Part 38

2.3K 172 14
                                    

Arlex's POV

Ujian pun berakhir. Aku menyuruh Keane untuk masuk ke ruangan ku. Apa yang terjadi antara Keane dan Rine?

"Duduk disini. Dan jelaskan secara detail apa yang pernah terjadi padamu dan Rine!" Ucapku menyuruhnya duduk.

"Emm... Saya belum pernah memberitahu bapak soal ini. Saya dan Keine adalah kakak beradik. Ayah kami bernama Roscoe Caland Dan ibu saya bernama Sinthya. Pasti bapak tahu bukan?" Roscoe... Dia... Dewa sihir? Jadi...

"Ya, kami berdua adalah anak nya. Kalau ditanya kenapa kami tidak diketahui oleh orang-orang lain, Ayah selalu bilang bahwa ia tidak pernah menikah." Ucap Keane yang semakin membuatku terkejut.

"Nah, kami berdua mengenal Rine itu karena ayah yang menyuruhnya untuk kami menjaga Rine. Ayah dan ibunya ditangkap oleh Rahella, Ratu Kegelapan yang dulu, dan ayah menyuruh ku untuk menangkap Rine. Aku tidak tahu caranya, makanya aku bertarung dengannya. Ia kalah dan pingsan, ayah mengunci masa lalunya karena Rine pernah mengeluarkan sihir Supernova nya. Tingkat ke 4." Ucap Keane yang membuatku sedikit tak percaya.

"Jadi, Rine pernah menggunakan sihir Supernova nya?"

"Ya. Dia hampir melukai dirinya sendiri. Makanya ayah mengunci masa lalunya. Nah, setelah 11 tahun, gembok masa lalunya akan terlepas. Ayah memasangnya sekitar ia berumur 7 tahun. Masa lalunya sudah terbuka, ia akan susah lagi untuk dikunci. Makanya dia mengingat ku bahwa aku pernah bertarung dengannya."

"Ok. Cukup penjelasannya. Sekarang kamu boleh balik ke kelas."

"Makasih pak. Permisi."

Masalah apa lagi lah... Apakah Ray mengetahui hal ini? Aku harus membicarakan nya nanti dengan Ray.

Keine's POV

"Aku mengingatnya dengan sangat jelas! Dewa sihir menggembok masa lalu ku! Aku tidak tahu apa alasannya, tetap aku tidak akan terima. Berarti, aku mengingat ayah ibuku!" Ucap Rine dengan sangat yakin. Ayah? Ibu? Betul! Dia pasti mengingatnya!

"Siapa? Kamu mengingatnya Rine?" Tanya Ray.

"Akhh!! Sakit!!" Berarti, ia tidak mengingat kejadian dengan ayah ibunya. Kok bisa? Aku akan menanyakannya dengan Kak Keane.

"Sudah. Jangan dipaksakan. Nanti kamu tambah parah Rine." Ucap ku menyuruhnya untuk berhenti mengingat masa lalunya.

"Jawab aku Kei, ayahmu adalah dewa sihir bukan?" Tanya Rine terus mendesak ku dengan pertanyaan itu. Aku menghela nafas berat, memutuskan untuk memberitahunya yang sebenarnya. Tapi, Ray tidak boleh disini.

"Ray, bisa keluar sebentar?" Tanya ku.

"Mau ngapain lu? Nggak ada niat ngapa-ngapain Rine kan! Lo ga mesum kan?" Reaksinya itu loh, sama mukanya, minta kutampol keras-keras kali ya..

"Otak lo yang mesum! Siapa yang mau ngapa-ngapain dia! Orang mau ngomong bentar!" Ucapku menjitak kepalanya hingga ia meringis kesakitan.

"Dia punyaku ya! Awas Lo apa-apain dia! Cewek gua tau ga!"

"Punya lo? Punya emaknya kali! Belum pacaran juga udah lebai," ucapku mendorong nya untuk segera keluar dari kamar. "Mending Lo cari cewek-cewek cantik di luar sana yang lebih banyak. Rine buat gue aja!"

Brakkk!!!

Tangan Ray terjepit di pintu saat pintu ditutup oleh Keine dengan sangat keras. Untung tidak berdarah, hanya bengkak.

"Heh! Lo seenaknya tutup pintu! Lu kira pintu milik nenek moyang Lo apa! Dasar iler kadal!" Gerutu Ray di depan pintu sambil memegangi jarinya yang terjepit.

"Oh, kejepit ya. Sorri, disini ga ada pengobatan untuk tangan kejepit, jadi sana minta cewek cantik di luar sana ngobatin tangan Lo, tapi belum tentu mereka mau loh yaa..." Ucap Keine membuka pintunya sedikit, lalu menutupnya kembali.

"Dasar Lo sialan! Awassss nanti! Pembalasan lebih kejamm!" Gerutu Ray di depan pintu. Yahh... Gue sih bodo amat dia mau kejepit kek, mau kepotong kek, bagus lah kalo kepotong.

"Sudah. Sekarang ceritakan padaku apakah ingatanku ini benar atau tidak?" Desak Rine terus-terusan. Kenapa sebegitu ingin tahunya dia bahwa aku anak dewa sihir.

"Eemm... Iya. Apa yang kamu katakan itu semua benar." Ucapku terpaksa jujur. Ia sedikit marah karena masa lalunya kenapa harus dikunci. Dan juga kak Keane menyerangnya.

"Kenapa? Kenapa mereka harus lakuin itu?" Tanya Rine. Kasitau, enggak, kasitau, enggak...

"Emm... Jadi gini, saat itu ayah ibu mu mengurung mu di gudang, nah kamu tidak mau dikurung, kamu berteriak histeris dan tiba-tiba kamu mengeluarkan sihir Supernova, ayah melihat mu menggunakan sihir itu dan kamu menjadi lemas. Ia akhirnya menggembok masa lalu mu sepenuhnya agar kamu tidak ingat bagaimana kamu mengeluarkan sihir itu." Jelas ku. Raut mukanya sedikit berubah, ia berubah menjadi sedikit terkejut.

"Si...sihir su... supernova?" Tanya Rine terbata-bata. Aku mengangguk pelan padanya dan ia menundukkan kepalanya.

"Aku sudah membunuh kedua orangtuaku... Tapi kenapa sekarang ingatanku sudah pulih, tapi aku masih belum bisa mengingat wajah orangtuaku." Ucap Rine melanjutkan nya.

"Aku tidak tahu masalah itu Rine, tapi yang jelas, orangtuamu itu bukan kamu yang bunuh. Hanya Ayah yang mengetahui siap orangtuamu. Tapi lambat laun pasti kamu tahu kok.

"Ayah? Dewa Roscoe? Di...dia mengetahui ayah ibuku? Bawa aku padanya sekarang pliss. Aku mohon Kei..." Ucap Rine yang membuatku terkejut. Kalian pasti tahu bukan, seorang dewa pasti sibuk dong. Gimana caranya biar dia bisa ketemu ayah?

"Pliss... Boleh kan Kei?" Tanya Rine lagi. Arghh!!! Aku mengacak ngacak rambutku bingung harus jawab apa.

"Bukan apa ya Rine, masalahnya seharusnya kamu tahu kan kalo tugas dewa itu banyak banget. Apalagi dia dewa sihir. Jadi, aku gatau bisa atau nggak kamu ketemu sama ayahku." Ucap ku dengan perasaan enggak enak.

"Gitu ya, gimana kalo kamu bantu tanyain? Aku beneran harus tahu orangtuaku siapa!" Ucap Rine. Mungkin bisa kalo aku yang nanya dehh...

"Hmm... Bisa mungkin Rine. Tapi aku ga bisa janji plis." Ucapku menyetujui permintaan nya.

"Makasi ya Kei." Ucapnya. "Panggil Ray masuk lah, dia kasian kali di luar tangannya kejepit."

"Hahaha... Oke deh."

Sore hari telah tiba, aku harus nanya ayah nih... Tapi gimana ya? Aku udh ceritain semuanya sama Kak Keane, dia bilang oke oke aja sih... Ya udah berarti aku harus ketemu ayah. Ayah biasa di... Taman. Petir.... Keluar...

Aku berpindah seketika dengan sangat cepat ke arah taman di seberang pulau ini. Ya, aneh ya, tapi inilah adanya. Ada taman, di sebuah pulau yang berada di seberang sini. Aku kan ada sihir petir, jadi aku bisa bergerak dengan sangat cepat.

"Ayah!"

"Keine! Ada apa? Tidak biasanya kamu datang ke sini." Ucap Ayah menoleh ke belakang ke arahku yang memanggilnya. Aku berlari menghampirinya.

"Boleh nanya ga? Ayah tahu orangtua Rine siapa kan?" Tanya ku langsung tanpa berbasa-basi.

"Ha? Kenapa kamu tiba-tiba nanya seperti itu? Ada masalah kah?" Tanya Ayah mungkin terkejut karena aku tiba-tiba bertanya hal seperti itu. Aku mengangguk pelan dan menjelaskan semuanya kepadanya.

"Gembok masa lalu nya sudah terlepas kan? Kenapa kalian tidak bawa ke ayah?" Tanya Ayah seperti menuduh aku dan Kak Keane yang salah tidak membawanya kemari.

"Lupa yah... Banyak tugas sekolah." Jawabku dengan alasan yang... Cukup masuk akal bukan?

"Oke oke... Ya sudah. Sekarang Rine bersikeras untuk diberitahukan siapa orangtuanya?" Tanya ayah.

"Iya. Aku juga pengen tau yah,"

"Oh ok baiklah. Ayah kasitau, orangtuanya Rine adalah... Lunarisa, sang Ratu Cahaya dan Arlex, guru yang mengajar di sekolah mu."

Pak... Arlex? Be..benarkah? Be...berarti... RAY ADALAH ABANGNYA???

Magical ControllerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang