bab 30

2.5K 132 2
                                    

Rio membuka pintu rumah nya, ia heran melihat sang mama sedang duduk termenung di sofa depan tv.

"Mah? Kok bengong?"
Tanya Rio heran.

Manda menoleh lalu menampilkan wajah ketakutan nya,
"Mama-nangis? Kenapa mah?"
Panik Rio lalu mendekat ke arah sang mama.

Manda memeluk tubuh anak nya, lalu kembali menumpahkan air mata yang sempat mengering tadi.
"Mama takut, Yo! Dia..dia ketabrak karena mama! Dia ditabrak mobil!"
Histeris Manda dengan air mata nya.

Rio terdiam, jadi ini alasan nya kenapa sang mama terus mengurung dirinya sejak empat hari terakhir.

"Mama kenal siapa yang ditabrak itu?"
Tanya Rio lagi.

Manda mengangguk,
"Dia-dia Ify, Yo."

**

09.30 pm
Karina Hospital

Pintu ruang rawat Ify berdecit pelan, menandakan ada seseorang yang membuka nya.

Pria itu berjaket hitam dengan masker yang menutupi bagian hidung dan mulutnya.

Pria itu duduk disamping Ify,
"Sorry aku ngelanggar janji aku. Aku nggak bisa biarin kamu sendirian, aku minta maaf. Semua ini karena aku, dan..makasih udah nyelamatin mama aku, Fy."
Gumam pria itu sedih dalam keadaan memegang tangan Ify.

Tiittt...tiitt...

Suara Ekg tersebut menandakan bahwa detak jantung Ify meningkat dari  yang biasanya,
Pria itu panik, ia bingung harus melakukan apa. Jika memanggil dokter, maka ia akan ketahuan jika datang kesini lagi. Dan jika ia membiarkan Ify seperti ini, maka keadaan mungkin akan semakin parah.

Akhirnya pria itu pergi keluar dan mencari dokter Reza.

"Dokter! Detak jantung pasien meningkat!"

Dokter Reza yang mendengar panggilan, langsung berlari ke ruang Ify dan memeriksa nya.

*

Iel yang baru saja melewati lorong rumah sakit, melihat seorang pria berjaket hitam berjalan memasuki ruang rawat Ify. Ia mengintip dari celan pintu yang terbuka seperempat.

"Sorry aku ngelanggar janji aku. Aku nggak bisa biarin kamu sendirian, aku minta maaf. Semua ini karena aku, dan..makasih udah nyelamatin mama aku, Fy."

Iel meneguk air ludahnya. Ia tahu betul suara itu, siapa pria itu, dan apa hubungan nya dengan sang adik.

Rio.

Satu nama yang membuat adiknya menjadi seperti ini.
Suara mesin Ekg membuat Iel panik dan bersembunyi di balik dinding, ia mendengar langkah pria itu terburu-buru.

"Sebesar itu kah cinta lo sama adek gue, Yo? Gue tau lo cinta banget sama adek gue, tapi kenapa lo malah ninggalin dia? Apa alasan lo?"
Batin Iel bersuara.

Iel melihat dokter Reza berlari memasuki ruang rawat Ify dan memeriksa nya. Ternyata tak lama lagi adiknya akan siuman.

Iel berjalan memasuki ruang Ify, lalu menarik tangan Rio untuk keluar ruangan.

"Mau apa lagi hah?! Udah gue bilang jauhin Ify!"
Bentak Iel.

"Gue cuma mau lihat keadaan dia, Yel."

Iel tertawa sinis,
"Trus? Lo udah lihat kan? Adek gue sakit gara-gara lo! Gue nggak tau apa yang bikin lo tega ninggalin dia!"
Teriak Iel tertahan.

Rio mendesah,
"Gue..gue.."

**

Debo tertawa saat melihat Zahra terpeleset karena genangan air.

"Hahaha! Rasain!"
Tawa Debo makin keras.

Zahra berdecak kesal, ia memanyunkan bibirnya,
"Nge'betein banget sih lo! Balik gih! Gue jalan sendiri aja!"

Tawa Debo terhenti, diganti dengan nada suara menggoda,
"Yakin eneng nggak mau ditemenin sama abang Debo? Entar nyesel loh neng,"
Rayu Debo dengan mencolek lengan Zahra.

"Ish! Apaan sih, udah lo balik aja sana!"
Zahra mendorong-dorong punggung Debo kearah parkiran.

Debo menghentikan langkah nya lalu berbalik,
"Foto box, yuk?"

Senyum Zahra mengembang, "Selfie it's my life!" Sorak Zahra.

**

Bugh!

Bugh!

Dua pukulan mendarat di wajah Rio. Rio terus meringis kesakitan.
Iel melepas cengkraman nya, lalu mengatur nafas nya.

"Gue nggak mau bikin lo kayak gini, tapi cuma ini cara supaya lo mau ngomong yang sebenarnya."

Rio berdiri,
"Gue mau lihat Ify sekali lagi, plis Yel."

Iel diam, ia pun tak tega melihat sahabatnya seperti ini.
Rio berjalan masuk ke dalam ruang Ify.

Dokter Reza tersenyum lalu melihat kearah Rio,
"Nona Ify sudah siuman, saya permisi."
Dokter Reza keluar ruangan.

Rio tersenyum melihat gadisnya sudah membuka matanya sekarang.

"Hai, Fy. Udah baikan belum?"
Tanya Rio dengan senyuman termanis nya.
Rio menyentuh puncak kepala Ify lalu mengecupnya pelan,

Cups.

"Aku kangen kamu,"

Cups.

"Kangen suara kamu,"

Cups.

"Kangen muka jelek kamu,"

Cups.

"Love you, Fy."

Cups.

Ciuman terkahir mendarat dibibir mungil Rio. Rio tersenyum lalu mengusap rambut Ify dengan pelan,

"Ngomong dong? Diem mulu,"

Gadis itu diam, tak menjawab. Bahkan ia mengernyit kan dahi nya,
"Kamu-kamu siapa?"

I Need Your L❤veTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang