8. I'M YOUR MOODBOSTER

2.6K 275 5
                                    

"Jihoon-ah, mendekatlah sedikit." Pinta Nari sambil melipat kain basah di tangannya.

Jihoon yang mendengar itupun langsung menggerakkan tubuhnya mendekati Nari yang berada di samping ranjang dengan cara menggeliatkan tubuhnya seperti seekor ulat,

"Ck dasar kekanakan!" Celetuk nya saat matanya menangkap sosok Jihoon yang malas untuk sekedar duduk, pria itu malah lebih memilih untuk mengesotkan tubuhnya tanpa ada niatan bangun sama sekali.

"Ya! Meskipun kau mengataiku seperti itu, ingat! Aku ini lebih tua darimu!"

Nari membuang muka.

"Yak! Lagi pula apa sih salahnya jika kau memanggil ku oppa? Kenapa kau slalu bersikap tidak sopan denganku? Tapi dengan member lain kau terlihat sopan dan baik." Protes Jihoon.

Nari memutar bola matanya malas, "kau pikir kenapa? Apa menurutmu aku ini orang jahat? Atau kau yang sebenarnya jahat padaku sampai-sampai aku tak bisa berbaik hati padamu?" Tanyanya sambil menaruh kompresan didahi Jihoon.

"Jangan bertele-tele!" Jihoon memilih untuk to-the-point.

Nari mendengus, "itu salahmu sendiri, karena kau slalu saja usil dengan keadaanku, mengurusi urusanku, kau juga slalu menggangguku kan? Apa kau tidak sadar? Hal itu lah yang membuatku malas berperilaku sopan kepada mu! Lagi pula aku juga sudah terlanjur nyaman memanggil mu seperti ini, jadi yaa.. ya sudah begini saja!"

Penjelasan Nari barusan membuat Jihoon meringis, "aku yang salah ya?"

Nari memasang muka datar yang amat kentara, "anak ini" ujarnya meratapi sikap ketidak pekaan seorang Park Jihoon.

"Tapi Nari-ya.." Jihoon kembali membuka suara, "apa kau belum menyadari nya?"

"menyadari apa?"

"Kau sepertinya belum sadar kalau aku ini mood booster mu."

Pernyataan Jihoon barusan membuat Nari diam seribu bahasa, bibirnya terkatup rapat dengan ekspresi yang susah ditebak. Jihoon tidak bisa menerka reaksinya.

"M-maksudku, ehm! Bukannya aku pede, aku hanya berfikir secara logika, bagaimana pun juga, aku adalah salah satu orang yang berpengaruh di kehidupanmu kan?" Ralat Ji-hoon sebagai benteng pertahanan diri, ya, sebenarnya pria itu malu setengah mati dengan pernyataan sebelumnya, ia malu karena sikap terlalu pede nya sendiri.

Nari mengangguk, "eoh, kau memang berpengaruh dalam hidupku. Sangat." Nari menjawabnya dengan santai, bibirnya melengkungkan senyum sambil menepuk-nepuk dahi Jihoon yang sedang ia kompres.

Tiba-tiba pipi Jihoon memanas, pria dewasa itu berubah menjadi anak lelaki berumur 5 tahun yang mendapatkan permen favoritnya.

"Benarkah?" Jihoon mencoba memeriksanya satu kali lagi, apakah benar bahwa Nari menganggap nya sebagai salah satu orang yang paling berpengaruh di kehidupannya.

Kali ini Nari tidak hanya menatap kedua mata indah Jihoon, ia bahkan menangkup wajah yang bersemu itu dengan kedua telapak tangannya, "tentu saja.. kau sangat berpengaruh Jihoon-ah, bagaimana tidak? Karena kau lah aku bisa hidup.."

Jihoon tersenyum lembut, jantungnya mulai memberikan getaran kecil penuh rasa.

Nari melanjutkan, "tanpamu, aku tidak akan bisa melanjutkan hidupku.."

'sebesar itukah rasa cinta mu yang sebenarnya?' batin Jihoon sambil terus mendengar pernyataan cinta Nari.

"Jihoon-ah, bagiku, kau adalah..."

"Aku tahu, aku faham Nari-ah" potong Jihoon secara tiba-tiba, membuat Nari terkejut.

Jihoon pun merubah posisinya, ia terbangun dan langsung menangkup pipi chubby  Nari dengan gemas, "aku faham apa maksudmu.. aku juga merasa bahwa_"

"Kau sumber pendapatan ku!" Celetuk Nari cepat, mata sipit gadis itu sedikit membelalak, menunjukkan bahwa itu yang ingin ia katakan sedari tadi.

Jihoon yang ucapannya sempat terpotong mulai gelagapan, pria itu tidak menemukan kata yang tepat untuk situasi ini,

"A-aku belum menyelesaikan ucapan ku Nari-ah." Jelasnya, "maksudku, aku paham apa yang kau bicarakan dan.. dan aku juga merasa bahwa kau adalah pembantu yang baik di dorm ini.. tanpamu, aku mungkin akan hidup dengan buruk, kotor, dan.. dan menjijikan. Ya, itu maksudku." Ralat Ji-hoon dengan raut mukanya yang penuh dengan rasa kecewa.

"Jihoon-ah, kau baik-baik saja?" Ujar Nari sambil menyentuh wajah Jihoon yang kembali pucat setelah beberapa detik lalu bersemu merah.

Jihoon menepis pelan tangan Nari dan berujar pelan, "aku baik, jangan khawatirkan aku"

"A.." hanya itu yang keluar dari mulut Nari.

"Nari-ah, aku mau tidur. Tolong keluar dan matikan lampu nya ya? Terimakasih" perintah Jihoon sambil menenggelamkan tubuhnya dibalik selimut tebal.

Nari yang mendengar perintah itu pun langsung bergegas keluar dan melakukan apa yang Ji-hoon minta.












































To be continue

Pembacanya tembus 1K😂 terimakasih banyaaaak.. maaf lama post, maaf😞
Hope U like it, guys!😉

AT WANNA ONE'S DORM | PJH💣 #COMPLETE#Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang