bab 23

2.7K 121 5
                                    

Rio mengusap wajah nya dengan kasar,
"Aku cuma nggak mau lihat kamu bareng dia, apa susahnya sih?"

Ify menunduk. Menghela nafas nya dalam.
"Ify mau pulang,"

***

Pagi hari nya, Rio memutuskan untuk bermain basket dilapangan perumahan.

Sebelumnya ia sudah menghubungi Cakka dan Alvin untuk bermain bersama. Meski awalnya Alvin sempat menolak.

Rio : main basket yok?

Cakka : ayo deh. Alvin, lu ikut kagak?

Alvin : gue g pny tmn yg pcndg.

Rio : gue juga mau ngomongin sesuatu ke kalian. Plis😢

Cakka : anjirr, emotnya😳

Alvin : yaudah.

Rio menghentikan motornya lalu berjalan cepat kearah dua sahabatnya yang sudah memulai permainan.

"Rio udah dateng tuh, kita break bentar?" Tanya Cakka.
Alvin mengangguk malas lalu berjalan menuju kursi panjang yang ada dipinggir lapangan.

"Jelasin ke kita, apapun itu."
Seru Cakka.

Rio mendesah kecil,
"Gue mau dijodohin sama mama."

"WHAT?"pekik Alvin dan Cakka bersamaan.

"Gue nggak tau harus bilang apa ke Ify, gue juga nggak mau ini terjadi. Tapi gue nggak mungkin ngebantah perintah mama. Bisa dikutuk jadi tai, gue ntar."

Alvin berfikir sebentar,
"Jangan bilang kalo lo dijodohin sama Zahra yang anak baru itu?"

Rio mengangguk lemah,
"Dia pindah ke sini juga karena perintah mama. Dan gue harus selalu ada disamping dia, ngeribetin banget 'kan?"

Alvin dan Cakka mengangguk kompak,
"Sorry bro, kalo gue nuduh lo yang nggak-nggak. Gue sama Cakka bakal bantu kok,"

**

Ify mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer milik sang bunda. Hari ini ia akan pergi kerumah teman bunda nya.

Ify memilih dress merah selutut dengan lengan sebatas siku. Ia tak mau terlihat terlalu terbuka didepan siapapun.

"Fy, udah siap sayang?"
Tanya bunda Ify yang melongokkan sebagian kepala nya kedalam kamar Ify.

"Udah, Bun."

**

Debo berjalan menuju halaman rumahnya, lalu bersiul sembari melempar-lempar kunci motor miliknya.

"Heh, mau kemana?"
Tanya wanita berkepala 3 itu dengan wajah heran nya.

"Mau jalan-jalan dong ma."

"Emang lu punya pacar? Lu kan jones."

Debo menghela nafasnya, kebiasaan nonton sinetron..mak gua jadi gahol gini deh.

"Udah diem aja dirumah. Temen gua mau dateng,"

Debo menggeleng malas,
"Kan temen mama, emang mama mau jodohin Debo ama tante-tante bahenol?"

Debo meringis akibat remot tv yang baru saja melayang melintasi dua benua dan dua samudra lalu mendarat tepat di kepala seorang pria tampan tapi nggak punya pacar, syedih.

"Rasain lu, udah diem aja dirumah. Dia bawa anak gadisnya kok, cantik lagi. Yakin mau nolak?"

Debo mengangguk pasrah,
"Iya deh, tapi Debo nunggu dikamar aja ya. Mau nge-game."

Mama Debo mengangguk lalu pergi kedapur membuat sajian khusus untuk tamu nya.

*

Ting..nong..

Mama Debo sedikit berlari menuju pintu utama rumah nya.

"Ah, udah lama banget kita nggak ketemu jeng!"
Pekik mama Debo lalu berpelukan ala teletubbies yang sudah beribu tahun tidak berjumpa.

"Iya, ini anak gua, namanya Ify."

Ify tersenyum lalu menyalami punggung tangan wanita yang masih tampak awet muda itu.

"Ify tante,"

"Ah, kamu memang cantik. Seperti bunda mu, ayo masuk!"

Mama Ify dan sahabat lama nya asik mengobrol dan bercerita mengenai masa muda mereka dulu.
Masa dimana mereka mengincar seorang pria most wanted yang ada disekolah nya. Lalu secara terang-terangan mama Ify maju duluan untuk menyatakan perasaan nya pada pria itu.

Dan hubungan mereka tetap abadi, hingga jenjang pernikahan. Yah, pria itu adalah papa Ify, Tubagus Hanafi.

Ify mengedarkan pandangan nya pada seisi rumah.

"Ah, iya Fy. Jeng Nadia punya anak yang seumuran sama kamu loh, iya kan jeng?"

Nadia mengangguk,
"Dia lagi diatas, lagi nge-game. Dasar anak jaman now, kerja nya nge-game mulu. Cari pacar napa kayak kita dulu yakan, jeng?"

dan pada akhirnya mereka kembali bercerita mengenai badboy yang kini resmi menjadi suami Nadia.

"Uhm, tan. Ify boleh naik keatas?"
Tanya Ify ragu.

"Ah iya, boleh kok sayang."

Akhirnya Ify beranjak dari sana. Daripada mendengar curhatan aneh yang dibicarakan emak-emak sosialita.
Lebih baik Ify mencari anak yang dimaksud bunda nya.

Ia melihat ada pintu yang setengah terbuka, lalu mencoba untuk membuka nya dengan sempurna.

"ANJER! GUE LAGI MAKE SEMPAK! TUTUP LAGI PINTU NYA WOI!"

Ify terperanjat lalu menutup pintu agak keras. Jantungnya berdegup kencang. Jujur, ia tak melihat apapun. Bahkan ia tak melihat wajah pria itu.

Tunggu, pria?
Ify pikir temen bunda nya itu punya anak perempuan. Pantesan, masa' anak perempuan kerjaan nya nge-game?

Tapi--Ify seperti mengenal suara ini. Ah, apa pria itu sudah siap berpakaian?

Ify kembali membuka pintu dengan sangat pelan, tapi tiba-tiba pintu terbuka dengan lebar karena tarikan seseorang dari dalam sana.

"Eh!"
Ucap Ify lalu berbalik.

Duh, mampus gue. Ketahuan! Pasti dia mikir kalo gue mau ngintip! Ah, Ify begobegobego!

"Enak banget ya, ngintipin cogan lagi make sempak. Liat apa aja coba?"

Ify menggeleng, ia tetap pada posisi nya. Membelakangi tubuh pria itu.

"Heh! Kalo orang ngomong tuh liat orang nya!"
Pria itu mencoba membalikkan tubuh Ify secara paksa, hingga Ify berbalik lalu mendongak.

"DEBO?/IFY?"

❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤

Sorry ada yang diubah, aku lupa kalo papa nya Ify itu om Tubagus, aku malah bikin om Zeth😂 kan om Zeth papa nya Rio. Maafkan daku yah saudara-saudara😂

I Need Your L❤veTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang