(32) Colourful Bracelet

2.4K 180 8
                                    

Bangun pagi, gosok gigi, cuci muka, tak mandi. Hahaha... Jk kok, aku tiap hari mandi bersih-bersih. Masuk sekolah lagi, belajar lagi, ketemu orang rese lagi... Huahhh... Banyak kali kerjaanku. Oh ya, aku gatau kenapa ya, semalam kok kayaknya aku mimpi aneh, tapi aku lupa mimpi apa. Mimpi itu kayaknya gambaran masa laluku. Astaga... Kok misteri masa lalu ku ga habis-habisnya lahh... Ah lupakanlah, lebih baik aku ke sekolah sekarang.

Sampai di sekolah, keributan merajalela dimana-mana. Ressa bingung apa yang telah terjadi. Ia pun menanyakan teman di sekitarnya apa yang terjadi. Ternyata satu sekolah lagi heboh dengan kebongkarnya rahasia salah satu murid sekolah ini, Ray. Semua pada mengatakan bahwa Ray adalah anak dari Pak Arlex. Aku pun terkejut setengah mati mendengar hal itu. Berarti... Dia ponakannya Pak Arley. Wow, mengejutkan.

"Ray anak pak Arlex waakk.. ga nyangka banget loh..." Ribut anak-anak satu sekolah. Semuanya pada membicarakan hal itu. Aku pun berusaha menerobos masuk ke kelas. Ressa pun begitu. Sampai di kelas, lagi-lagi Ray duduk sampingku. Keine ntah kenapa ga datang lagi keanya.

Aku melihatnya duduk di mejanya dan tanpa basa-basi aku langsung menanyakannya. Aku menarik kursi ku dan duduk di sampingnya. "Ray, Lo anak Pak..." Belum selesai aku berbicara, ia sudah membekap mulutku.

"Ya. Aku anak Pak Arlex. Emang kenapa?" Tanya nya yang sepertinya sudah tahu apa yang akan aku katakan. Aku menghela nafas dan melihat ke arah lain.

"Kok baru tahu sekarang?" Tanya Ku. Aku menaruh tasku dan mengambil Novel ku. Ia melihat ku dan menjawab pertanyaan ku.

"Aku sengaja sembunyikan sama Pak Arlex. Ada suatu kejadian di masa lampau yang membuat kami terpisah." Jelasnya. Aku menoleh ke arahnya kebingungan.

"Kejadian di masa lampau?" Tanya ku lebih rinci.

"Hah lupakanlah. Aku ga mau membahas tentang itu. Semua itu malah bikin aku semakin terpuruk. Kakakku hilang, adikku tak mengenali aku. Ibuku ntah kemana." Ucapnya. Jadi dia punya adik sama kakak ya?

"Adikmu? Amnesia?" Tanya ku lagi.

"Entahlah. Mungkin begitu." Ucapnya dengan nada yang sangat lemas. Aku berusaha menenangkannya dengan mengelus kepalanya.

"Sudah. Nggak apa-apa kok. Kamu mending, aku? Hahh... Aku bahkan tak tahu ayah ibuku dimana. Aku sempat bertemu ibuku, tapi aku tak mengenalinya. Aku gatau aku ada sanak saudara atau tidak." Ucapku. Ia menoleh ke arah ku dan tersenyum.

"Sudahlah. Lupakan. Lebih baik kita liat masa depan daripada masa lalu." Ucapnya menghiburku. Aku membalas senyumannya dan melihat novelku. Tiba-tiba aku teringat Keine yang tidak datang. Kemarin aku ga jenguk dia loh... Nanti pulang deh...

"Rine, aku pergi bentar yaa... Makasii ya hiburnya." Ucapnya tersenyum dan melangkah pergi keluar kelas.

Aku pun melanjutkan membaca novel ku. Ntah beberapa lama kemudian, seseorang berada di belakangku dan menepuk bahuku keras. Aku terkejut dan langsung menoleh ke belakang. Keine datang, dengan muka yang masam.

"Enak ya duduk sama Ray? Aku ga datang, kamu seneng- seneng sama dia kan? Mentang-mentang udah punya temen baru, sekarang temen lama di lupain." Baru juga datang, udah nerocos duluan.

"Kei, kemarin aku temenin Ressa kerja kelompok." Jawabku mencari alasan agar tidak dimarahinya lagi. Dia ga bakal marah lama lama kok.

"Terus? Kamu kan pulangnya bisa mampir, lagian kamar sebelahan lagi. Tinggal ngtok, habistu masuk. Apa sih yang susah Rine?" Tanyanya meninggikan suaranya dan melangkah pergi untuk mencari tempat duduk lain.

"Kei! Kei! Kok marah gitu sih?" Ucap ku memanggil nya, tapi dia tak mau menyahut. Masa gara-gara itu dia jadi marah banget sih? Terlalu kekanak-kanakan ga sih? Lagian dia kan ada si Glenn. Aku menghela nafas ku dan kembali membaca buku ku. Entahlah suka dia. Pulang nanti aku minta maaf aja deh.

Magical ControllerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang