bab 28

2.4K 134 2
                                    

Iel berjalan menuju ruang Guru, ia memakai setelan baju yang sopan dipadu dengan celana jeans biru tua.

Bruk!

Sekumpulan buku yang dipegang wanita berkacamata itu jatuh berserakan kelantai.

"Ck! Punya mata nggak?"
Kesal Iel, entah kenapa akhir-akhir ini semenjak Ify yang terbaring lemah dirumah sakit, dirinya menjadi lebih sensitif terhadap kesalahan kecil sekalipun.

Wanita itu menunduk menyusun buku-buku nya, Iel berdecak lalu menyusun buku itu dengan cepat,
"Nih, kalo jalan hati-hati."
Ucap Iel dingin sembari menyodorkan setumpuk buku pada gadis itu.

Gadis itu mengangguk, tanpa mengangkat kepala nya, Iel sama sekali tak melihat wajah gadis itu."Maaf," gadis itu melenggang cepat menuju ruang kelas nya.

Iel menaikkan alisnya,
"Gitu doang? Gue kirain dia bakal minta foto sambil teriak-teriak diatas Monas karena ketemu cogan kayak gue."

Iel terkekeh,

Kak, tadi ada yang kirim salam loh, dia anak nya baiiiik banget, trus yah dia suka belajar di perpus. Pasti anak nya pinter.

"Apa dia orang nya? Persis banget kayak yang Ify ceritain. Ah, sebodo lah. Siapa juga yang mau punya cewek seculun dia."

**
10.00 am
Karina Hospital

Pria berpakaian serba putih itu keluar dari ruangan Ify. Di kursi tunggu sudah ada Gina, Via, Agni, dan Debo.

Sedangkan Rio, Alvin dan Cakka sudah kembali lagi ke sekolah.
Takut akan mendapat peringatan karena pergi keluar sekolah tanpa izin dari guru piket.

Debo berdiri menghampiri Dokter Reza,
"Gimana keadaan Ify, dok?"

Dokter tersenyum,
"Saya ingin berbicara dengan keluarga dari Ify, apa ada ibu atau ayah nya disini?"

Gina berdiri lalu menghampiri Dokter Reza,
"Saya bunda nya Ify, dok."

"Mari ikut dengan saya,"
Dokter Reza memimpin jalan dengan Gina yang mengekor dibelakangnya.

*

Debo membuka pelan pintu ruang rawat Ify. Nuansa putih dengan aroma khas obat-obatan.
Debo menarik kursi yang ada disebelah ranjang Ify berbaring.

"Hei, nggak bosen baring disini mulu? Aku mau ngajak kamu ke pasar malam lagi, kamu suka banget kan kesana?"
Bisik Iel ditelinga Ify.

Tiba-tiba Iel masuk dengan parcel buah-buahan di tangan kanan nya.

"Bunda gue mana Deb?"
Tanya Iel lalu meletakkan buah tersebut di atas nakas yang berada disisi kanan ranjang Ify.

"Lagi ngomong sama dokter,"
Iel mengangguk lalu duduk disofa hitam panjang yang tak jauh dari ranjang Ify.

"Rio sama yang lain ngggak kesini lagi, bro?"
Tanya Debo lagi setelah beberapa menit.

Iel melirik Debo sebentar lalu kembali menutup mata nya, ia mendengus kasar,
"Nggak, nggak penting juga."

**

20.00 pm
Karina Hospital

Pintu berdecit pelan, karena seseorang yang membukanya secara perlahan.

Alvin dan Cakka masuk dan melihat Gina yang tidur dalam keadaan duduk dikursi samping ranjang Ify.

Sedangkan Debo dan Iel tertidur disofa hitam panjang.

"Permisi,"
Ucap Alvin pelan.

Gina dan Iel terbangun lalu melihat kearah dua pria yang kini meletakkan parcel buah untuk Ify.

"Hai, bro."
Sapa Cakka.

"Hm,"
Dehem Iel lalu menutup mata nya lagi.

"Iel, mama mau ngomong sama kamu. Abisnya kamu tidur sih tadi."
Ucap Gina lalu menarik tangan Iel keluar ruangan.

**

"Si Debo enak banget molornya, kerjain kuy?"
Bisik Alvin.

Cakka melotot,
"Ck! Ini rumah sakit!---ayo deh,"

Alvin mengeluarkan spidol hitam dari saku celana nya lalu ia lukiskan dengan indah diwajah pria tampan itu.

"Biar sang seniman yang turun tangan!"
Bisik Cakka lalu mulai menggambar.

*

Iel membelalak mendengar pernyataan yang baru saja keluar dari mulut sang Bunda.

"Seriusan bun? Ya Tuhan, Ify.."
Lirih Iel.

Mereka berdua kembali masuk keruang rawat. Gina terkejut dengan apa yang dua pria gila itu lakukan terhadap seorang pria  yang malang karena wajahnya habis dengan lukisan aneh.
Berbeda dengan Iel yang terbahak keras sambil memegang perutnya.

"Anjirr, foto bro! Foto! Masukin ke snapgram!"
Seru Iel.

Alvin mengangguk lalu mengeluarkan hp nya,

Cklik!

"Anjirr, lupa gue kalo flash nya belum gue matiin,"
Ucap Alvin setelah cahaya yang keluar dari hp nya.

Otomatis Debo menggeliat diatas sofa lalu membuka mata nya.

"Ngapain lo pada nontonin gue? Emang gue topeng monyet, heh?"
Ujar Debo heran.

Ciitt..

Pintu kembali terbuka menampilkan seorang pria yang sedang berdiri didepan pintu.

Tawa lepas yang semula Iel lakukan, kini harus terhenti dengan mendadak karena pria ini, Rio.

Iel berjalan menuju Rio lalu menarik nya keluar ruang rawat Ify.

"Mau apa lagi lo kesini?!"
Bentak Iel setelah menutup pintu.

"Gue mau ketemu Ify."

Rahang Iel mengeras,
"Pergi."
Desis Iel dengan tatapan tajam.

"Gue mau ketemu Ify, Yel!"
Bentak Rio keras.

Bugh!

Iel mencengkram kerah baju Rio dengan keras,
"Setelah lo bikin adek gue celaka, lo masih berani buat ketemu sama dia, hah?! Setelah lo bikin dia amnesia, lo masih berani buat nemuin dia?!"
Iel benar-benar marah setelah bunda nya mengatakan bahwa Ify mengalami amnesia. Meski tidak terlalu parah, tapi beberapa orang mungkin tidak dapat ia ingat secara jelas.

Rio menegang,
"Lo--lo serius? Ify amnesia?"

Iel melepas cengkaraman nya lalu berbalik badan,
"Pergi lo. Jangan bikin Ify semakin sakit karena keberadaan lo,Kemungkinan besar Ify nggak ingat sama lo, jadi jauhin Ify. Jangan temuin dia lagi,"

Rio terdiam, darahnya berdesir hebat. Jantungnya seakan memerintah untuk menghentikan segala organ tubuh yang berkerja.
Separah inikah akibatnya? Rio benar-benar semakin merasa bersalah saat ini juga.

"Maafin gue, Fy. Tapi kak Iel benar, gue harus jauhin lo. Supaya lo tetep aman,"

I Need Your L❤veTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang