Seminggu sudah berlalu, dan aku aman-aman saja disini. Tidak ada masalah apa pun yang terjadi. Mulai Minggu lalu aku dapat tambahan kelas dari Pak Arlex. Aku beruntung bisa memiliki guru sebaik dia. Dia akan membantuku untuk mengontrol sihir tingkat tiga ku. Untuk sihir tingkat empat, aku belum merasakannya. Jadi, untuk sementara, aku tidak perlu khawatir. Pak Arlex itu ternyata orangnya fun lho... Dia sama anak murid aja agak formal. Tapi, sama aku di ruangannya ketawa-ketiwi aja kerjaannya. Dia juga perhatian. Aku kira pertamanya dia itu galak. But, don't judge a book from it's cover... Sekarang yang berani cekikikan sama Pak Arlex cuma aku. Wkwkwk...
"Misi pak." Ucapku saat memasuki ruangannya. Hawa dingin langsung menerpa wajahku. Ya, ruangannya ber AC. Ada 2 sofa di dalam ruangannya. Aku pun duduk di situ selang menunggu Pak Arlex menyiapkan buku nya.
"Hai Rine. Duduk dulu bentar. Saya mau bicarakan sesuatu sama kamu." Jawab Pak Arlex mencari kursi nya untuk duduk. Kayaknya ada masalah penting yang akan dibicarakannya.
"Ada apa pak?" Tanya ku penasaran. Tampak muka Pak Arlex yang lelah. Ntah apa yang terjadi padanya.
Ia menghembuskan nafasnya pelan dan mulai menjelaskan apa yang terjadi. "Kamu mau diganti ga bajunya?" Tanya nya.
"Baju sekolah ya? Aurora?" Tanya ku memastikan. Pak Arlex hanya mengangguk pelan.
"Emm... Secepat inikah?" Tanya ku.
"Gini, kalo kamu ganti bajunya, berarti kamu sudah masuk ke tingkat 3 bukan? Masalahnya, kamu bahkan belum melewati tingkat 2. Yaitu pelangi. Dan kamu masih belum bisa membedakan bagaimana caranya untuk mengeluarkan cahaya ataupun Aurora. Kamu bisa saja salah mengeluarkan sihirmu." Jelas nya.
"Ya saya tau pak. Jadi gimana? Tidak usah ganti bajunya bukan?" Tanya ku lagi. Bapak ini ngomong potong potong.
"Minggu depan akan diadakan seleksi tingkat cahaya. Nah, kalo kamu langsung masuk ke tingkat tiga, kamu akan kewalahan menghadapi semuanya. Karena tingkat 2 tidak kamu lewati. Jadi, sekarang kamu harus bisa mengeluarkan cahaya pelangi. Kita akan belajar ini." Jawabnya menyodorkan sebuah buku yang bertulisan "Magical Rainbow".
"Buku ini mungkin bisa membantumu untuk mengerti hal-hal tentang pelangi. Mungkin dengan cara itu, kamu bisa mengerti dan mengeluarkan sihir itu." Ucap bapak itu. Hmm... Haruskah aku menguasai satu sihir ini lagi? Sedangkan aku masih belum bisa membedakan sihir cahaya dan Aurora?
"Iya pak. Saya usahakan." Jawabku sembari mengambil buku itu dari tangan Pak Arlex. Ia tersenyum dan kembali duduk ke tempat mejanya dan menyelesaikan tugas nya... Mungkin. Aku pun pamit dengan Pak Arlex dan pergi dari ruangannya.
"Huahhh... Kayaknya aku ini bermasalah banget yaa... Dari masa kecil yang suram, sihir yang aneh, tak terkontrol, masalah percintaan yang nggak ada gunanya pun ikut campur di dalam hidupku. Haishh..." Gerutuku dengan diriku sendiri sambil berjalan di lorong-lorong kelas dan mau balik ke kamar. Setibanya aku di kamar, Yah, kalian bisa nebak laa, orang yang pertama aku lihat dan yang paling pertama nyerewetin aku.
"Rine! Kamu kemana aja sih! Pergi ga bilang-bilang, pulang ngilang ngilang! Kemana sih???" Mulai kan, mode emak-emak nya on.
"Apa sih Res? Pulang ngilang ngilang maksudnya apa?" Tanya ku balik.
"Ah! Lupakan lah! Kamu kemana?" Tanya nya mengalihkan pembicaraan. Ngomong kok ngelantur. Sekali skakmat, K.O langsung.
"Habis dari ruangan Pak Arlex. Jalan yok Res! Bosan aku di sini." Ajak ku. Aku pengen pergi ke satu cafe. Katanya sih cafe itu bagusss banget.
"Kemana?" Tanya nya yang mengalihkan pandangannya ke hapenya sambil tiduran di atas kasur.
"Ke Cafe Cersiera Revlis. Yang di seberang sekolah situ. Katanya tempatnya bagus bangett... Temenin aku dong... Yaa???" Ucap ku memasang muka berharap dengan responnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magical Controller
Fantasía{SEDANG REVISI! PERBAIKAN KATA-KATA DAN SEDIKIT PERUBAHAN ALUR CERITA} Rine Nethine Rylista adalah seorang gadis yang bersekolah di sekolah sihir. Ia dianugerahi sebuah kekuatan sihir, yaitu sihir cahaya. Perjuangannya untuk memaksimalkan potensi ya...