bab 41

2.5K 130 5
                                    

[Play on music👆]

Iel terus menarik tangan Dea hingga parkiran motor.
Ia menyodorkan helm untuk Dea, namun Dea seakan tidak peduli dan mengedarkan pandangan nya ke penjuru lapangan sekolah.

Mencari seseorang.

"Nyari Rey? Buat apa? Ada gue disini, udah pake buruan."

Dea tersenyum ketika menemukan titik yang ia cari. Rey menghentikan motornya tepat dihadapan Dea, lalu menyodorkan helm untuk Dea,
"Ayo balik,"
Tawar Rey.

Dengan senang hati Dea menerima helm itu lalu naik keatas motor milik Rey.

"Kita duluan,"
Seru Rey.

Motor Rey melaju meninggalkan sekolah. Sedangkan Iel sejak tadi mencoba untuk menahan bara panas di hati nya.

"Argh!" Iel memukul jok motor nya sendiri karena kesal.

**

Pagi hari nya Dea berjalan menelusuri koridor sekolah dengan beberapa buku di lengan nya. Bukan buku pelajaran, melainkan buku novel keluaran terbaru yang bisa menemani hari kosong nya.

Tiba-tiba mata nya terkunci oleh tatapan Iel yang ada dihadapan nya. Dea menghembuskan nafas lalu berjalan ke arah kiri.

Namun Iel juga mengikuti nya. Saat Dea berjalan kearah kanan, Iel juga mengikuti nya.

"Ck! Aku ke kiri, kamu ke kanan!"
Perintah Dea kesal.

Iel terkekeh gemas melihat Dea yang marah seperti itu. Ia sengaja menabarakkan dirinya ke Dea hingga buku-buku yang Dea bawa berserakan di lantai.

Mereka memungut buku itu bersamaan,
"Sama seperti pertama kali kita ketemu, ya kan?"

Dea memutar bola matanya tidak peduli lalu melanjutkan langkah nya menuju ruang kelas.

"Tunggu, De. Lo punya janji sama gue, ntar malem. Gue jemput, acara ulang tahun Rio."

Dea tampak berpikir lalu mengangguk kecil,
"Iya."

**

Dea sibuk mengobrak-abrik lemari nya. Ia bingung harus memakai baju apa. Sedangkan baju lainnya sudah berserakan dilantai dan diatas ranjang nya.

"Pake baju apa nih?" Gumam Dea. Satu masalah kecil yang wanita alami. Mengeluh tidak punya baju ketika 100 pasang baju lebih ada dilemari nya.

"Akh, yang ini aja deh."
Pilih Dea, baju itu lebih berbentuk seperti dress selutut dengan lengan setengah yang berwarna merah--baju pertama yang ia coba.

Cklek.

Pintu kamar Dea terbuka.
"Mau kemana, De?"
Tanya sang mama.

Dea menoleh ke samping,
"Acara ulang tahun nya Rio, ma."

"Bareng siapa kamu kesana?"

"Uhm, Iel."

Mama Dea tersenyum lalu memberikan beberapa lembar uang,
"Ini kalau ada perlu nanti,"

***

Halaman rumah Rio yang sangat besar itu sudah dipenuhi dengan banyak manusia yang singgah.
Tidak ada lampu taman, hanya kelap-kelip lampu kecil dan penerangan dari lilin yang diletakkan di meja makanan ringan.

Dea turun dari motor Iel, ia berjalan lebih dulu, berniat untuk mendahului Iel.

"Tunggu,"
Iel mengambil sesuatu di jok motor nya lalu menyodorkan kearah Dea.

Dea mengernyit,
"Topeng? Buat apa?"

Iel menghela nafas nya,
"Tema nya pesta topeng, lo nggak tau?"

Dea mengangguk lalu mengambil topeng tersebut. Ia bingung bagaimana cara memakai nya. Sebelumnya ia tidak pernah mendatangi acara ulang tahun yang bertema seperti ini.

"Ck, gitu doang nggak bisa. Sini,"
Iel mengambil topeng indah milik Dea lalu memakaikan nya.

"Udah, jangan jauh-jauh dari gue. Em--ntar ilang. Kita balik bareng,"
Ucap Iel takut bahwa Dea tau kalau yang sebenarnya adalah dia tidak ingin jauh dari Dea.

"Iya iya."
Jawab Dea seadanya.

Mereka pun berjalan kearah kerumunan yang sedang bersalaman dengan Rio.

"Selamat ulang tahun bro,"
Seru Iel menepuk pundak Rio lalu bersalaman.

"Thank you, bro. Eh, siapa?"
Tanya Rio melirikkan mata nya kearah Dea.

"Oh, ini-em, pacar gue."
Iel menarik Dea kedalam rangkulan nya.

Dibalik topeng nya, Dea melotot hebat kearah Iel. Iel tau itu, tapi ia malah mencium pipi Dea dihadapan Rio.

"Kok bisa ya? Setau gue kan, lo itu dingin banget sama cewek. Hahaha," ledek Rio.

Iel meninju pelan bahu Rio,
"Sedingingin-dinginya dan sekeras-kerasnya hati gue. Gue yakin ada yang bisa nge-lunak'in. Dan--dia orang nya,"

Dea terdiam, ia tidak yakin sepenuhnya. Karena yang ia tahu dengan jelas adalah Iel tidak menyukai gadis cupu seperti dirinya, itu sudah pasti. Lagipula sejak awal Iel memang hanya memanfaatkan dirinya, kan?

Setelah acara pemotongan kue selesai, mereka semua berbincang bersama.

Iel menjentikkan jari nya kearah Alvin dan Cakka yang ada diatas panggung kecil-kecilan.

Mereka berdua mengangguk mengerti lalu turun kearah Iel.

"Siap, bos!" Bisik Alvin.

Iel berdehem,
"Gue ke toilet bentar, De."

Dea memgangguk, mulutnya masih penuh dengan cupcakes yang ia makan.

Jreng..

Terdengar suara gitar dari atas panggung. Spontan, semua mata termasuk Dea melihat kearah panggung.

🎶
Memenangkan hatiku bukanlah
Satu hal yang mudah
Kau berhasil membuat
Ku tak bisa hidup tanpamu

Menjaga cinta itu bunkanlah
Satu hal yang mudah
Namun sedetikpun
Tak pernah kau berpaling dariku

Beruntungnya aku
Dimiliki kamu

Kamu adalah bukti
Dari cantiknya paras dan hati
Kau jadi harmoni saat ku bernyanyi
Tentang terang dan gelapnya hidup ini

Kaulah bentuk terindah
Dari baiknya tuhan padaku
Waktu tak mengusaikan cantikmu
Kau wanita terhebat bagi ku
Tolong kamu camkan itu.
🎶

Dea terus berusaha untuk tidak terkunci pada pandangan Iel padanya. Karena ia tahu benar, lagu itu bukan untuk nya.

"kenapa mata Iel nge'liat gue mulu sih?"
Dea mengambil satu cupcakes yang ada dihadapan nya. Ia gelagapan, jantung nya berdebar lebih cepat dari biasanya.

Alvin menyenggol lengan Dea,
"Lagu nya buat lo, De. Liat aja mata Iel, nggak bisa lepas dari lo." Bisik Alvin.

Dea menoleh kearah Alvin,
"Nggak mungkin, dia nggak suka sama aku."

Alvin terkekeh,
"Dia suka sama lo, liat aja dari matanya. Jarang banget dia natap cewek se-lama itu,"

I Need Your L❤veTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang