Sosok laki-laki dengan jubah hitam yang sangat panjang menutupi wajahnya. Sosok yang sangat menyeramkan. Badanku langsung melemas dan kakiku bergetar hebat. Seluruh badanku tiba-tiba mati rasa. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku. Sosok itu berbicara dengan ku. Aku tidak bisa mendengarnya. Suaranya... Suaranya begitu menyakitkan telingaku. Kepalaku sangat pusing, aku berteriak agar ia tidak berbicara lagi karena suaranya begitu kencang dan tinggi, sakit sekali.
"JANGAN BERBICARA LAGI!!!! SIAPA KAMU??!!! PERGIII SEKARANG!" teriak ku histeris. Tiba-tiba, seluruh pandangan ku menjadi gelap. Hitam pekat, sangat sangat gelap. Suara itu sudah tidak terdengar lagi, aku pingsan di depan kamarku.
Keine's POV
Hari ini adalah hari yang melelahkan. Tetapi untungnya aku sudah baikan dengan Rine. Ia tidak marah lagi padaku. Di luar sana banyak sekali orang yang berkerumunan. Apa yang terjadi di sana? Banyak orang mengatakan kata 'bulan'. Aku mencoba mengingat-ingat kembali, dan teringat lah bahwa, besok bulan purnama! Bulan purnama yang ketujuh, dengan tujuh fenomena terlangka. Fenomena yang akan terjadi besok adalah, supermoon, full moon, blood moon, gerhana bulan total, setelah itu bulan berganti warna menjadi orange, Biru tosca, dan akan menjadi kuning emas. Bulan warnanya berganti-ganti.
"Keine, mau balik ke asrama ga?" Seseorang menepuk bahuku dari belakang. Dia adalah Glenn, teman sekamarku. Jika kalian penasaran, Glenn masih sama seperti dulu. Ia tetap ramah, tampak tidak ada masalah, tidak pernah membuat orang sakit hati.
"Ya. Apa yang kau bawa itu?" Tanya ku padanya yang sedang membawa tumpukan buku. Aku melihat salah satu judul buku yang ia bawa, Bulan. Untuk apa ia membaca buku tentang bulan?
"Oh ini. Aku hanya ingin menambah wawasan tentang astronomi. Apalagi besok fenomena Bulan terlangka bukan? Ada masalah?" Ia menjawab dengan nada tenang tanpa ada sedikit gugup atau apa.
"Tidak ada. Hanya tumben saja kamu mau membaca buku selain buku sihir mu sendiri." Ucap ku sambil berjalan menuju ke asrama. Beberapa menit kemudian, kami sampai di kamar kami. Tetapi, tiba-tiba aku melihat Rine pingsan di depan kamarnya. Aku dan Glenn panik setengah mati dan aku langsung menggendong Rine.
"Rine! Kau kenapa? Rine! Bangun Rine!!!" Aku menepuk-nepuk pipinya pelan dengan harapan ia mau bangun. Tapi alhasil, Rine masih saja menutup matanya. Aku panik setengah mati dan langsung berlari membawa Rine pergi ke UKS. Glenn segera memanggil Pak Arlex di kantor. Anak-anak banyak membicarakan Rine. Sepertinya Rine banyak musuh. Setelah sampai di UKS, aku menaruh tubuh Rine di atas kasur dengan hati-hati. Bibirnya sangat pucat, ia banyak keringat, ada apa dengannya? Aku memegang kepalanya untuk memastikan bahwa ia tidak demam. Tetapi benar dugaan ku, ia demam tinggi sepertinya, jidatnya panas sekali. Jujur, aku takut terjadi apa-apa dengannya.
"Rine! Ada apa dengannya Keine?" Seseorang membuka pintu UKS dan berlari menuju ke arah ku dengan tergesa-gesa. Ia adalah Pak Arlex, Ayahnya sendiri. Ayah mana yang tidak khawatir jika melihat keadaan anaknya seperti ini.
"Saya tidak tahu pak. Ada yang aneh sepertinya. Saya menemukan Rine pingsan di depan pintu kamarnya, saat saya balik ke kamar. Tidak ada orang di lorong selain saya dan Glenn." Jelas ku pada Pak Arlex. Tampak raut wajahnya yang sangat mencemaskan keadaan Rine. Menurutku, Rine sangat beruntung, ayahnya mencemaskan keadaan nya. Sedangkan aku, hanya ada abangku yang peduli dengan ku. Ayah? Dia hanya sibuk dengan urusan dewa-dewa nya.
"Rine, bangun Rine. Kamu kenapa nak? Rine bangun Rine. Ayah di sini. Maafin ayah yang udah telantarkan kamu selama 13 tahun lebih." Ucap Pak Arlex dengan nada yang sedikit ingin menangis. Aku hanya berdiri terpaku di sebelahnya, rasanya ingin ikut menangis. Aku menahan Pak Arlex.
"Pak, ini bukan salah bapak. Rine mungkin lagi kurang enak badannya, makanya jadi demam. Tadi sama saya sudah ketawa-ketawa kok." Ucap ku berusaha menghibur nya agar ia tidak sedih lagi.
"Tapi saya emang salah, sudah mengetahui Rine anak saya, tetapi masih merahasiakannya darinya. Sampai-sampai ia mengetahuinya dengan sendirinya." Ucap Pak Arlex.
"Hm, bapak tau bahwa Rine sudah mengetahuinya dari siapa? Saya tidak ada beritahu siapa pun." Tanya ku. Aku hanya ingin memastikan, apakah yang memberitahu nya itu Ressa atau bukan.
"Dari Ressa. Saya tidak tahu Ressa tau darimana tentang masa lalu Rine. Kalo kamu, saya tahu bahwa kamu mengetahui semua ini dari Dewa Roscoe. Dia juga membantu keluarga ku banyak."
"Oh begitu. Ya sudah, bapak tenang saja, Rine tidak apa-apa
Author's POV
Hari mulai malam, dan Pak Arlex memutuskan untuk menjaga Rine di kamarnya malam ini. Ia menggendong Rine menuju ke kamarnya dan diikuti oleh Keine. Setelah sampai di lorong kamarnya, Keine berpamitan untuk pulang ke kamarnya. Pak Arlex mengangguk dan mereka berpisah di sana.
"Permisi Ressa," ucap Pak Arlex permisi dengan Ressa yang ada di dalam kamar saat masuk ke dalam kamar sambil menggendong Rine. Ressa yang tadinya sedang asik bermain handphone nya, tiba-tiba panik dan cemas melihat keadaan Rine yang sangat pucat. Ressa menyuruh Pak Arlex untuk membaringkan tubuh Rine di atas kasurnya. Ia pun langsung menanyakan pada Pak Arlex, apa yang terjadi hingga Rine tidak sadarkan diri.
Pak Arlex menjelaskan semuanya yang terjadi yang ia dengar informasinya dari Keine. Ressa mengangguk mengerti dengan penjelasan Pak Arlex. Ia pun mengijinkan Pak Arlex untuk menjaga Rine malam itu.
Selang beberapa menit, mereka masih sama-sama diam. Tiba-tiba pak Arlex teringat akan sesuatu yang terus mengganjal di pikirannya. Ia pun menanyakan nya pada Ressa.
"Ressa,"
"Ya pak?"
"Kamu tahu masa lalu Rine dari mana?"
Ressa tampak terkejut mendengar pertanyaan pak Arlex. Ia berusaha mencari alasan yang jelas agar Pak Arlex percaya.
"Emm.... Uhh, saya tau dari..." Saat Ressa ingin menjawab Pak Arlex, tiba-tiba ia terkejut melihat ke arah Rine.
"Rine?? Kok..." Ucap Ressa terbata-bata sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Pak Arlex melihat ke arah Rine, sontak ikut terkejut
"Rine! Ada apa denganmu??? Kenapa, kenapa rambutnya berubah menjadi... Menjadi warna... Kuning?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Magical Controller
Fantasía{SEDANG REVISI! PERBAIKAN KATA-KATA DAN SEDIKIT PERUBAHAN ALUR CERITA} Rine Nethine Rylista adalah seorang gadis yang bersekolah di sekolah sihir. Ia dianugerahi sebuah kekuatan sihir, yaitu sihir cahaya. Perjuangannya untuk memaksimalkan potensi ya...