extra part II

3.1K 138 5
                                    

Rio membanting tubuhnya diatas kasur, seluruh tulang rusuknya seakan remuk akan patah.

Rio menutup matanya, pikiran nya melayang kearah gadis yang masih ragu untuk ia lamar. Bukan mengenai perasaan, ia takut jika nantinya ia ditolak oleh papa Ify, ia yakin rumah terakhirnya adalah Rumah sakit jiwa.

**

Rio mengetuk pintu rumah gadis yang sebentar lagi akan ia lamar. Dengan setengah nyawanya, Rio mencoba menahan rasa gugup nya sedari tadi.
Tangan nya melembab, karena keringat dingin.

Cklek.

Pintu terbuka.
"Eh, nak Rio. Ayo masuk,"
Seru Gina, bunda Ify.

"Om Bagus nya ada, tan?"
Tanya Rio langsung.

Gina mengangguk,
"Ada dikamar, sebentar yah tante panggilin,"

Rio mengangguk seraya tersenyum manis, ia melihat Ify baru saja masuk kedalam rumah menenteng beberapa plastik hitam ditangan nya.

"Abis belanja, yang?"

Ify menoleh lalu mengangguk,
"Iya, kamu--ngapain disini?"

Rio tersenyum,
"Mau ngelamar anak nya om Bagus,"

Dahi Ify mengerut,
"Kamu mau ngelamar--Bang Iel?"

Rio terkekeh, dasar. Sifat polos gadis ini belum luntur juga,
"Mau ngelamar kamu, lah. Pengen cepet nikah, terus anu deh."

Ify meletakkan belanjaan nya diatas meja makan dapur,
"Eh, tapi kan--"

"Nak Rio?"
Sapa Bagus, papa Ify.

Rio dan Ify sontak menoleh ke sumber suara,
"Eh, om."

Rio beranjak dan menyalami tangan papa Ify. Sedangkan Ify berlari ke atas untuk kekamar nya.

"Mari duduk, kamu mau bicarain apa?" Tanya Bagus.

"Saya--mau ngelamar anak om."

Dahi Bagus mengerut,
"Serius?"

Rio mengangguk,
"Iya om, maaf kalo--"

"Begini nak Rio, sebenarnya kami sudah menjodohkan Ify dengan Adit, anak dari temen nya saya. Yah, saya nggak bisa ngebatalin perjodohan nya gitu aja, jadi--"

"Lamaran saya ditolak om?"
Tanya Rio dengan suara lemah nya.

Bagus mengangguk.

**

Berkali-kali Rio meninju samsak yang ada dihadapan nya. Pikirannya sangat kacau saat ini.
Dan entah untuk sampai kapan,

"Udah lah, Yo. Lo tinggal cari cewek lain aja kali, masih banyak yang lebih cantik dari Ify."
Seru Cakka yang diangguki oleh Alvin.

"Lo enak ngomong nya! Ify itu hidup gue, Bego! Mana bisa gue nyari cewek lain! Argh!"
Rio meninju samsak nya hinga terpental jauh.

"Salah sendiri nggak ngelamar dari awal, hahaha."

Ting tong...

"Ada tamu, Yo." Seru Alvin.

"Lo aja yang buka, gue males."
Kata Rio menyeruput susu coklat nya.

Alvin masuk diiringi dengan seorang gadis, gadis yang menjadi alasan mengapa Rio segila ini.

Rio menoleh,
"Fy, kenapa?" Tanya Rio lembut.

"Uhm, aku kesini mau kasih ini, kak." Ucap Ify menyodorkan sebuah kertas cantik berwarna biru muda perpaduan dengan warna ungu.

Rio tersenyum lalu menerima kertas tersebut. Ia membaca tulisan yang tertera. Seketika raut wajahnya berubah,

"Undangan--pernikahan?"
Tanya Rio lemas, kepala nya maaih menunduk menatap kertas undangan tersebut.

Alvin mengernyit lalu merampas undangan itu dari tangan Ify,
"Wah enak, nih. Pasti ada makan-makan," Alvin melihat nama yang tertera, ia penasaran siapa yang akan menikah dalam waktu dekat ini, mata nya melotot,
"Wah! Lo mau nikah, Fy?! Keren!" Seru Alvin.

"Sama si--Aditya? Siapa noh? Penjual siomay depan sekolah kita dulu kan yak?"
Tebak Alvin.

Ify menggeleng,
"Adit, anak dari temen nya papa."

"Nggak!" Mata Rio menatap tajam Ify.

"Kamu nggak boleh nikah sama siapapun, kecuali aku!!" Tegas Rio. Nafasnya tidak beraturan saat ini.

"Tapi--"

"Gue nggak peduli! Lo punya gue! Selamanya bakal kayak gitu! LO PUNYA GUE, IFY!"

Plak! Plak!

Tamparan keras itu mendarat di pipi Rio. Rio meringis kesakitan memegangi pipi nya.

"Woi, anak curut! Bangun lo, heh!" Teriak seorang wanita tepat ditelinga kanan nya.

Rio terduduk lalu menatap sekelilingnya, jadi yang barusan hanya sebuah--mimpi? Rio tersenyum lega lalu menatap mama nya.

"Dih, ngapain lu senyum-senyum gitu?" Tanya Manda heran.

"Nggak ada mah,"

"Cepetan mandi sana! Katanya mau ngelamar Ify, jadi nggak sih? Gue udah 5 setengah jam dandan nih, mau ketemu calon besan. Ahahaha,"

Rio beranjak cepat menuju kamar mandi. Sebelum semua mimpinya tadi benar-benar terjadi.

**

Ify menuruni tangga dan membuka pintu rumahnya saat mendengar suara bel berbunyi.

"Nak Ify, papa kamu ada?"
Tanya Manda -mama Rio-

Ify mengangguk,
"Masuk tante,"

Manda berjalan memasuki rumah Ify diikuti Rio dibelakangnya. Rio mengedipkan sebelah matanya ke arah Ify.

"Ify doain biar ditolak, huu!"
ledek Ify dengan suara pelan ke arah Rio.

"Kalo ditolak, lo gue culik trus kita kawin lari, mau?"
Tawar Rio dengan seringaian maut nya.

Ify melotot lalu menggeleng keras,
"Enak aja," Ify berjalan naik kelantai dua, menuju kamar nya. Melanjutkan bacaan novelnya yang sempat tertunda.

"Mari duduk, bu, nak Rio,"
persila Bagus, papa Ify.

Manda tersenyum lalu mendaratkan bokongnya diatas kursi empuk bernama sofa.
"Gina mana, Gus?"

"Lagi bikin teh didapur,"

Setelah 45 menit perbincangan, akhirnya Papa dan Bunda Ify menerima lamaran Rio.

Rio bersorak senang didalam hatinya. Ia akan mendapat Ify seutuhnya. Uhuy! Jomblo diam aja.

**

Ify mengucek matanya karena kelelahan sepanjang hari harus menyalami para tamu satu-persatu.

Yah, pagi tadi adalah masa dimana ia melepas lajangnya dihadapan penghulu dan para tamu sebagai saksi cintanya dan juga pria yang sah menjadi suaminya saat ini.

Rio mengusap puncak kepala Ify dengan lembut,
"Capek banget ya?"

Ify mengangguk, matanya sudah tertutup, tangan nya memeluk bantal guling.

Rio meletakkan tubuhnya disamping Ify, menarik Ify kedalam dekapannya. Ia mencium puncak kepala sang Istri dengan sayang.

Lalu berbisik pelan tepat ditelinga Ify,
"Nggak mau bikin baby, yang?"

🐈🐈🐈

I Need Your L❤veTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang