Nari's pov
Aku berjalan cepat menuju perpustakaan kampus, walau kaki ini sudah terasa pegal, tetap saja aku harus terus melangkahkan kakiku. Kenapa? Karena surat pemberitahuannya sudah keluar. Ya, hasil usahaku selama lebih dari setahun ini sudah keluar. Aku berharap, semoga apa yang ku inginkan bisa tercapai.
Sesampainya di perpustakaan banyak mahasiswi yang setingkat denganku sudah duduk dimeja panjang ditengah-tengah ruangan, mereka sudah mendapat amplop nya masing-masing. Lantas aku ikut bergegas untuk duduk dan mendapatkan amplopku,
"Xie Xie kakak" ujar ku pada salah satu kakak tingkat yang merupakan panitia dari acara pertukaran pelajar ini.
Dengan penuh rasa berdebar aku mulai membuka amplop coklat digenggamanku, membukanya pelan sambil terus menerus berdoa,
'semoga aku lulus.'
Tiga Minggu kemudian...
Author's pov
Jihoon berjalan sendirian menikmati salju yang turun malam ini. Walau suhu di sini kurang dari nol derajat celsius, Park Jihoon tetap melangkahkan kakinya, bermain dengan salju yang turun sembari tersenyum kecil,
"Cantik"
Pria itu berujar sambil menengadahkan kepalanya, menatap butiran-butiran lembut es yang jatuh dari langit. Biarlah pria itu bertingkah aneh sebentar, ia ingin memenangkan hatinya hari ini.
Akhirnya setelah promosi yang padat ditambah dengan permasalahan yang bertumpuk-tumpuk telah terselesaikan. seperti biasa, seluruh member termasuk dirinya mendapat libur seharian besok, dan Jihoon akan mulai menikmati nya mulai malam ini, pria itu berjalan cukup jauh dari dorm barunya, ia bahkan sengaja tidak bawa ponsel agar tidak terganggu oleh apapun. Malahan, pria itu membawa selembar kertas yang terlipat rapi dibalik saku mantelnya.
Sebenarnya, Jihoon ingin mengabaikan kertas usang tersebut. Sayangnya, sepucuk surat itu terlalu indah untuk diabaikan, terlalu sulit pula untuk dibuang, karena mau tidak mau pria itu harus mengaku, bahwa ia rindu gadisnya.
Gadis yang berhasil membuatnya jatuh cinta, gadis itu pula yang membuatnya patah, ia pula yang membuat Jihoon ingin kembali.
Demi Tuhan, Jihoon merindukannya..
Pria itu tersenyum pelan sambil duduk disalah satu ayunan ditengah-tengah taman kota yang sepi, tangannya yang mulai beku ia masukkan kedalam kantung, sedangkan tangan yang satunya lagi, ia gunakan untuk mengambil surat Nari yang telah ia terima beberapa waktu lalu,
"Aku belum sempat membalasnya" Jihoon bergumam sambil membuka lipatan kertas itu, menampakkan tulisan tangan seorang gadis yang amat ia rindukan
Jihoon membaca surat itu sekali lagi. Entah sudah berapa kali ia membaca surat usang itu, ia malah terlihat seperti sudah hafal dengan isi surat tersebut.
Jihoon tersenyum sambil membaca suratnya, walau terkadang rasa patah itu masih ada. Ia mencoba untuk meredam amarahnya, menunggu waktu yang tepat, untuk mendapat seluruh jawaban atas pertanyaan nya selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
AT WANNA ONE'S DORM | PJH💣 #COMPLETE#
Fanfictionbagaimana jadinya jika aku menjadi pembantu di dorm Wanna one? apakah kehidupanku akan baik-baik saja bersama sebelas pria super tampan tersebut atau malah sebaliknya? huft.. kurasa ini tidak akan mudah. Ahn Nari, fighting! ⚠SATU CHAPTER ISINYA PEND...