bab 34

2.3K 133 6
                                    

Dea mengucek mata nya yang mulai memerah. Sejak 1 jam yang lalu ia terus berbicara menjelaskan rumus matematika pada Iel.

"Nah, kalo nomor ini, pake cara yang----" mata Dea melotot melihat Iel sudah tepar dengan kepala yang ia letakkan dalam lipatan tangan nya diatas meja.

"Jadi daritadi aku ngomong sendiri dong?" Gumam Dea kesal.

Ia menuntun tubuh Iel untuk berbaring diatas kasur,
"Hufft, makan apa sih nih anak. Berat banget," gumam Dea.

Ia pun sudah sangat lelah, tak terasa mata nya menutup dalam keadaan duduk bersandar di pinggir ranjang.

*

00.50

Iel mengerjapkan mata nya, ia heran. Bagaimaba bisa ia sudah ada diatas kasur, seingatnya ia sedang belajar bersama Dea.

Dea? Dimana gadis itu?

Iel menurunkan kaki nya lalu tak sengaja menginjak tangan seseorang.

"Eh, dia tidur?" Mata Iel melirik kearah jam dinding. "Pantes,"

Iel menggendong tubuh Dea untuk tidur diatas ranjang nya. Iel menyingkap rambut nya menutupi sebagian rambut Dea, lalu ia melepaskan kaca mata yang Dea pakai.

"Cantikan kayak gini, gue suka."
Gumam Iel pelan seraya tersenyum manis.

*

Zahra mengikat rambut nya ala ekor kuda. Ia melirik ke lantai satu. Kosong. Ia berjalan cepat menuruni anak tangga, hingga langkah nya terhenti seketika saat didepan pintu.

"Mau kemana kamu?" Tanya Mami Zahra.

Zahra berbalik kaku,
"Mau--jalan sama kak Rio mah,"

Mami Zahra tersenyum senang,
"Yah, lebih bagus seperti itu. Mama suka kalau kamu mulai deket sama dia,"

Mama Zahra dan Manda-mama Rio- adalah rekan bisnis. Awalnya Manda memang tidak menyetujui perjodohan ini, namun segala cara ia kerahkan agar Manda mau menerima nya.
Mami Zahra hanya ingin mempunyai calon menantu yang memiliki banyak harta serta perusahaan yang berkembang pesat. Tanpa memikirkan perasaan anak gadisnya.

Zahra tersenyum kecut,
"Ara suka nya sama Debo mah, bukan kak Rio."

*

Debo menunggu Zahra di pos perumahan, lalu ia melihat Zahra yang tak jauh darinya sedang melambaikan tangan.

Debo tersenyum,
"Yok?"

Zahra mengangguk,
"Ayo.."

**

Dea mengucek mata nya perlahan, ia baru sadar kalau ini bukan lah rumah nya. Lagipula cat kamarnya berwarna pink.

Dea terduduk,
"Hah? Aku ketiduran, bego..bego.."
Rutuk Dea pada dirinya sendiri.

"Ngapain lo kayak orang gila gitu?" Sinis Iel.

Dea melirik ke sumber suara, mata nya melotot hebat lalu tangan nya menutup wajah karena malu.

Iel mengernyit heran,
"Hahaha, kenapa? Terpesona, hm?"
Tanya Iel lalu berjalan mendekat.

Dea ketakutan, pasalnya Iel baru saja selesai mandi. Dan tubuh kekarnya hanya terbalut handuk yang menutupi bagian bawah badan nya.

"Heh! Ngapain deket-deket!"
Ujar Dea ketakutan, ia memundurkan posisi nya.

Iel menyeringai nakal, lalu semakin dekat dengan Dea. Dengan cepat Iel mencium pipi Dea karena gemas.

"Turun, bunda ngajak sarapan bareng."
Ujar Iel menjauh dan membuka pintu lemari kamar nya.

"aku--aku langsung pulang aja."
Ucap Dea gugup karena barusan Iel menciumnya. MENCIUMNYA!

I Need Your L❤veTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang