Part 24

2.7K 183 6
                                    

Saat kami sedang berjalan mencari makan alias kantin di sekolah ini sambil bercanda ria, kami bertemu dengan seorang guru, yang mukanya sepertinya sih galak, but don't judge a book from it's cover. Dia menanyakan namaku dan sekolahku.

"Kamu... Yang namanya Rine itu ya?" Tanya nya datar. Heiii??? Dia tau namaku? Atau, jangan-jangan dia itu guru yang dibilang Pak Arley ya??

"Iya pak." Jawabku singkat.

"Saya kakaknya Arley, guru kalian. Nama saya Arlex, pasti Arley sudah menceritakan tentang saya kepada mu. Saya yang akan membimbing mu mengontrol Aurora yang sering kamu keluarkan tanpa terkontrol." Jelas bapak itu. Ohh... Jadi, dia itu kakaknya Pak Arley... Kata bapak, dia sahabatnya? Bohong ini pasti...

"Oh iya pak. Tapi, kemarin pak Arley bilang bahwa yang akan mengajar saya itu temannya." Ujar ku memastikan.

"Oh... Kalian masih tidak tahu sifat Arley kah? Dia itu menganggap semua kerabatnya itu sahabat. Saya termasuk orang itu. Dia sudah banyak bercerita tentang kamu." Ujar Pak Arlex yang berusaha menjelaskan agar aku percaya. Ya aku sih okok aja...

"Oh baiklah. Mohon bimbingannya..." Ujar ku sopan menundukkan kepala.

"Ya. Aurora mu masih sering keluar kah?" Tanya Pak Arlex.

"Masih pak. Cuma, kemarin pas saya ujian praktek, Aurora tersebut tidak keluar." Jelas ku.

"Oh. Ya sudah. Besok saja kita mulainya. Kamu akan dapat tambahan kelas dari saya." Ujar Pak Arlex meninggalkan kami pergi.

"Beda banget sama Pak Arley! Kalo Pak Mulutnya kayak bebek deh... Tapi Pak Arlex, beehh... Datar kalii..." Bisik Ressa, Keine dan Glenn yang mulai hebohin Pak Arlex.

"Udah ah! Nanti kedengaran kena semprot baru tahu!" Ledekku sembari mendorong mereka menjauh dari ku.

"Yahh... Berarti kita jarang bareng lagi dong..." Ujar Ressa memelukku dari belakang. Aku melepaskan pelukannya dan berbalik menatap nya.

"Ya elah... Kan aku malamnya bisa bareng. Lagian kita juga kan sekamar." Jawab ku mengelus kepalanya. Aku kok kayak mama sama anaknya gitu... Yang nanti mamanya mau pergi jauh, anaknya ga mau... Anggap ini pentas seni aja yaa readers...

"Aaaaaa.... So sweet.... Mama... Jangan pergi... Huhu... Aku ngga mau cama apek apek ini..." Ujar Glenn menunjuk Ke arah Keine.

"Heh! Ndasmu! Kalian ketularan Yura semua ya! Sama Rine juga!" Bantah Keine. Mulai nih, sifat ngamuknya...

"Pacar jatuh tak jauh dari pacarnya... Biasa itu..." Ujar Rean yang berusaha melawak, tapi...

"Haaa???? GARINGGGG..." teriak kami serempak. Ntah lah dia ngomong apa... Garing cuy...

"Kok garing sih? Siapa yang ngelawak? Huuuuuu... Geer satu-satu. Ga ada yang ngelawak kaliii..." Sekarang gantian kita yang malu... Oh, dia ga ngelawak toh...

"Btw, aku ngerti lho maksud peribahasa tadi... Wkwkwk..." Ujar Ressa.

"Aku juga! Pasti dua cowok ini ble ble." Ujar ku menunjuk ke arah Keine dan Glenn yang bengong masihan.

"Hoy! Bengong aja terusss... Gigi mu dah ompong satu noh!" Ledek Rean membuyarkan bengong nya...

"Apaan sih? Peribahasa mana itu? Bukannya buah jatuh tak jauh dari pohonnya? Lulus bahasa Indonesia ato ga sih?" Tuh kan... Apa kubilang, ga bakal ngerti lah mereka ini. Lola... Loading lama... Readers ngerti ga? Jangan-jangan sama aja ga ngerti wkwkwk...

"Maksudnya itu, Glenn kan pacarnya Yura, jadi smua informasi Yura itu pasti Glenn tahu. Sifatnya Yura sama Glenn itu pasti sama karena mereka..." Jelas Rean yang terpotong dengan teriakan ku dan Ressa.

"PACARAN!!!" teriak kami berdua.

"Husshh! Diam woy! Nanti kena marah guru lho!" Ujar Rean membungkam mulut kami berdua.

"Ooooo...." Melongo mereka...

"Udah ah. Dari Pak Arlex, sekarang jadi pacaran... Cari makan kuyy!!!" Ujar Rean menarik tangan Glenn dan Keine.

"Sabar Ren!" Ujar Keine karena tangannya ditarik langsung oleh Rean.

Hahh... Bersyukur aku punya temen kayak mereka... Lucu-lucu, kocak lagi.
Akhirnya malam pun tiba, aku dan Ressa menyiapkan seragam kami untuk besok, dan kartu identitas diri. Sama seperti di Sekolah kami dulu, semuanya pake hologram. Tinggal nempelin kartu identitas diri, kita sudah bisa membuka hologramnya. Cara kerja kartu ini sama seperti USB.

"Rine, seragam mu warna apa?" Tanya Ressa yang sedang melipat seragamnya di atas kasur.

"Warna kuning keemasan, kamu?" Tanya ku balik. Warna kuning emas kan mirip cahaya kan?? Jadi cocok deh... Cantik lagi seragamnya... Dasi nya berwarna Putih dengan tulisan nama kita. Roknya panjangnya selutut... Lengan bajunya itu panjangnya sampe siku lengan. Dan katanya... Setiap sihir kan ada tingkatannya, dan paling tinggi itu tingkatan tiga. Untuk cahaya, yang paling tinggi itu Aurora. Ya, kalian sudah tahu kalo aku sudah mengeluarkan sihirnya. Nah, nanti aku tinggal nunjukin sihirnya ke kepsek, terus baju ku akan diganti sesuai dengan warna Aurora. Kerenn kan???

"Warna Merah lah. Eh Rine, kalo kamu tunjukkin ke pak kepsek sihirmu udah tingkatan tiga, kamu bisa ganti model bajunya kan???" Tanya Ressa. Baru kukasitau kalian...

"Iyaa. Kalo kamu sihir tingkatan tiganya apa?" Tanya Ku balik. Api... Gimana sihir tingkatan tiganya?

"Api ya?? Ga tau. Mungkin kakel ada yang bajunya bukan merah, pasti dia udah tingkatan 2 kalo ga 3. Liat aja besok." Ujar Ressa. (Kakel: kakak kelas)

"Hah... Capek. Udah lah. Aku mau tidur." Ucapku sambil membanting tubuhku ke atas kasur. Tepat di atas bajunya Ressa. Aku ga sengaja lho itu...

"RINEEEEE!!!! AKU UDAH LIPAT SUSAH-SUSAH LAHH!!!" Teriaknya hingga aku menutup telingaku yang mau peka gara-gara teriakannya. Alhasil, kita menggangu kamar sebelah. Ada yang ngetok pintu tiba-tiba.

"Sorry... Bentar ya aku buka pintunya dulu." Ujar ku bermaksud melarikan diri dari amarah nya. Pas aku buka, ternyata Keine dan Glenn.

"Kalian kenapa sih? Bising kali! Siapa tadi yang teriak?" Ngomel-ngomel kan si apek ini. Kalian Taulah ya siapa...

"Apa sih? Tak usah ngomel-ngomel juga kali! Peka kupingku dua-duanya!" Bentak ku.

"Noh si Rine! Masa bajuku udah kulipat susah-susah di tiduri pula sama dia!" Gantian Ressa yang ngomel.

"Udah ah! Kalian tuh ya! Berisik nya minta ampun! Kalo nanti ada kamar sebelah lagi yang ngomel gatau ya!" Ujar Glenn balik ke kamarnya.

"Sana pergi! Syuhhhh..." Usir ku mendorong Keine pergi.

"Sabar ah!" Gerutunya.

"Bodo! Sana pergi!!" Usir ku mendorong nya lebih jauh.

"Res... Maaf yaa.. he-he-he..." Ujar ku sambil menutup pintu. Tampak muka Ressa yang cemberut gitu... Aduhhh... Marah nih dia...

"Yaudah. Tapi lain kali jangan gitu! Kan jadinya lecek bajuku." Jawab Ressa. Yeyyy... Dia maafin.

"Berarti dimaafin kan?" Tanya ku memastikan.

"Iya." Jawabnya. Aku langsung memeluknya

"Udah ah. Tidur yok! Dah malam, besok juga mau dipake, malas ngelipet lagi wkwkwk..." Ujarnya.

"Ayokkk!!" Ujar ku membaringkan tubuh ku di kasurku sendiri.

Haiiiiii... Wahhh... Author dah siap ujian! Jadi.... Kabar baiknya... Author bisa update seminggu 2 kali... Yeeaayyy!!!

Jadi, ikutin terus ceritanya yaaa...😆😆
Dijamin lebih seru dan jalan ceritanya bakal ga kebayang sama kalian!

Magical ControllerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang