanya Windy dengan alis berkerut.

"Gimana mau denger orang lagi fokus banget gitu" jawab Rio acuh.

Windy hanya menampakkan deretan giginya dengan sebuah cengiran.

"Makasih ya kak. Kakak mandi gih, abis itu makan." Ujar Windy sembari mencomot satu potong martabaknya.

Rio mengamati saat Windy memakan sepotong martabak itu dengan antusias.

"Males makan nasi, ntar kakak minta martabak kamu aja" ucap Rio sembari mengambil pakaian gantinya di lemari.

Windy memutarkan matanya jengah.

"Kenapa cuma beli 1 tadi? Kenapa gak beli 2?" Cerca Windy. Ia tak mau martabaknya dibagi.

"Kakak tadi gak mau, liat kamu makan jadi pengen juga"

"Huh"

"Pelit ya sekarang" ujar Rio dengan nada sedikit dibuat buat agar terlihat sangar.

"Kakak sih, coba beli 2"

"Kita kan harus hidup he..." Rio menggantungkan kata terakhir pada kalimatnya, berniat Windy melanjutkannya.

"Helah serah bodo amat."

"Loh loh lohh", Rio tak menyangka jika Windy akan menjawab seperti itu.

"Iya iya. Hemat kan? Kalo gitu kakak gausah mandi deh. Hemat air" ucap Windy yang masih terus asik dengan martabaknya.

"Ya gak gitu juga. Kakak mandi dulu. Inget, SISAIN" Ucap Rio penuh penekanan di akhir kalimatnya.

"Iya iya, bawel ah" jawab Windy ketus.

Rio segera beranjak ke kamar mandi. Ia mandi sangat singkat karena kepikiran dengan martabaknya Windy.

.

.

Rio sudah berganti pakaian. Ia langsung menuju meja tempat Windy menonton drama tadi, tempat diletakkannya martabak. Rio membuka kotaknya, "lah kok tinggal satu?" Gumannya, padahal ia sudah sangat lapar.

Let's Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang