Part 41

2.2K 149 13
                                    

"Ada apa dengan anak saya? Dia buat masalah?" Pak Arlex menyenderkan badannya di depan pintu kelas. Aku semakin tidak enak terus berada di kelas ini. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi.

Aku mengambil tas ku dan langsung pergi meninggalkan Pak Lynn dan Pak Arlex. Malu, sedih, amarah dan senang bercampur aduk sekarang. Aku berlari menuju kamarku. Membuka pintuku dengan keras, membanting tas ku di meja dan tidur di kasur. Benar-benar hari yang sangat sial. Mau taruh di mana mukaku besok? Udah ngebantah guru paling killer, lari ke luar kelas. Besok pasti gosip beredar. Pak Arlex juga, kenapa nekat sekali?

"Rine? Aku boleh masuk kan?" Terdengar seseorang memanggil namaku dan membuka pintu kamarku. Aku sedikit menoleh kan kepalaku dan melihat sosok Keine di kamarku. Aku tidak menjawabnya sama sekali.

"Rine, aku mau meluruskan semuanya. Bukan aku..."

"Apa?! Kamu mau mengelak lagi? Kamu kan yang kasitau Pak Arlex kalo aku udah tahu! Ray juga kan! Mau cari alasan apa lagi kamu! Keluar sana! Muak aku liat muka mu!"

"Rine, beneran, aku nggak ada kasitau Pak Arlex. Aku juga ga ada kasitau Ray!"

"Bohong! Terus mereka bisa tahu itu gara-gara apa? Mau bilang kalo mereka nguping pembicaraan kita waktu itu? Tidak masuk akal! Alasan yang sangat pasaran!"

"Kita ini udah berteman lama loh Rine, masa kamu ga percaya sama aku?"

"Untuk apa percaya sama temen yang bocorin semua rahasia temennya sendiri? Aku ga butuh tau!"

"Jadi kamu maunya apa? Aku mau meluruskan nya, kamu ga mau dengerin! Terus aku harus gimana?"

"KELUAR!" Aku meneriakinya dengan sangat keras yang membuatnya tersentak dan sakit hati. Ia melangkah pergi dan membanting pintu kamarku. Aku tidak butuh teman yang seperti itu. Jangan-jangan Ressa sama Flera juga seperti dia? Pasti. Aku tidak bisa berteman dengan mereka lagi. Semuanya musuh dalam selimut! Akh, kenapa aku jadi berburuk sangka kayak gini sih?

Beberapa menit kemudian, aku tertidur lelap setelah menangis seperti tadi. Aku terbangun pada pukul 2. Berapa jam aku sudah tidur? Sepertinya Ressa sudah pulang sekarang. Hari ini aku ada jadwal latihan dengan Pak Arlex. Masalahnya aku sedang bertengkar dengannya.

"Rine!!! Gimana keadaanmu? Kamu tadi kena marah sama Pak Lynn ya?" Ressa tiba-tiba datang dengan menggubrak pintu. Aku terkejut sekali saat ia masuk ke kamarku. Ia terlihat mencemaskan keadaan ku. Tapi aku tidak akan percaya lagi.

"Sudah sana. Kamu gabung sama yang lain aja. Aku lagi malas." Aku menjawabnya dengan nada datar dan dingin. Ia terlihat bingung mendengar ku.

Ressa's POV.

Tidak biasanya Rine seperti ini. Kalo sakit biasa dia ga jutek loh. Ada apa sih dengannya? Aku harus tanya sama Keine ini. Masa iya dia baru dimarahin sama Pak Lynn udah sakit hati gitu? Dulu perasaan dimaki habis-habisan dia masih ketawa loh.

"Rine? Kamu gapapa kan? Kok tiba-tiba begini? Udah biarin aja si..."

"Keluar! Aku tak mau melihat kalian lagi. Keluar ngga? Mau marah? Benci? Nusuk aku dari belakang? Silahkan!" Rine meninggikan suaranya. Ia benar-benar tidak seperti biasanya. Apa yang terjadi dengannya?

Aku pun melangkah keluar dari kamar dengan perasaan cemas. Aku segera berlari menuju kelas cahaya dan segera mencari Pak Arlex dan Keine. Tetapi mereka tidak ada. Aku pun berlari mencari ruangannya Pak Arlex. Untunglah di sana ada Pak Arlex.

"Misi pak,"

"Ressa? Ada apa mencari saya?"

"Pak, tadi Rine ada masalah apa ya pak? Karena saya lihat, kondisi Rine sangat aneh dan mengkhawatirkan." Aku mengutarakan dan menjelaskan semua yang terjadi pada Rine saat bersamaku. Bapak itu tampak menghela nafas.

"Jangan kasitau siapa-siapa. Saya ayahnya. Dan sudah beberapa bulan saya mengetahui dia anak ku. Bahkan sejak kalian sekolah di The Magical Controller, saya sudah menitipkan Rine pada Arley. Nah, dia marah pada saya yang menyembunyikan hal ini dan akhirnya ia mengetahuinya sendiri. Dan dia menganggap saya menelantarkannya dan tidak mau menganggapnya anak. Padahal ada maksud lain yang tidak boleh diketahui Rine. Sepertinya sekarang dia sedang emosi."

Aku mengangguk-angguk mengerti apa yang telah terjadi pada Rine. Aku sedikit terkejut saat mendengar bahwa Pak Arlex adalah ayahnya Rine. Pantas saja mereka sangat dekat. Saat Rine terbangun tengah malam itu saja ia yang mengetahuinya. Seorang ayah pasti ada ikatan batin dengan anaknya.

"Terus, masalah sama Pak Lynn itu kenapa?" Aku menanyakan nya lagi setelah ingat bahwa banyak gosip yang beredar tiba-tiba bahwa Rine membentak guru killer.

"Saat emosinya sedang tidak stabil seperti itu, ia keluar dari ruangan saya dan kembali ke kelas. Mungkin dia pusing kepalanya, atau apa, ia membaringkan kepalanya di atas tangannya di meja. Nah, Pak Lynn memang tidak suka anak yang malas. Ia memukul Rine dan membuat emosi Rine semakin meledak-ledak. Rine membentak Pak Lynn dan beginilah akibatnya. Dari kecil, Rine memang bukanlah anak yang bisa mengatur emosi dengan baik, tidak seperti Ray."

"Oh ok. Jadi masalahnya sekarang adalah, Rine sedang tidak stabil emosinya? Makanya jangan diganggu dulu?" Aku menanyakan hal ini untuk memastikan tindakan yang aku ambil benar.

"Ya. Biarkan saja ia dulu. Ia butuh istirahat, untuk meredamkan emosinya. Ia adalah seorang yang pendendam dan negatif thinking, jadi dia bisa saja menganggap kamu bukan teman yang baik saat ini. Jadi hati-hati jika berada di dekatnya. Ia bisa melukaimu kapan saja."

Ucapan Pak Arlex membuatku sedikit merinding. Ternyata Rine seperti itu. Ia pendendam. Emosi yang sangat tidak stabil, aku harus membantunya. Lebih baik, untuk saat ini aku mengikuti arahan dari Pak Arlex. Rine adalah teman ku. Aku harus membantunya untuk mengendalikan emosi dan sihirnya.

"Kalau emosinya tidak stabil begitu, apakah bisa memicu ketidakstabilan sihirnya juga?"

"Tentu saja. Sihir sangat dipengaruhi oleh emosi. Orang yang bisa mengendalikan emosi dengan baik pasti dapat mengendalikan sihirnya dengan baik juga. Seperti kamu, jika kamu orangnya pemarah, sihir api mu bisa-bisa melukai banyak orang. Tetapi sejauh ini, kamu memang pemarah, tetapi bukan pendendam. Sedangkan Rine, ia tampak sangat ramah dan tidak pemarah, tetapi di sisi lain ia adalah seorang yang pendendam."

"Ohh... Mengerikan sekali. Ya sudah. Terima kasih pak atas informasinya. Saya balik dulu. Saya akan membantu Rine untuk menenangkan dirinya setelah emosinya reda."

"Mohon bantuannya Res. Minta tolong lah juga pada Keine. Karena dia yang benar-benar mengerti dengan kondisi kejiwaan Rine. Saya mengandalkan kalian berdua."

"Baik pak."

Happy Chinese new year semuaaa!!! (Bagi yang merayakan)
Btw, author juga ngerayain. Author orang cina lohh...😝
Makasii ya buat kalian yang selalu menunggu kelanjutan cerita ini. Kalo Author baca komennya itu loh, terhura banget. Readers setiaa bangettt dehh...😆😆😆

Magical ControllerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang