Pagi-pagi sekali Rio sudah bangun untuk menyiapkan sarapan mereka. Sementara Windy sehabis sholat shubuh berjamaah tadi ia tidur lagi, Rio memahami itu. Bukankah ada tingkah ibu hamil yang seperti itu. Jadi sekarang ia mencoba menjadi suami siaga dengan menggantikannya memasak sarapan.
Hari ini jadwal Rio shift pagi di rumah sakit, namun sampai sarapan siap Windy masih saja tertelap nyaman dibawah selimut. Dan hal itu membuatnya tidak tega untuk membangunkannya.
Kehamilan Windy membuatnya mudah sekali tidur dan suka bermanja-manja dengan Rio. Untuk hal yang kedua Rio senang-senang saja, toh ia juga untung kan? Terlebih Windy sekarang yang suka peluk-peluk dirinya kalau tidur. Namun untuk hal yang pertama membuatnya sedikit dilema seperti sekarang ini. Jika ia membangunkannya, ia takut untuk mengganggu tidurnya. Namun jika tidak dibangunkan, ia takut jika Windy nanti khawatir dan mencarinya.
Riopun memilih untuk memikirkannya nanti saja, ia sekarang harus mandi karena jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Yang artinya ia harus cepat berbenah diri agar tidak telat.
Setelah mandi dan berpakaian rapi, ia lihat Windy masih tidak berubah dari posisinya saat ia tinggal mandi tadi. Ia hanya menggeleng-gelengkan kepala.
Sering ngatain aku kebo, tapi sekarang juga suka tidur.
Rio mendekat, ia mengelus pipinya lembut. Betapa polos sekali wajahnya saat tertidur seperti ini membuat Rio tidak tega untuk membangunkannya.
Ia mencium kening Windy. "Kakak kerja dulu." Ujarnya singkat lalu ia beralih mencium perut ratanya, "jagain mama ya sayang." Lanjut Rio.
Ia pun mengambil tas kerjanya dan meninggalkan note di meja nakas. Untuk hari ini ia pergi bekerja tanpa senyuman Windy.
Tiba di rumah sakit, Rio segera menuju ke ruangannya. Namun saat ia membuka pintu, ia dikejutkan dengan hadirnya Deka yang sedang duduk di kursinya.
"Astagfirullah, ngangetin aja lo." Ujar Rio sembari mengelus dadanya.
Deka yang melihat ekspresi kagetnya Rio tak mampu menahan tawanya.
"Ketawa aja terus." Ujar Rio ketus sembari melepas tas dan menyimpannya di tempatnya.
"Ngapain lo disini?"
"Gak ada. Mau denger cerita aja." Jawab Deka enteng.
"Apaan?"
"Gimana tuh ceritanya sampek istri lo bisa tekdung?"
Rio yang mendengar pertanyaan Deka mendelikkan matanya, ia mengambil buku yang tebalnya sekitar 5cm lalu memukulkannya pada punggung sahabatnya itu.
Deka mengerang sakit, "tega lo, Yo. Aduh punggung gue." Ucapnya yang dibuat-buat seperti orang kesakitan. Padahal nyatanya Rio memukulkannya pelan. Deka saja yang mengada-ada.
"Makanya itu mulut kalo ngomong disaring dulu."
Lagi lagi Deka tertawa melihat ekspresi kesal Rio. Kemarin saat Rio datang bersama Windy, Deka memang sedang sibuk membantu jalannya operasi. Dan ia diberitahu Karin saat Rio sudah pulang. Maksud sebenarnya ia kesini adalah untuk mengucapkan selamat kepada sahabatnya ini karena sudah sukses membuktikan jika dirinya laki-laki. Namun mengerjainya lebih dulu sepertinya tidak buruk. Haha.
"Udah sana pergi, lo." Usir Rio pada Deka.
"Sini aja dulu. Gue baru ada jadwal nanti siang. Lo?" Tanya Deka.
"Ntar jam 8 jadwal gue visit." Jawab Rio sembari melirik jam dinding yang menunjukkan jam setengah 8. Itu tandanya masih ada waktu kurang dari 30 menit untuk berbicang dengan sahabatnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Fall in Love
General FictionPernikahan yang dijalani dengan rasa kakak-adek zone. Apakah akan selamanya begitu? Semua berawal dari perjodohan yang dilakukan oleh orangtua mereka. Lantas apakah keduanya akan saling jatuh cinta? Highest Rank : #54 20/1/18 in General Fiction