bab 22

2.6K 138 3
                                    

Ify memeluk bantal guling nya. Ini malam minggu, dan ia merasa seperti jones yang berharap hujan dimalam ini.

Kak Rio kemana sih?

Drrtt..

Fy, sorry nggak bisa ngajak kamu jalan. Mama minta temenin kerumah nenek. Nggak papa kan?

Ify mendengar suara motor berhenti di halaman rumah nya. Dengan cepat Ify berlari menuruni tangga rumah nya.

"Kak Ri--"
Suara Ify terhenti saat pria itu menoleh. Bukan Rio.

Tapi, Debo.

"Hai, Fy. Lagi sibuk nggak?"

Ify tersenyum simpul, lalu menggeleng,
"Nggak kok, kak. Kenapa emangnya?"

"Mau ngajakin kamu jalan. Yuk?"

Ify mengangguk lalu meminta Izin pada sang bunda. Mereka berangkat setelah ia mengganti pakaian nya dengan lebih tertutup. Angin malam tidak baik untuk kesehatan, ucapan Rio yang tak pernah ia lupakan.
Tapi, dibalik jaketnya. Ify memakai baju coklat yang sama seperti yang Debo pakai saat ini.

**

Mata Ify berbinar ketika melihat sekeliling nya. Debo sangat tau apa yang Ify butuhkan saat ini. Sebuah hiburan yang membuat hati nya berbahagia.

"Ini..pasar malam kak? Ah, makasih kak Debo!"
Pekik Ify lalu memeluk Debo selama beberapa detik. Lalu tubuh Debo tertarik karena Ify yang menarik tangan nya menuju sebuah wahana permainan.

"Ify mau main itu, kak!"
Teriak Ify menunjuk sebuah komedi putar.

Debo mengangguk lalu mengacak poni Ify gemas,
"Ayo deh,"

Ify berteriak saat berada diatas. Ia benar-benar bahagia saat ini. Bahkan ujian yang akan datang dua minggu lagi, seakan ia lupakan untuk sejenak.

Debo membeli dua tangkai harum manis. Satu untuk nya dan yang satu lagi untuk Ify.

"Makasih kak. Ify seneng ke pasar malam, bisa main ini..main itu..pokoknya makasih deh!"
Pekik Ify tak tau lagi bagaimana cara mengutarakan kebahagiaan nya.

Debo hanya tersenyum lalu dengan tiba-tiba mencium pipi Ify dengan cepat.

"Kita foto box, yuk?"

**

Gadis itu -Zahra- melirik kearah hp nya.

"Bentar ya, kak. Mama nelfon aku."
Pria yang sedang makan dengan gadis itu tersenyum mengangguk.

Zahra mengambil langkah agak jauh dari meja tempat mereka makan.
"Halo?"

"..."

"Iya, udah gue siapin semua nya kok."

"..."

"Gue sih yakin, kalo dia udah mulai suka sama gue. Dan gue pastiin, nggak lama lagi cewek behelan itu bakalan minta putus sama Rio!"

"..."

"Pasar malam? Oke deh,"

Zahra kembali ke tempat duduk nya. Sesekali ia menyesap jus jeruk yang ia pesan.

"Kenapa?"
Tanya Rio -pria itu-

"Uhm, anu-mama bilang jangan kemaleman pulang nya."

Rio mengangguk,
"Mau kemana lagi?"

"Ah, gimana kalo kita ke pasar malem kak? Zahra pengen banget kesana, tapi nggak ada yang nemenin."

Rio mengeluarkan ponsel nya. Ia yakin gadis yang notaben nya adalah kekasih nya itu, pasti sedang khawatir dan bertanya-tanya saat ini.

Fy, sorry nggak bisa ngajak kamu jalan. Mama minta temenin kerumah nenek. Nggak papa kan?

**

"Kak! Aku mau main itu!"
Teriak Zahra.

Lama-lama gue nggak nyaman sama nih, bocah. Ify bahkan nggak se-rempong dia.

"Kak! Ayo!"

Rio hanya pasrah ketika tangan nya ditarik oleh gadis itu. Ia menuruti apa saja yang gadis itu minta.

Setelah beberapa kali mereka menaiki wahana permainan, akhirnya gadis itu kelelahan.

Bagus deh dia capek. Moga aja abis ini langsung pulang, pegel kaki gue anjir.

"Kak! Ada fotobox! Ayo deh!"
Lagi-lagi gadis itu menarik tangan Rio secara paksa.

"Pak! Saya mau fotobox."
Jelas Zahra pada sang pemilik.

Pria paruhbaya itu tersenyum kecil, menunjukkan beberapa garis kerutan diwajah nya.

"Sebentar ya, neng. Ada yang lagi foto juga didalem, bentar lagi keluar kok "

Zahra dan Rio menunggu selama 3 menit. Lalu tirai terbuka.

"Hahaha! Liat nih, muka kak Debo jelek banget, kayak monyet kesasar!"
Tawa gadis itu yang baru saja keluar dari tempat foto sembari memegang kertas hasil jepretan kamera.

Rio terdiam, sedangkan Zahra tersenyum sinis melihat Rio yang menegang seperti itu.

"Eh, ada kak Ify! Hai, kak!"
Sorak Zahra.

Sontak Ify sang empunya nama dan pria yang berfoto bersama nya tadi menoleh.

"Eh, kak-kak Rio?"
Ucap Ify terbata.

Rio melirik sebentar kearah Ify, lalu menatap sinis kearah pria yang ada disamping kekasih nya itu, Debo.

Dengan kasar dan tiba-tiba Rio menarik pergelangan Ify.

"Eh, kak Rio! Aku pulangnya gimana?"
Tanya Zahra kesal, lalu melirik kearah Debo yang sedang menahan tawanya.

"Heh! malah ketawa, anter gue pulang!"

Debo melotot,
"Kenapa jadi gue?"

*

Ify meringis karena pergelangan tangan nya memerah akibat ulah Rio. Ify menghentak tangan Rio saat tiba di parkiran.

"Ck! Kak!"

"Gue nggak suka liat lo jalan bareng dia!"

Ify menatap Rio tak kalah sengit,
"Emangnya kakak pikir Ify suka, liat kakak jalan sama cewek lain, hah?!"

Rio mendengus kasar,
"Fy--"

"Kalo kakak bisa bareng cewek lain, kenapa Ify nggak?! Kalo kakak bisa jalan sama cewek lain, kenapa Ify nggak?! Kalo kakak bisa berpindah hati,  kenapa Ify nggak?!"

I Need Your L❤veTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang