Part 50

1.7K 124 3
                                        

Kami bertiga, Aku, Keine dan Yura, berbincang-bincang sambil diselingi dengan candaan yang dibuat oleh Keine. Terlintas dipikiran ku, mengapa Ressa tidak ada?

"Oh iya, ngomong-ngomong Ressa mana?"

"Ah, Ressa. Dia lagi ada masalah sama pacarnya." Ucap Yura dengan nada pasrah.

"Masalah? Ada apa memangnya?"

"Ressa dan Rane putus. Kami sudah menghubungi mereka berdua. Katanya sih mereka akan datang nanti agak malam. Kita tunggu saja."

"Putus? Kok bisa tiba-tiba gitu? Masalah apa lagi? Kemarin Yura Glenn, sekarang Ressa Rane."

"Jangan ungkit ungkit masalah itu lagi deh Rine. Aku malas sama Glenn."

"Eh iya sorry," ucap ku meminta maaf pada Yura.

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar ku. Aku pun meminta Yura untuk membuka pintunya. Terlalu malas untuk berdiri dan berjalan ke arah pintu.

"Pak Arlex? Hai pak."

"Eh, kalian sudah sampai ya. Gimana keadaan mu Rine?"

"Sudah membaik kok pak. Gimana? Sudah diterjemahkan?"

"Sudah. Aku tahu semua penyebab berubahnya warna rambut mu itu. Dan katanya benar, ada 3 anak yang berubah warna rambutnya. Sebenarnya ada 4, tetapi satu lagi berada di sekolah sihir lainnya."

"Ah, siapa aja orang tersebut?"

"Kamu, Lacressa Lunaria, Calyxe Fleura dan Clintonia Airanette. Clintonia adalah anak dari sekolah sihir lain, Element Magix."

"Sebentar," potongku dengan cepat.

"Calyxe Fleura? Aku seperti pernah mendengar nama itu! Flera!" Aku teringat pada Flera. Rambut dia juga berubah?

"Mereka sihir apa saja?" Tanya ku untuk memastikan. Setahuku, Flera sihir gas. Dan dia mengenal Glenn.

"Calyxe Fleura memiliki sihir Mystique, dan Clintonia memiliki sihir air."

"Contradiction magic!" Teriak Keine tiba-tiba. Kau terkejut dan menatapnya. "Contradiction magic? Apa itu?"

"Sihir yang saling terbalik. Cahaya dan Mystique kan sangat berlawanan, begitu juga dengan Air dan api." Jelas Keine.

"Tepat sekali. Dan ingat, bulan berubah menjadi 4 warna, merah, kuning, biru dan ungu gelap. Itu semua adalah warna sihir."

"Benar juga. Jadi apa penyebabnya?"

"Mereka yang berubah warna rambutnya, disebabkan karena mereka adalah anak dari ratu sihir."

"APA?!" Teriak ku spontan. Anak dari ratu sihir?

"Seperti kamu, kamu adalah anak dari Ratu Lunarisa, sang ratu cahaya. Begitu juga dengan Ressa, Calyxe Fleura dan Clintonia."

"Berarti, Ressa anak ratu api. Siapakah Ratu api? Apakah ada tertulis di buku sihir itu tidak?"

"Jelas tidak ada. Ini adalah buku sihir, bukan buku silsilah keluarga. Sebelum bicara, pikir lah terlebih dahulu." Ucap Keine menyindir ku. Ia menatapku tajam, sedangkan aku hanya menatap malas.

"Jadi, ada tidak buku silsilah keluarga?"

"Cari lah. Ngapain nanya aku. Emang aku penjaga perpustakaan?"

"Nggak ada yang nanya kamu."

"Sudah. Kalian berdua kalau jauh kangen, kalau dekat adu mulut." Ucap Pak Arlex. Seketika kami berdua langsung diam.

"Kemungkinan sih ada. Nanti kita coba cari bukunya. Ngomong-ngomong apa Ressa dan Rane akan datang?" Tanya Pak Arlex.

"Katanya agak malam. Kira-kira kalau aku menanyakan hal ini pada Ressa, apakah dia akan tersinggung?"

"Tidak tau. Tetapi lebih baik kita diam saja. Apakah Flera yang kamu sebut itu adalah temanmu?" Tanya Pak Arlex.

"Iya. Dan tadi bapak bilang bahwa ia memiliki sihir Mystique kan? Dia pernah aku tanya, dan katanya sihirnya adalah gas, makanya dia mengenal Glenn."

"Gas? Dia berbohong gitu? Apa dia malu karena ia memiliki sihir Mystique?" Keine membuka suara menanggapi pernyataan ku. Aku menghela nafas sejenak, dan berkata kepadanya.

"Sepertinya bukan karena ia malu, tetapi pasti ada tipu muslihat dibalik semuanya ini."

"Kenapa kau bisa beranggapan seperti itu? Tidak baik bukan ber perasangka buruk pada orang?" Nasehat Pak Arlex. Aku tahu itu tidak baik. Tetapi bagaimana? Aku memiliki firasat tak baik dengan orang seperti dia. Seperti musuh dalam selimut.

"Firasat ku mengatakan seperti itu." Ucapku pelan berusaha agar tak terdengar siapa pun.

Tiba-tiba pintu terbuka dan menampakkan sosok wanita yang dari tadi kita cari. Ressa sudah kembali. Tetapi anehnya, rambut dia tidak berubah sama sekali dan inilah waktu yang tepat untuk kita menanyakan hal ini padanya. Belum sempat aku membuka suara, Keine sudah mendahului ku.

"Ah Ressa. Pas sekali, kamu datang di waktu yang tepat. Boleh kita berbincang-bincang sesaat?"

"Silahkan. Tetapi sebelumnya aku ingin meminta maaf pada kalian, kemarin aku pergi begitu saja karena ada urusan mendadak. Maafkan aku Rine."

"It's ok. Aku sudah memaafkan mu. Sini duduk." Ucapku mempersilahkan Ressa untuk duduk di samping ku.

"Aku tahu kalian akan menanyakan apa."

Kami semua terkejut mendengar perkataan Ressa. Kami diam dan mendengarkan lanjutannya.

"Kalian sudah tahu bukan bahwa penyebab rambut Rine berubah dan siapa saja yang berubah juga warna rambutnya?"

"Ya. Kamu salah satunya."

"Benar. Dan ini adalah rambut asliku." Ucap Ressa melepaskan rambutnya yang ternyata adalah rambut palsu nya. Dan benar saja, rambutnya berubah menjadi warna merah api.

"Ah, mengapa kau sembunyikan?" Tanya Yura yang tak percaya dengan perubahan ini semua.

"Ada alasan tertentu. Dan benar tebakan kalian jika kalian menebak bahwa aku adalah anak dari raja api." Pernyataan Ressa kembali membuat ku terkejut. Kami semua yang mendengar pernyataan langsung dari mulut Ressa itu saling menoleh satu sama lain. Kami benar-benar dikejutkan oleh hal ini. Semua misteri ini sepertinya akan terbongkar sebentar lagi.

"Sebentar, aku mendengar bahwa kamu mengatakan anak dari raja api? Dan rambutmu juga berubah warna? Artinya semua yang berasal dari keluarga kerajaan akan mengalami hal seperti ini?" Tanya ku memastikan kesimpulan yang aku tarik ini benar. Ressa menjawab dengan anggukannya.

"Lalu siapa nama ayahmu?"

"Nama ayahku adalah Arven."

Kami semua terdiam sejenak. Kami tidak mengenal nama tersebut. Aku menoleh ke arah Pak Arlex, berharap ia mau membuka suara untuk memberitahu sesuatu. Tampak ia sedang menghela nafas dan bersiap untuk berbicara. Aku mulai fokus pada setiap kata yang akan diucapkan nya, tak ingin satu pun terlewatkan.

"Saya tidak mengenal orang itu. Dia tidak populer." Aku membelalakkan mataku dalam sekejap. Bisa-bisa nya ia berkata seperti itu di depan anaknya.

"Tidak seperti ku. Aku sangat terkenal sebagai raja cahaya yang bijaksana." Lanjutnya dengan nada sombongnya. Aku berniat untuk menghentikan perbuatannya, tetapi sebelum aku membuka suara, ada suara lain yang mendahului ku.

"Ya. Aku tahu itu. Sekarang bukan waktunya untuk mempamerkan hal konyol itu." Ucap Ressa datar. Aku merasakan ada sesuatu yang berbeda darinya. Ia tidak seperti biasanya. Ressa terlihat dingin dan tidak berperasaan. Cara bicaranya yang formal membuatku sedikit ragu.

Menurut pemikiran ku, ada sesuatu hal yang ia sembunyikan dan tidak ingin orang lain tahu. Dan feeling ku mengatakan bahwa semua masalah yang terjadi sekarang ini pusatnya di aku.

Magical ControllerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang