Jduk!!Aku membenturkan kepala ku sendiri ke lantai loteng yang terbuat dari kayu ini. Aku merasa lesu dan putus asa. Entah kenapa aku slalu merasa bahwa insiden tidak sengaja itu benar-benar menentukan hidup matiku disini. Aku mulai resah sendiri dengan spekulasi-spekulasi yang mulai muncul di otakku,
"Bagaimana kalau Daniel memecatku? Aku mau kerja dimana jika itu benar-benar terjadi?" Aku menghembuskan nafas panjang ku.
"Kau sudah berakhir, Nari.." keluhku sambil memeluk lutut ku yang ku lipat. Kedua mataku terpejam perlahan, mungkin aku terlalu lelah akibat terlalu keras bekerja.
Membersihkan asrama pria benar-benar melelahkan. Biarlah ku rehat sebentar. Aku lelah.
--
Author's pov
Gadis itu terlelap seiring berjalannya waktu. Kepalanya yang tertunduk menyentuh lutut membuatnya terlihat cukup menyedihkan. Apalagi dengan kemoceng dan lap kecil yang tergeletak disebelah tubuh nya. Dibalik kisah nya yang malang, Nari slalu memiliki kesempatan. Gadis itu bukannya tidak memiliki siapa-siapa. Ia hanya belum menyadari bahwa banyak orang yang yang berada disampingnya, mengkhawatirkan nya, dan ikut menjaganya.
Ya, gadis itu hanya belum tahu.
Bahwa disisi lain, terdapat seorang pria yang tanpa lelah memperhatikan tubuh lemas Nari. Lelaki jangkung itu memang sudah sedari tadi mengawasi gerak-gerik Nari. Ia bahkan ikut memanjat tangga sampai kepalanya menyembul sedikit mengintip loteng, dan berdiri disana sambil diam-diam mengamati Nari,
"Dia sudah tidur?" Gumamnya pelan sambil memiringkan kepala, bibir itu sedikit tersenyum ketika melihat wajah damai gadis dihadapannya.
"Noona.."
--
Nari's pov
Aku terbangun.
Perlahan ku buka mataku yang sedikit berat. Sedikit demi sedikit cahaya mulai masuk menusuk kemataku melalui celah-celah kecil. Aku mulai sadar lalu membuka kedua mataku dengan kepala yang terasa dingin.
Tunggu, apa? dingin?
"Kau sudah sadar?"
"Ya! Jawab! Kau ini pingsan di loteng tahu?!"
"Eiy eiy Jihoon-ah, calm! Dia baru sadar, bro."
Oh. Aku mulai mengerti dengan apa yang kulihat. Sesaat kurasakan penglihatan ku dan menemukan wajah cemas Jihoon dan senyum manis bae jin young lah yang menjadi objek awal yang kulihat.
Aku tersenyum kecil sambil menatap senyum manis itu. Tapi saat ku edarkan pandangan, senyumku hilang, disusul dengan jantung yang mulai berdegup kencang, serta mata yang terbuka lebar.
Bagaimana bisa aku dikelilingi oleh 11 pria yang berdiri di samping ranjang ku?!!
"Hpp..!" Dadaku mulai sesak. Aku mulai menepuk pipiku sendiri, aku menepuknya berkali-kali, ah apakah ini mimpi?
Plak! Plak! Plak!
'tidak, bukan mimpi..' batinku sambil terus menampar diri sendiri.
Tapi, tamparan ku terhenti seketika saat tangan hangat itu menyentuh pergelangan tangan ku,
"Jangan melukai dirimu sendiri, Noona" ujar Guanlin sambil tersenyum sendu, kedua mata sendunya menatapku aneh.
Aku hanya menelan ludah atas sikapnya padaku.
"Tadi Guanlin yang menggendong mu dari loteng" ujar Seung-woo kemudian, pria itu menatapku sedih sambil berujar kembali, "kau baik-baik saja? Apa mungkin kau kecapean gara-gara kami? Kau pasti lelah membersihkan asrama yang penghuni nya adalah sebelas pria jorok, kan?"
"Hmm.. apa kami harus lebih bersih agar kau tidak keberatan bekerja?" Sambung daehwi kemudian.
Aku menggeleng sambil mengibaskan kedua tangan didepan dada, "a- bukan begitu.. aku memang sedang tidak enak badan. Ini bukan salah kalian. Lagi pula memang sudah mr jadi tugasku untuk bersih-bersih disini. Maafkan aku! Aku kurang becus menjaga kesehatan" terang ku sambil tersenyum tulus. Melihat member yang sangat perhatian membuatku sedikit lebih tenang.
"Ya! Makanya minum multivitamin! Minum obat! Jangan memaksa kan diri!" Sosor Jihoon dengan kemarahannya.
Huft orang itu bisanya menyalahkan saja!
"Aku yang lebih mengerti diriku sendiri! Aku akan minum obat jika sudah waktunya." Balas ku sambil melirik nya tajam.
Setelah puas membuat bibir Jihoon terkatup rapat, aku mulai menatap si anak ayam yang tepat berdiri disamping kepala ranjang ku, Guanlin.
"Gomawoo Guanlin-ah.."
Ucapku yang hanya di balas senyum manis olehnya
"Tapi... dari mana kau tahu kalau aku berada di loteng??"
Tanyaku yang memang sudah penasaran dari tadi. Darimana Guanlin tahu kalau aku berada di loteng?
"Ah benar!" Sungwoon tiba-tiba berujar, "darimana kau tahu kalau Nari ada di loteng? Bukankah saat itu kau sedang latihan vokal denganku lalu kau tiba-tiba pergi minta ijin untuk... a- Atau jangan-jangan kau menc-..."
Sungwoon menggantungkan ucapannya sambil menggerakkan tubuhnya untuk memberi kode isyarat alias bahasa tubuh yang gagal total dalam memberikan informasi rahasia pada Guanlin. oh astaga! Sungwoon malah terlihat konyol seperti badut menari. dan hal itu sukses membuat seluruh orang di ruang kamar Nari mulai bertanya-tanya, sebenarnya apa yang ingin Sungwoon sampaikan?
Sampai pada akhirnya Sungwoon menyerah dan memutuskan untuk buka mulut saja. Tapi sebelum Sungwoon membuka mulutnya kembali, tiba-tiba Daniel menyela dengan berkata,
"Heih.. ayolaah, apa sih yang bisa dilakukan anak kecil seperti Guanlin? Dia bahkan belum pantas jatuh cinta"
Belum pantas jatuh cinta katamu? Kenapa tidak kau akui saja jika kau juga mencintainya, hyung?
To be continue
Sorry for late post (?)
Makasi buat dukungan nya..
Jangan lupa tinggalkan jejak!😉
💗
KAMU SEDANG MEMBACA
AT WANNA ONE'S DORM | PJH💣 #COMPLETE#
Fanfictionbagaimana jadinya jika aku menjadi pembantu di dorm Wanna one? apakah kehidupanku akan baik-baik saja bersama sebelas pria super tampan tersebut atau malah sebaliknya? huft.. kurasa ini tidak akan mudah. Ahn Nari, fighting! ⚠SATU CHAPTER ISINYA PEND...