bab 42

2.6K 130 5
                                    

Dea mengigit tepi cupcakes nya, menutupi rasa gerogi yang sedari tadi menyerangnya habis-habisan. Ditambah lagi dengan tatapan Iel yang tak kunjung lepas.

Lagu itu berakhir, bertepatan dengan Dea yang berdiri dari kursinya untuk pergi ke toilet.

"Dea,"
Langkah gadis itu terhenti karena ada suara yang memanggilnya. Dan suara itu berasal dari mic yang ada diatas panggung.

"Maafin gue,"
Mata Dea melirik kearah Iel yang masih menatapnya.

"Gue salah, gue---em--gue--suka sama lo."

Dea diam. Masih setia pada posisi nya saat ini. Sedangkan para tamu yang ada disana mulai bersiul-siul mengejek dua insan yang sedang berdiam diri saat ini, Iel benar-benar nekat. Mengutarakan perasaan didepan banyak orang? Tidak semua orang bisa seperti itu.

"Lo mau jadi pacar gue?"
Tanya Iel lagi, tanpa rasa ragu sedikitpun.

Dea masih diam, walau pada akhirnya mulutnya mengeluarkan kata-kata,
"Sorry, Yel. Aku nggak bisa,"
Dea berjalan cepat kearah toilet.
Tidak, gadis itu mengubah arah jalan nya, ia menuju ke luar pagar rumah Rio dan berniat untuk mencari taksi.

"Kenapa? Karena Rey, hm?"
Tanya Iel sedikit berteriak dibelakang Dea.

Dea berbalik,
"A--aku,"

Iel berdesis,
"Gue tau lo nggak beneran suka sama Rey, lo cuman jadiin dia sebagai pelampiasan."

Dea terdiam, karena memang apa yang dikatakan oleh Iel benar adanya,
"Kamu nggak punya hak buat--"

"Gue punya hak," sela Iel cepat,
"Gue punya hak buat suka sama cewek cupu kayak lo. Gue punya hak buat punya rasa sama anak kutubuku kayak lo, gue juga punya hak buat jadi pacar lo. Karena apa? Karena gue tau lo juga suka sama gue. Iya, kan?"

Dea masih diam, ia menghembuskan nafas nya dengan kasar,
"Aku mau pulang,"

Dea berlari kearah seberang jalan, Iel melotot hebat mengetahui ada mobil yang melaju kearah Dea.

Dengan sigap Iel mendorong Dea kepinggir jalan, dan--menggantikan Dea sebagai korban.

Tiiinnn!!

Dea berteriak,
"IEL!!"

Iel terguling kesamping, herannya tidak ada darah. Dea sempat curiga, namun hal itu dengan cepat ia tepis karena yang paling penting sekarang ada menyelamatkan Iel dengan segera.

"Iel, bangun!"
Dea terus menepuk-nepuk pipi Iel yang berpangku kepala pada paha Dea.

"Yel, bangun plis!" Bisik Dea. Sayang, air mata nya jatuh lebih dulu. Tak ada satu orang pun yang menyadari jika ada insiden kecelakaan tepat diseberang jalan rumah Rio. Atau, mereka berpura-pura untuk tidak tau?

"Yel, plis bangun. Aku juga suka sama kamu, tapi plis jangan bikin aku sendirian. Aku capek diam-diam suka sama kamu,"
Lirih Dea dengan kepala yang menunduk dan mata yang ia tutup rapat.

"Yang anak PMR, obatin gue dong. Pake cinta tapi,"

Dea membuka matanya spontan,
"Kamu boongan ya?!"

Iel tertawa memegang perutnya,
"Salah sendiri nggak mau ngaku kalo lo suka sama gue, hahaha."

Dea mendengus sebal lalu berdiri dan memukul bahu Iel dengan keras. Ia berbalik arah dan berjalan cepat.

"Eh, eh. Gue kan minta diobatin, kok dokter cinta nya malah pergi sih?" Rayu Iel.

Dea mendengus,
"Diem nggak?! Aku plester nih mulut kamu pake lakban?"

Iel terkekeh gemas,
"Plester aja, pake bibir lo tapi,"

Dea melotot,
"Anterin aku pulang!" Seru Dea sok galak.

"Kalo gue nggak mau?"

"Yaudah, em--a--aku balik sama Rey aja," Dea mengambil handpone nya yang ada didalam tas sandangnya.

Lalu menekan beberapa tombol.
08572---

"Gue yang anter, ayo."

**

Rio, Alvin, Cakka, dan Iel berjalan kearah papan mading pengumuman. Disana sudah ada sekitar 5 orang yang melihat daftar kelulusan tahun ini.

Karena ini masih pagi, mading belum terlalu dikerumuni oleh makhluk yang bernama manusia itu.

Rio melompat kegirangan,
"Yes! Gue lulus, bro! Lihat nilai gue! 9 semuaaa!! Uhuy!"

Cakka dan Alvin bersorak kompak,
"Yess!! Kita lulus mabroo!"

Iel diam, matanya terpaku tak percaya menatap papan mading.
Ia menunduk lalu tersenyum puas,
"Gue lulus,"
Gumam Iel.

Iel melirik kearah kanan. Matanya tak sengaja menangkap bayangan seorang gadis yang sedari tadi memperhatikannya.
Ia berlari kearah tangga tempat gadis tadi bersembunyi.

Iel tersenyum miring, sepertinya gadis itu tidak tahu kalau dirinya sudah ada dibelakang gadis itu.

Gadis itu berbalik namun ia malah menabrak dada bidang milik Iel.

"Aduh, jidat ku." Desis gadis itu sambil mengelus jidat kesayangan nya.

"Nggak punya mata ya? Ngapain berdiri disitu?" Omel Dea, ia mendongak lalu terpelonjak kebelakang. "Eh--hehe."

"Malah cengingiran, ngintipin siapa pagi-pagi, hm?"
Tanya Iel dengan tatapan mengintimidasi nya.

"Eh, a--anu. Aku--mau liat papan mading juga, ta--tapi udah rame, iya itu."
Jawab Dea kaku.

Iel menyentil hidung Dea,
"Hidung lo merah kalo lagi bohong, sarapan bareng sama gue?"
Tawar Iel.

Dea menggeleng kecil,
"Aku mau langsung ke kelas,"

"Ck, udah tau kecil. Masih aja nolak kalo mau ditraktir,"
Iel menarik tangan Dea hingga di pintu kantin. Sedangkan Dea tersenyum kecil dibelakang Iel. Ia senang bisa sedekat ini dengan pria yang sudah lama ia sukai itu. Akhirnya, waktu berpihak kepada nya.

**

Acara kecil-kecilan yang mereka rayakan secara dadakan pun akhirnya terjadi. Sekaligus perayaan kelulusan untuk mereka.
Acara itu mereka adakan di pantai favorit Ify. Ify yang memberikan ide tempat. Dan untuk makanan, Sivia lah yang mengurus semuanya.

Matahari hampir tenggelam, mereka semua berlari ke tepi pantai untuk menikmati indah nya sunset. Mereka duduk berjejer disamping pasangan masing-masing.

Ifu tersenyum menyandarkan kepalanya di bahu Rio,
"Pengen kayak gini terus sama kakak," gumam Ify.

Rio melirik kearah Ify,
"Kalo aku sih nggak mau gini terus sama kamu,"

Ify memgangkat kepalanya lalu menatap Rio kesal,
"Kok gitu? Kakak nggak say--"

"Aku nggak mau pacaran terus, maunya nikah. Emang nggak pengen punya keluarga?"
Tanya Rio.

Ify terkekeh,
"Mau sih, tapi Ify mau jadi wanita karir, kak. Biar bunda sama papa Ify bangga,"

Rio tersenyum lalu mengelus puncak kepala Ify,
"Jadi pengen cepet-cepet nafkah'in kamu, ih."

I Need Your L❤veTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang