bab 27

2.5K 121 6
                                    

[Baca cerita nya sambil dengerin lagu👆]

Iel berdecak kesal, mata nya sudah memerah karena menahan rasa kantuk yang terus menyerang. Namun ia tak mungkin tidur, mengingat Ify masih di Cafe dan ia harus menjemput adik perempuan nya itu.

Ia mengambil kunci motor dan bergegas ke Cafe, mungkin saja setibanya Iel disana, Ify sudah selesai dengan makan malam nya.

**

Ify menapakkan kaki nya di genangan air kecil, sisa hujan tadi sore. Air mata nya tak mengalir lagi, hanya ada bekas-bekas yang tersisa mengering dipipi Ify.

"Ini dimana sih?"
Heran Ify.

Seketika mata nya terpaku melihat seorang wanita yang sepertinya seumuran dengan sang Bunda, sedang menyebrang menuju sebuah minimarket  namun ia tak melihat jika ada mobil yang melaju kencang ke arah nya.

"Tante, awas!"
Teriak Ify lalu mendorong wanita itu hingga kepinggir jalan.

Kini Ify yang ada ditengah jalan, menggantikan wanita tadi. Kaki nya kaku untuk digerakkan, Ify berteriak sebelum mobil itu menghantam tubuh Ify hingga terpental cukup jauh.

"Aaahhh!!"
Ify merasa kepala nya membentur sesuatu dan seketika semua nya menjadi gelap.
*
Setibanya di Cafe, Iel melihat Rio berjalan menuju parkiran mobil.

"Yo!"
Panggil Iel lalu berlari pelan kearah pria itu. "Si Ify mana? Nggak bareng lo?"

Rio menggeleng,
"Tadi dia langsung pergi bro, niatnya sih pengen nganterin. Tapi--"

"Trus sekarang dia dimana, goblok?!" Bentak Iel mencengkram kerah kemeja Rio dengan keras.

"Gu-gue juga nggak tau, dia--"

"Ah!"

BUGH!

Rio tersungkur dengan sudut bibir nya yang berdarah,
"Sampe Ify kenapa-kenapa, lo berurusan sama gue, Brengsek!"

**

Karina Hospital
11.00 pm.

Gina terus menangis tanpa henti, dan sang suami yang terus mencoba untuk menenangkan istri nya.
"Udah bun, jangan nangis terus. Nanti kamu bisa sakit,"

"Hiks..Ify pah, Ify.."
isak Gina.

Iel memukul-mukul tembok dinding rumah sakit karena kesal, kesal terhadap Rio, kesal terhadap dirinya yang tak bisa menjaga Ify, kesal karena kenapa harus Ify yang mengalami ini.

Air mata nya juga ikut mengalir, ia pun ikut merasakan sakit yang luar biasa, seperti yang Ify rasakan saat ini. Hati nya ikut hancur melihat berbagai alat medis yang menempel pada tubuh Ify.

"Ya Tuhan, Fy."
Lirih Iel.

*

Pagi harinya, Alvin dan Cakka pergi ke kantor entah untuk apa.
Lalu mereka bergegas ke parkiran motor. Rio yang melihat itu langsung menghadang mereka berdua.

"Eh bentar! Kalian mau kemana?"
Tanya Rio.

"Lo beneran nggak tau, Yo?"
Tanya Alvin balik yang dibalas gelengan oleh Rio.

"Huuh, Ify--Ify kecelakaan, bro."

Rio menegang, kaki nya terasa lemas. Mata nya memanas, dada nya terasa sesak saat ini.

"Gue ikut kalian!"

Cakka menggeleng,
"Mending jangan dulu bro. Kalo lo nggak mau dihajar habis-habisan sama Iel. Gue yakin dia marah besar sama lo."
Cegah Cakka dengan lembut.

"Nggak! Gue harus ketemu Ify! Ini karena gue! Gue nggak peduli kalaupun Iel bakal lenyapin gue saat ini juga!"
bantah Rio.

*

Iel duduk disebelah Ify, ia mengusap tangan Ify dengan lembut.
"Bangun dek, lo nggak kasian liat bunda? Liat papa? Liat gue?"

Iel menghela nafas nya kasar,
"Lo nggak kangen berantem sama gue dek? Dek bangun, bangun Fy."
Lagi-lagi Iel menjadi orang yang lemah karena air mata nya terus menetes.

Pintu terbuka, menampilkan 3 orang pria dan dua perempuan.
Alvin, Cakka, Rio, Sivia, dan Agni.

Iel menggeram, tangan nya mengepal keras lalu berjalan kearah Rio. Mencengkram keras baju Rio.

"Mau apa lo kesini, hah?! Mau bikin adek gue lebih parah lagi?! Brengsek lo!"
Bentak Iel.

"Biarin gue ketemu Ify, bro."

Iel tertawa sinis,
"Nggak bakal gue biarin lo ketemu dia sampai kapan pun! Cukup lo bikin adek gue sakit, Yo! Pergi lo, sebelum gue hajar lo sekarang juga!"

Rio masih pada pendiriannya, ia berusaha untuk menerobos pintu yang Iel halangi.

"Hajar gue bro, kalo itu bisa bikin gue ketemu sama Ify."

BUGH!

BUGH!

BUGH!

BUGH!

Beberapa pukulan terus Iel layangkan, ia benar-benar murka saat ini. Hingga ia tak sadar apa yang ia lakukan.

Untuk pukulan terakhir, ia dihalang oleh Alvin dan Cakka,
"Udah bro, dia udah bonyok. Biarin dia ketemu sama Ify."

Iel melepas cengkraman nya dengan kasar. Rio berjalan kearah Ify. Dada nya sesak melihat Ify tak ada pergerakan sama sekali.

"Fy, bangun sayang. Gue mau lo bangun, plis. Demi gue, Fy. Jangan, jangan demi gue. Yang ada lo makin sakit. Bangun Fy, demi tante Gina, demi om Bagus, demi abang lo. Bangun, sayang."
Bisik Rio ditelinga Ify.

Tiba-tiba Ify menggerakkan tangan nya lalu terdengar suara alat elektrokardiogram yang menunjukkan detak jantung Ify mulai meningkat.

Rio mengalihkan pandangannya ke arah Iel,
"Ify siuman kak, panggil dokter."

Iel mengangguk lalu berlari cepat keluar ruang rawat Ify. Tak lama setelah itu, Iel datang bersama seorang dokter diikuti dua suster dibelakang nya.

"Pasien akan segera siuman, kami akan mengeceknya. Kalian bisa menunggu diluar,"

Sivia duduk disebelah Iel,
"Kak, tante Gina sama om Bagus mana?"

"Lagi beli sarapan di kantin rumah sakit, kalian mau sarapan dulu?"
Tanya Iel.

"Boleh-boleh!"
Kompak Alvin dan Cakka.

Dengan cepat Agni menggerakkan kedua tangan nya untuk mencubit dua pria itu.

"Ssh! Aw, sakit, mama!"
Teriak Alvin dan Cakka.

"Maaf, ini rumah sakit. Tolong jangan ribut ya, ada banyak pasien yang perlu istirahat."
tegur seorang suster yang baru saja lewat.

"Berisik banget sih, lu dua."
Sinis Via. "Kak, lo udah minta izin belom ke sekolah? Izin dulu gih, biar gue sama yang lainnya jaga Ify."

I Need Your L❤veTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang