(33) Secret

2.3K 171 2
                                    

"Glenn, belum pulang ya?" Tanya ku berusaha memecahkan suasana yang canggung ini.

"Dia kerja kelompok. Mungkin agak sore baru pulang. Kamu? Ga ada tambahan sama Pak Arlex?" Tanya nya balik.

"Kan kemarin katanya udah diizinkan? Katanya kalian mau ngomong sesuatu sama aku kan?" Jawabku. Ia hanya ber-oh-ria mendengar jawabanku.

Tiba-tiba, seseorang datang tergesa-gesa membuka pintu kamar Keine dengan kasar. Sepertinya ia ngos-ngosan.

"Kei! Kau gapapa kan? Eh? Rine?" Tanya nya. Aku menoleh ke belakang melihat ke arah pintu. Kak Keane toh.

"Eh kak! Haii!!!" Sapaku. Ia membalas senyuman ku dan menghampiri Keine. Aku berdiri dan bergeser ke samping sedikit agar kakaknya bisa melihat keadaan adiknya.

"Kamu gimana? Masih sakit ya? Kok bisa tiba-tiba kambuh?" Tanyanya khawatir. Tiba-tiba kambuh? Berarti dia mengidap sebuah penyakit? Demam?

"Emm... Iya kak. Oh ya Rine, boleh keluar sebentar tak? Aku mau ngomong empat mata sama Kak Keane dulu. Sebentar aja kok.

"Oh ok." Ucapku beranjak keluar dari kamarnya. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Biarkan aku tunggu di luar saja.

Keine's POV.

"Kak... Jangan ngomong soal penyakitku sama dia. Aku ga mau Rine tau." Ucapku dengan suara pelan. Aku takut Rine mendengarnya. Kak Keane mengangguk mengerti.

"Kamu gimana? Sihirmu tak terkontrol lagi ya?" Tanya Kak Keane.

"Yahh... Kakak Taulah... Selain itu, kayaknya sihir Mystique ku bermasalah. Kok bisa gitu ya?" Tanya ku bingung. Aku dan Keane kakak beradik. Tapi kakak cuma bisa sihir cahaya, tapi ia mendalaminya.

"Kau tahu tak? Kamu masuk ke kelas cahaya, nah cahaya sama Mystique itu berlawanan. Istilah nya ya Mystique itu seperti sihir gelap. Nah kan mereka bermusuhan, makanya kalo kamu make sihir cahaya, sihir Mystique mu akan bermasalah." Jelasnya. Ok, aku baru mengerti dan menyadari hal ini. Tentu saja ini semua akan merepotkan bukan?? Masa aku harus mempelajari 2 sihir dalam 2 kelas?

"Yah jadi gimana dong kak?" Tanya ku pasrah. Ia duduk di samping tempat tidur ku dan membelai rambut ku.

"Nanti aku coba cari cara, tapi kalo menurut kakak sih, kamu pindah ke sihir Mystique dan mengejar ketinggalannya. Untuk sihir cahaya, kakak akan bantu. Itu kalo kamu mau." Usul kakakku. Pindah?? Yakin? Ahh... Aku harus mengejar ketinggalannya? Emang segitu gampangnya kah pindah kelas?

"Bisa meh kak?" Tanyaku ragu. Ia menghela nafas dan tersenyum.

"Bisa. Nanti biar kakak bicarakan sama Pak Arlex dan Bu. Revlas. Itu kalo kamu mau yaa... pikirkanlah baik-baik, aku tau kalo itu berat bagimu. Kakak coba cari cara yang lebih bagus." Ucap Kak Keane menghiburku. Bersyukur punya Abang yang pengertian sepertinya.

"Ya sudah, aku panggil Rine masuk. Kasian dia di luar jadi anak ilang. Lagian kakak mau ngomong sesuatu sama dia." Ucap kakak ku berpamitan. Ngomong sesuatu? Jangan-jangan?

"Kak, lu mau ngomong tentang..." Ucap ku terpotong karena ia menempelkan jari telunjuk nya di bibirku.

"Nggak kok. Hal lain." Ucapnya melangkah pergi. Aku pun lega mendengarnya. Setidaknya aku masih ada kesempatan.

Rine's POV

Nunggu diluar, kek anak ilang, ngapain sih mereka di dalam? Nguping dikit ga dosa kali yaa.. aku menempelkan kupingku ke tembok kamar Keine. Aku mendengar sedikittttt sekali tentang percakapan mereka. Ralat, bahkan hanya satu kata yang kedengaran, Mystique. Apa maksudnya ini? Kenapa mereka ngomong ngomong tentang Mystique? Aneh. Aku pun mendengarnya melewati lubang di pintu. Ehh, belum sempat denger apa apa, tiba-tiba pintu dibuka seseorang. Kak Keane!

"Aw!" Aduh kepalaku terbentur dengan tali pinggang nya Kak Keane. Aku kan ngupingnya Sambil nunduk.

"Rine? Kamu ngapain? Nguping yaa???" Mampus aku, ketahuan dehh... Gimana ini?

"Eh Kak Keane. Iya kak, habis bosen di luar. Nguping dikit gapapa kan?" Ia terkekeh geli melihat ku mengaku dosa depannya. Aku malu setengah mati melihatnya. Haduuhh... Diketawain sama kakak kelas.

"Hahaha... Bosen yaa... Ya sudah, sekarang gantian kakak ngomong sama kamu." Ucap Kak Keane mengelus rambut ku. Aku tersenyum malu.

"Mau ngomong apa kak?" Tanya ku penasaran. Kak Keane menutup pintu kamar Keine dan berdiri di depan kamar nya.

"Emm... Sebelumnya Rine, kamu jangan tersinggung yaa, aku cuma nanya, apa kamu tahu latar belakang keluarga kami?" Tanya Kak Keane tiba-tiba. Hah? latar belakang?

"Emm... Enggak. Emang kenapa kak?" Tanya ku penasaran. Ia hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban yang menggantung.

"Kalo latar belakang keluarga mu? Apakah kamu mengingat masa lalu mu sepenuhnya?" Tanya Kak Keane lagi. Aku lebih tak faham yang ini.

"Kenapa? Ada apa dengan masa lalu ku?" Tanya ku mulai berusaha mendesak kak Keane.

"Emm... Nggak ada apa-apa sih... Hehe... Kok jadi serius gitu?" Tanya Kak Keane terbata-bata. Aku menatapnya tajam, setelah itu aku menghela nafas.

"Ku kira ada apa-apa. Kalo kakak ada tahu sesuatu tentang masa lalu ku itu tolong beritahu aku ya kak..." Kata ku pada Kak Keane. Ia menganggukkan kepalanya.

"Ya sudah, aku pergi dulu ya. Aku cuma mau nanya itu kok. Kamu boleh masuk ke kamarnya Keine kok. Dia mau ditemenin sama kamu." Ledek Kak Keane. Aku hanya terkekeh kecil dan masuk ke kamar Keine. Ia sedang selimutan karena kedinginan. Ya, kamarnya memang sangat dingin. Aku saja sampe menggigil disini.

"Rine? Kamu ga balik?" Tanya nya membuka sedikit selimutnya. Aku menghampirinya sambil mengusap-usap tanganku yang kedinginan.

"Kedinginan ya? Nih pake selimut ku aja." Ujar nya sambil mengarahkan selimutnya dan menyelimuti ku. Aku menolaknya karena ia yang lebih membutuhkan. Dia kan sakit. Sedangkan aku tidak.

"Kamu pake aja Kei, kan masih sakit." Ucapku mendorong selimut yang ingin dia berikan padaku.

"Bener gapapa?" Tanya nya memastikan. Aku hanya mengangguk pelan dan melihat-lihat kamarnya. Tidak jauh beda dari kamarku. Aku menjaganya sebentar disini. Takut dia kenapa-kenapa.

"Rine, boleh nanya ga?" Tanyanya tiba-tiba. Ia memecahkan keheningan di ruangan ini.

"Apa?" Tanyaku.

"Emm... Ga jadi deh." Apa sih? Kok tiba-tiba ga jadi?

"Kenapa?" Tanya ku mendesaknya untuk menjawab.

"Gapapa." Jawabnya meragukan.

"Jujur." Desak ku lagi.

"Iya. Ga jadi kok. Bukan hal yang penting." Ucapnya. Aku semakin heran sama Keine. Dan kakaknya. Ngomongnya tentang masa lalu. Emang kenapa dengan masa lalu ku?

Keine's POv

Aku ingin memberitahu nya sesuatu. Arrgghh... Apakah dia akan tersinggung? Aku ingin mengatakan 2 hal kepadanya. Bagaimana cara memberitahunya? Terlihat dari raut mukanya, ia bingung melihatku yang plin plan seperti ini. Ahhh, pengecut kau! Tidak bisa bicara jujur padanya.

Satu, aku ingin memberitahu bahwa aku memiliki latar belakang keluarga yang tidak ia ketahui. Mungkin itu akan mengejutkannya. Dan satu hal lagi...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ayahku menggembok ingatan masa lalunya, saat ia menggunakan sihir Supernova nya. Kak Keane sempat bertarung dengan nya saat kecil, Rine kalah, dan ia langsung dibuat pingsan. Rine sepertinya tidak mengingat kejadian ini...
.
.
.
.
Takut ia... Akan menggunakannya lagi dan menghancurkan dirinya sendiri.
.
.
.
.

Magical ControllerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang