Setelah 2 hari lamanya, akhirnya aku siuman. Para guru sangat mencemaskan keadaan ku. Saat aku bangun, orang yang ku lihat adalah Ressa dan Glenn. Kepalaku diperban dan aku masih sedikit pusing akibat benturan keras itu. Tapi untungnya aku gak hilang ingatan.
"Rine! Akhirnya kau siuman. 2 hari kamu nggak bangun-bangun. Aku khawatir banget!" Ucap Ressa dengan nada khawatir nya sambil memelukku.
"Nggak apa-apa kok. Aku hanya butuh istirahat kok. Makasih ya udah nungguin aku. Kok ada Glenn di sini? Ada Keine juga ya?" Tanya ku sambil memegang kepalaku yang masih nyeri.
"Kita gantian jaga kamu. Banyak yang mau jagain kamu lho. Ressa, Keine, Yura, Rhays, Ravine, Alenna sama Cyara. Kamu udah banyak teman yaa..." Kata Glenn.
"Haha. Iya ya. Bilangin ke mereka terimakasih ya."
"Kita kasitau mereka yok! Rine udah siuman." Kata Ressa."Nanti saja." Baru aku ngomong satu kata udah cabut mereka berdua. Beberapa lama kemudian, anak anak kelas cahaya pada Dateng semua, termasuk Rean. Aku jadi trauma sekali melihat dia. Aku langsung histeris dan mendorong dia pergi.
"PERGI!!!!! PERGIII!!!! AKU MINTA MAAF!!!! TOLONG PERGIII!!!!! PERGIII SEKARANG!!!" Teriak ku. Yura dan Ressa berusaha menenangkan ku, tapi tetap tidak bisa. Aku terus berteriak dengan sangat histeris. Tapi Rean tetap tidak mau pergi. Akhirnya, aku kelepasan kontrol dan menyerangnya dengan sihir bola cahaya yang tepat mengenai tangannya. Tangannya terbakar akibat bola cahaya itu. Ia tidak sempat menghindar karena sihir itu melaju dengan sangat cepat.
"Gila! Rine nyihir bola cahaya? Rean tangannya sampe terbakar." Bisikan teman-temanku sangat terdengar oleh ku. Aku menjadi sangat lemas setelah tenagaku terkuras habis oleh sihir ku.
Tapi aku tetap tidak bisa berhenti untuk berteriak."Rine! Tenang Rine! Tenang! Jangan kayak gitu pliss... Tenang!" Kata Ressa dan Yura.
"Ada apa ini??? Rine kenapa?" Tanya Keine yang tiba-tiba datang.
"Rine baru saja nyerang Rean make sihir bola cahaya. Tangan Rean kebakar." Kata Synaa, salah satu teman sekelasnya.
"Rine! Sadar Rine! Lah kok bisa sampe histeris gini?" Tanya Keine dengan panik.
"Keine! Kau bisa bantu gak? Sihir apa gitu yang bisa nenangin dia? Tolongin!" Kata Ressa memohon dengan Keine.
"Listrik! Tapi ini bisa nyakitin dia untuk sesaat!" Kata Keine.
"Waduh? Masa kita ke kelas listrik manggil anak untuk bantu nenangin Rine?" Tanya Yura.
"Sebentar. Kalian lepasin dia dulu. Biar aku yang urus." Kata Keine.
Tak disangka, Keine bisa ngeluarin sihir listrik dan menyetrum ku sesaat. Saat itu juga, aku pun langsung tenang dan diam. Rean dibawa keluar oleh Yura.
"Huh... Untung saja. Rine? Kamu gapapa kan?" Tanya Keine. Dia membaringkan ku ke atas kasur.
"Gapapa kok. Makasih ya Keine, kalian bisa tolong pergi dulu gak? Aku mau sendirian." Kata ku.
"I..iya."
Teman-temanku semua pergi. Mereka balik ke kelas mereka. Aku benar-benar merasa bersalah. Sihir ku lepas kontrol lagi! Ini adalah kejadian kedua. Inilah alasannya kenapa aku gak berani nyerang Rean kemarin. Sihir ku lepas kontrol lagi!!! Aku gak mau kejadian dulu terulang lagi!!! Aku nangis terus menerus di dalam UKS tersebut. Aku tak mau lagi!!! Itu tadi belum seberapa, dulu aku pernah lepas kontrol lagi dan itu lebih parah. Aku benci sekali dengan hal ini!!! Kenapa aku gak bisa kontrol??? Kenapa??? Apa aku masuk ke sekolah ini bisa membantu? Perasaan sama aja!
"Rine? Kamu udah baikan? Masih sakit gak? Atau pusing? Aku bawain kamu bubur nih." Kata Ressa.
"Res, sorry ya udah ngerepotin kamu. Makasih yaa." Kata ku. Mata ku bengkak, hidungku mampet, rambutku acak acakan. Udah kayak orang gila beneran lho! 2 hari aku stay di UKS, mereka yang gantian jagain aku.
"Rine, kau mau balik kelas ato masih mau istirahat? Kalo mau balik, aku rapiin rambut mu dulu yuk!" Kata Ressa duduk di samping ku.
"Makasii yaa Res, aku mau balik kelas aja dehh... Rambutku disisir aja yaa... Karena kepalaku masih pusing."
"Iya. Kamu jangan histeris lagi yaa... Tempat duduk mu udah dipindah kok. Di samping Yura. Jadi kamu gak harus berurusan dengan dia lagi."
"Iya."
Akhirnya, aku balik kelas. Daripada di UKS, bisa gila beneran aku. Otak ku bener bener kosong, mana hari ini ada kelas teori. Hapalan ku udah blank smua.
"Misi Bu." Ucapku dengan sopan santun. Aku masuk ke kelas dan duduk di samping Yura. Aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak melihat Rean dan menahan diri untuk tidak teriak. Aku takut, sangat takut. Hati ku berdegup kencang. Aku seperti orang yang ketakutan saat melihat orang yang ingin membunuh mereka. Apa lagi aku sudah mencelakakan tangannya.
"Rine, kamu sudah sehat? Sihir mu sangat tidak terkontrol! Kamu akan mendapatkan kelas tambahan dari guru praktek mu." Kata Bu. Shika.
"Iya Bu." Bawaan ku maunya marah terus. Liat dia ngocehhh kayak gitu rasanya pengen ku hancurin mulutnya. Tapi aku nggak boleh lepas kontrol lagi! Tahan Rine! Tahan diri mu!!!
"Rine, sabar. Tenang, tenang. Jangan emosi ya." Bisik Yura sambil menepuk pundak ku pelan-pelan.
"Makasih ya Yura." Untung aja ada Yura. Rasanya udah mau meledak aku!
Akhirnya bel pulang sekolah berbunyi. Ressa sudah menunggu ku di depan pintu kelas. Aku lelah sekali. Kepalaku pusing terus. Habis ini maunya tidur, tapi kalo aku tidur, kejadian buruk itu akan terbayang-bayang dalam mimpiku. Aku nggak mau mengingatnya lagi! Dan lagi, besok ada praktek mengeluarkan cahaya. Ya sudah lah, lebih baik Aku baring-baring saja.
"Rine, ada Alenna, Yura, Cyara, Rhays sama Ravine tuh. Aku suruh masuk ya. Mereka mau jenguk kamu." Teriak Ressa dari pintu.
"Ya." Balas ku.
"Hai Rine, gimana kabarmu? Udah sehat belum?" Tanya Rhays.
"Udah lumayan lah... Makasii ya kalian udah jagain aku selama aku pingsan. Sori ya kalo ngerepotin kalian semua." Kata ku.
"Gapapa kali! Kita justru senang kok! Kan namanya teman! Ya gak?" Senggol Cyara.
"Iya dong! Jadi kalo Lo ada apa apa, bilang aja ke kita semua, barangkali Lo dapat solusi dari kita kita yang bijaksana ini." Kata Yura dengan pedenya
"Kita? Gue aja kali yang bijak? Lo smua mana ada bijak-bijak nya?" Sindir Alenna.
"Hahaha... Kalian lucu. Iya iya, kalo ada apa apa aku cerita deh." Ucap ku. Aku merasa sangat terhibur dengan humor mereka. Senangnya memiliki teman seperti mereka.
"Gitu dong! Senyum! Janji yaa??" Tanya Ressa yang tiba-tiba muncul dan ikut nimbrung bersama kami. Sifatnya yang ramah dan supel itu membuatnya gampang untuk berteman dengan siapa saja, meskipun dengan orang baru.
"Datang-datang sempit-sempitan lagi!" Kata Rhays.
"Hahaha... Nggak apa-apa lah..." Kata Ravine.
"Modus!! Ravine modusin cewek!" Teriak mereka.
Emang lucu lucu mereka satu satu. Tapi tetap saja, Dibalik senyumanku ini, masih ada rasa takut, perih yang sangat besar. Aku tidak tahu apa nasibku selanjutnya. Aku tidak bisa mengontrol emosi ku dan sihir ku malah tidak terkontrol.
Haii... Jumpa lagi sama author!!! Gak bosan kan? Seru kan? Kalian bisa tebak gak selanjutnya gimana? Tebak dulu di komen, yang bener... Ada dehh😂😂. Bantu share ke teman-teman mu yaa... Berbagi itu baik lhoo... Jangan lupa vote juga dong... Makasii yaa yang udah dukung author dan udah vote. Sayang kalian smuaa😘😘.

KAMU SEDANG MEMBACA
Magical Controller
Fantasía{SEDANG REVISI! PERBAIKAN KATA-KATA DAN SEDIKIT PERUBAHAN ALUR CERITA} Rine Nethine Rylista adalah seorang gadis yang bersekolah di sekolah sihir. Ia dianugerahi sebuah kekuatan sihir, yaitu sihir cahaya. Perjuangannya untuk memaksimalkan potensi ya...