Sebenarnya Nari ingin sekali meronta, ingin berteriak dan berkata bahwa apa yang Daniel lakukan ini salah. Nari ingin sekali bilang bahwa ia tak ingin dipeluk, bukan suatu kebanggaan juga dipeluk oleh seorang Kang Daniel.
Ya, Nari ingin menolak, sebenarnya.
Tapi, ketika gadis itu kembali memikirkan bagaimana air mata kesedihan itu jatuh dari kedua mata Daniel. Nari kembali mengurungkan semua niat nya, ia kini mengubah mindset dan berusaha rileks,
'oppa, aku akan menjadi temanmu, menjadi seseorang yang menemanimu di kala sedih. Aku tau, mungkin kau belum bisa melepaskan gadis yang kau maksud itu, kau hanya berhalusinasi saja. Aku bukan dia.'
Nara tersenyum lembut sambil mengusap punggung Daniel pelan. Daniel terdiam sejenak ketika merasakan tangan kecil Nari mengusap punggung nya,
"Kau.." Daniel tertegun, lalu menepis pikiran nya sendiri, dan melanjutkan,
"Kau tidak akan mengatakan pada member lain kan? Soal ini?"Nari mengangkat alisnya, "eoh! Tidak akan ku beri tahu." Balasnya.
Nari terkikik kecil sambil berujar, "jangan sedih terlalu lama. Dia juga tidak akan senang kalau melihatmu begini. Oppa, kau harus kuat" nasehatnya.
Daniel melepaskan pelukannya, "Dia?" Ulang Daniel.
Nari mengangguk, "Dia, orang yang kau maksud tadi." Balas Nari, "kau mencintainya, kan?" Tebaknya.
Daniel langsung berpaling muka mendengar itu.
"Arrasseo. Aku paham. Oppa, kalau kau benar-benar mencintainya, kejar saja dia. Jangan sampai dia pergi. Perjuangkan apa yang menjadi tujuan mu!" Nari berusaha menyalurkan semangat. Gadis itu tersenyum seakan hidupnya juga tanpa beban.
Daniel tersenyum hambar, "sayangnya, tidak semudah itu memperjuangkan perasaan ku."
"Kenapa?"
Daniel tersenyum lagi.
'Karena orang yang kucintai sudah tiada.'
--
Sudah tiada..
Ya..
Kini bagi Guanlin, sudah tiada lagi harapan. Gadis yang ia sayangi di peluk oleh pria lain dihadapannya. Guanlin sadar, Nari bukan tipikal orang yang mau di sentuh tanpa alasan. Lalu apa alasan Nari tak menolak pelukan itu? Apa Nari mencintai Daniel? Pikir Guanlin begitu, bagaimana tidak? Kang Daniel adalah pria yang good looking, baik, dewasa, pekerja keras, serta populer. Semua sudah jelas tanpa dipertanyakan lagi. Bahkan semua gadis dinegara ini pun akan tahluk apabila ada di posisi Nari.
Guanlin menghela nafasnya, ia merasa heran pada dirinya sendiri. Kenapa ia harus mencintai Nari? Kenapa ia mudah sekali jatuh cinta? Bahkan sangking cintanya ia sampai bertingkah bodoh.
Ya, saat ini Guanlin sedang mengintai mereka berdua, bahkan Guanlin belum sempat cuci muka. Ia masih memakai baju tidur bergambar Pororo sambil nemplok di tembok untuk sekedar mengintip apa yang dilakukan Nari. Sungguh kekanakan.
'kemarin Jihoon hyung, sekarang Daniel Hyung, besok siapa?' batinnya kesal sambil mengerucutkan bibirnya.
'ah sudahlah!' Guanlin memilih untuk menyerah dan berjalan pergi menjauhi ruang tamu.
Karena semakin lama ia berada disana, maka akan semakin tersiksa pula hati dan perasaan nya. Lebih baik sekarang ia merilekskan diri, mumpung masih libur. Tapi bagaimana pun juga, perasaannya masih sangat gusar,
'berpelukan bukan berarti menaruh perasaan. Anggap saja itu empati. Hah.. sudah lah!' Guanlin mencoba menenangkan diri dengan berpikiran positif. Lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar.
Guanlin mengambil langkah lebar-lebar agar cepat sampai, tapi langkahnya terhenti ketika melihat Jihoon keluar dari kamar, pria imut itu baru bangun dengan setelan baju pink nya yang lucu.
"Ohh.. Guanlin-ah.. sudah bangun?" Ujar Jihoon sedikit canggung, yaa karena Jihoon sadar kalau akhir-akhir ini Guanlin menjauh darinya.
Guanlin mengangguk pelan, "barusan, Hyung" jawab nya singkat.
"Ohh, begitu.." Jihoon tersenyum canggung dan mulai mengambil langkah.
"Et_"
"Kenapa?" Tanya Jihoon ketika Guanlin menghalangi jalan nya.
"Mau kemana, Hyung?"
"Ambil minum. Haus"
"Ng.. jangan lewat sana dulu." Selanya
"Kenapa?"
Doeng! Skak mat! Guanlin bingung setengah mati mau cari alasan.
"Ya pokoknya jangan kesana dulu" Guanlin jawab sekenanya.
Jihoon semakin penasaran, "memangnya kenapa?"
"Soalnya_"
"Oh? Kalian sudah bangun?"
Ada suara lain yang mendekati mereka. Guanlin pun langsung berbalik dan menemukan sosok tinggi Daniel sedang berjalan kearah mereka berdua.
Guanlin tersenyum ketus menyambut Center grup nya itu.
"Jihoon-ah, bagaimana keadaan mu, baikan?" Tanya Daniel.
"Eoh.. lumayan"
"Apa perlu diperiksa ke dokter? Atau_"
"Tidak perlu." Sela Ji-hoon, "aku takut fans tau dan malah membuat mereka khawatir, apalagi kalau sampai ada rumor-rumor. Itu tidak akan bagus untuk karir kita"
"Tapi kau benar-benar baik-baik saja kan?" Daniel kembali mengecek.
Dan Jihoon hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Daniel barusan.
Setelah itu, Daniel langsung menengok kearah Guanlin dan bertanya, "bagaimana maknae? Kau lelah?"
Daniel melontarkan pertanyaan itu beriringan dengan datangnya Nari, gadis itu mendekati ketiga pria dengan sangat pelan, sampai-sampai mereka tidak menyadari keberadaan nya, kecuali Guanlin.
Pria itu melihat kearah Nari sekilas, lalu menjawab pertanyaan Daniel, "tidak, aku sama sekali tidak lelah. Karena aku masih muda."
"Wowowo.. benarkah? Tapi kau masih seperti adik kecil bagikuu..!" Ujar Daniel gemas, sambil mengusap kepala Guanlin seperti anak kecil.
"Hey Hyung! I'm not a child!" Protesnya, "aku lebih tinggi darimu, aku lebih fit dan lebih tahan banting! Aku juga pasti akan lebih gagah darimu suatu hari nanti"
"Oh ya?"
"Ya!" Jawabnya yakin, "lihat saja nanti!"
To be continue
Semoga tidak mengecewakan😂 makasi bagi yang udah baca, vote, comment. I love you, guys😂😂😂
Btw ini malem MAMA HONGKONG😄 sekaligus tanggal satu Desember😋 HELLO DECEMBER🌼
berikan yang terbaik di bulan ini🌸
Thanks for reading. Don't forget to vomment🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
AT WANNA ONE'S DORM | PJH💣 #COMPLETE#
Fanfictionbagaimana jadinya jika aku menjadi pembantu di dorm Wanna one? apakah kehidupanku akan baik-baik saja bersama sebelas pria super tampan tersebut atau malah sebaliknya? huft.. kurasa ini tidak akan mudah. Ahn Nari, fighting! ⚠SATU CHAPTER ISINYA PEND...