Park Jihoon, aku tau kau membenciku. Tapi.. aku juga punya mimpi yang harus ku kejar. Aku tidak bisa mengejar mimpiku jika masih ada kau disampingku. Aku takut, aku tidak fokus dan malah membuyarkan semuanya.
Hoon, aku berjalan sejauh ini demi diriku sendiri, dan Nara. Aku ingin Nara tau, bahwa aku tidak akan menyia-nyiakan usahanya.
Hoon, kumohon jangan salah paham dan cintailah aku sebisamu. Jika kelak kau jengah menunggu, lepaskan saja tanganku, genggamlah gadis lain yang lebih mengerti dirimu, yang slalu ada di sampingmu.
Hoon..
Mungkin ini akan lama, tapi aku berjanji, kalau kau dan aku sama-sama bisa bertahan, aku janji tidak akan mengecewakan mu. Aku akan memberikan kebahagiaan padamu. Dan mewujudkan mimpimu untuk bisa bersamaku.
Seakan sedang bicara dengan bulan, Nari menangis. Malam ini, biarlah purnama yang menemani gadis itu. Biarlah sinar purnama yang menerangi penglihatan nya. Biarlah purnama yang memeluknya.
Baru saja tiga menit lalu Jihoon menelpon. Menanyakan kabar sembari berbincang hangat dengan Nari. Tapi dengan kejamnya, gadis itu menyela ucapan Jihoon dan mengatakan kepadanya bahwa Nari ingin berpisah.
Ya, berpisah.
Entah apa yang terjadi pada otak gadis itu. Ia tidak terbentur apalagi jatuh. Tidak sama sekali. Ia hanya ingin mewujudkan cita-citanya, ingin membahagiakan saudarinya yang telah menyiapkan seluruh masa depannya. Ya, Nari hanya ingin serius dengan hidupnya.
Usai sudah masa-masa muda akan cinta yang naif. Usai sudah kenangan-kenangan indah beserta cerita dibalik keindahan persahabatan. Semuanya usai. Kini, Nari sudah besar, sudah saatnya berpikir panjang. Ia tidak mau menyulitkan Jihoon dan dirinya sendiri.
Karena cepat atau lambat, kelak hubungannya juga akan terungkap. Sebelum hal itu benar-benar terjadi. Nari ingin mengakhiri nya terlebih dahulu. Jadi dengan begitu, Jihoon tidak akan dapat masalah lagi.
Tidak cuma itu. Nari juga berkali-kali ditelfon oleh Jisung karena keadaan Jihoon yang memburuk, perilakunya juga makin membuat manajer geram. Pria itu bahkan tidak benar-benar makan dengan baik. Tidur selalu larut malam dan bangun juga kesiangan. Nari tau, kekacauan itu karenanya.
Daripada menyiksa Jihoon sedikit demi sedikit seperti ini. Nari memilih untuk langsung mengakhiri nya saja. Dengan begitu Jihoon akan pulih, dan tidak akan memikirkannya.
Ya, begitulah pemikiran sederhana Nari.
Disisi lain, Nari memiliki target yang mengharuskan nya fokus. Tidak boleh ada Jihoon dan hal-hal lainnya. Cukup Lucas sebagai penunjuk arah. Sisanya nanti.
Maka dari itu. Tadi. Nari memutuskan hubungannya begitu saja. Membiarkan Jihoon patah sampai tidak sanggup bicara. Dan pada akhirnya.. Jihoon menutup sambungan telepon tanpa sepatah kata pun untuk Nari.
"Maaf, maafkan aku Jihoon-ah"
Suara itu semakin lirih, tubuh Nari juga semakin ambruk. Ia jatuh terduduk diatas lantai apartemen yang dingin.
Matanya yang berair semakin buram kala tiba-tiba bayang-bayang Jihoon datang begitu saja. Seperti sebuah film, semuanya terputar jelas diotak Nari. Pandangan kosong gadis itu terisi oleh kenangan-kenangan nya bersama Jihoon.
Tentang bagaimana mereka bertemu, bagaimana mereka saling mengejek, sampai pada akhirnya jatuh cinta.
Nari tertawa kala mengingat itu. Janji-janji yang selama ini Nari ucapkan hanyalah bualan belaka. Tak pernah ia sangka, bahwa hubungannya akan serumit ini. Entahlah, kala bersama Jihoon, Nari hanya bisa memikirkan pria itu, tanpa memikirkan hal-hal lain disekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AT WANNA ONE'S DORM | PJH💣 #COMPLETE#
Fanfictionbagaimana jadinya jika aku menjadi pembantu di dorm Wanna one? apakah kehidupanku akan baik-baik saja bersama sebelas pria super tampan tersebut atau malah sebaliknya? huft.. kurasa ini tidak akan mudah. Ahn Nari, fighting! ⚠SATU CHAPTER ISINYA PEND...