bab 35

2.4K 131 7
                                    

Ujian yang dilakukan selama satu minggu itu berjalan dengan lancar. Para murid kelas 10 dan 11 sibuk merencanakan liburan yang akan rayakan. Berbeda dengan anak kelas 12 yang panik karena ujian nasional akan tiba minggu depan.

Iel berjalan santai menuju kelasnya. Ia duduk lalu mengeluarkan hp miliknya.

12 X 1 Ipa

Rio : guys, gue salah jawab yang nomer 3:")

Alvin : alay bet lo, segala di umum'in ke grup-__-

Cakka : seng sabar yah ndok.

Iel : untung gue pinter😏 jadi bisa jawab semua nya.

Alvin : iyadeh tau, lo belajar bareng Dea kan Yel, di perpus?

Iel : iya, wkwk. Asiq coy, duaan sama cewe di perpus😋

Farah : bukannya kalian lagi ngumpul ya dikelas, ngapain Chat'an?-__-

Cakka : ampuuun, bu bendahara yang suka nagih'in utang:p

Alvin menggeram kesal, pasalnya baterai hpnya mulai low.
"Halah, batre gue lowbet guys. Lanjut nanti aelah," seru Alvin pada Cakka dan dua teman yang duduk dibelakangnya.

Mereka tertawa bersama. Sedangkan Iel diam ketika tawa nya kompak'an dengan Rio. Rio pun berhenti bersamaan dengan Iel.

"Ekhm, gimana keadaan Ify, Yel?" Tanya Rio mencoba mencairkan suasana.

Iel memasang wajah datar nya,
"Baik," Iel bangkit dari kursi nya,"gue ke toilet bentar guys, jangan kangen."

Rio mengikuti Iel dan menyamakan langkah nya ketika mereka sudah ada dikoridor sekolah.

"Ngapain lo ngikutin gue?"
Tukas Iel dingin dengan tatapan sinis nya.

"Gue cuma mau bilang sesuatu, dan lo harus tau."
Ujar Rio serius.

Iel mengangkat bahu nya acuh,
"Nggak penting. Pergi lo dari hadapan gue," usir Iel dengan tatapan tajam.

"Gue--"

Bugh!

Iel menggeram kesal,
"Gue bilang pergi!" Teriak Iel kasar.

"Tapi--"

Bugh!

"Nggak bisa dibilangin sekali doang, hah?!" Satu bogeman lagi mendarat di wajah tampan Rio.

"GUE DIJODIHIN, YEL! DAN GUE HARUS PUTUSIN IFY KARENA PERMINTAAN NYOKAP GUE! GUE JUGA NGGAK MAU! TAPI GUE NGGAK BISA NGAPA-NGAPAIN!" teriak Rio lebih kuat lagi. Pelajaran memang sedang free, tapi koridor sekolah sangat sepi karena kebanyakan murid sedang berada dikelas untuk mengobrol bersama.

Iel kicep, ia baru tahu jika permasalahan nya serumit ini. Dan selama ini dia menolak jika Rio ingin menjelaskan nya pada dirinya. Iel memeluk Rio ala pria. Ia menepuk pelan pundak Rio,

"Sorry bro, sorry kalo gue nggak dengerin lo dulu. Gue selalu nggak bisa kontrol emosi gue," ujar Iel dengan nada pelan.

"Gue sayang sama Ify, Yel. Tapi mama maksa gue buat dijodohin sama Zahra, gue nggak bisa ngapa-ngapain,"

**

Rio mengernyit saat mendengar sang mama sedang berbicara serius di telepon.
Ia mendekat dan menajamkan pendengaran nya.

"Sebelumnya saya minta maaf, saya nggak bisa karena saya juga ingin melihat putra saya bahagia. Bagi saya kebahagiaan dia adalah segalanya, melebihi hubungan bisnis ini. Jadi saya ingin membatalkan perjodohan Rio dan Zahra,"

"..."

"Terima kasih, kalau begitu saya tutup telpon nya, selamat malam."
Manda berbalik lalu terkejut saat Rio tiba-tiba memeluk nya erat.

"Makasih ma, makasih udah mau ngertiin Rio. Rio sayang mama,"
Gumam Rio senang.

Manda mengelus puncak kepala putra kesayangan nya itu,
"Mama juga sayang sama Rio, besok kita kerumah nya Ify, gimana?"

**

Zahra membuka pintu rumah nya tepat ketika jam dinding menunjukkan pukul 8 malam. Ia beralasan ingin belajar kelompok, namun sebenarnya ia baru saja berkeliling bersama Debo. Tak ada alasan lain yang bisa ia gunakan.
Zahra masuk kedalam rumah, namun ia tak sadar jika ada Debo dibelakangnya.

"Darimana saja kamu, hah?"
Tanya Mami Zahra secara tiba-tiba yang membuat Zahra sedikit terpelonjak.

"Ara--Ara tadi kerja kelompok mi, kan Zahra udah sms." Ucap Zahra ketakutan.

"Kamu tau apa yang udah kamu lakuin? Kamu udah bikin mama kehilangan satu rekan bisnis mama! Kamu kenapa sama Rio? Sampe-sampe mama nya ngebatalin perjodohan kalian?"
Bentak mami Zahra yang membuat Zahra menangis pelan.

"Perjodohan nya dibatalin?"

"Ta--tapi Zahra baik-baik aja mah sama kak Rio. Dia--"

"Halah! Pokoknya mami mau kamu tetep dijodohin sama Rio!"

"Nggak tante," potong seseorang dari balik pintu. Pria itu masuk lalu menampilkan keseluruhan tubuhnya.

Zahra terkejut melihat Debo ada disana, ia terus mencoba agar Debo bisa pergi. Karena ia bisa saja mendapat masalah.

"Tante nggak bisa maksa kehendak tante, apalagi maksa supaya Zahra dijodohin sama Rio," ucap Debo dengan serius namun tetap sopan.

"Kamu lagi! Oh, jangan bilang kamu tadi bukan belajar kelompok, tapi main sama cowok ini kan?! Jawab, Zahra?!"
Bentak mami nya yang membuat Zahra diam seribu bahasa.

"I--iya mi,"

"Maaf tante, saya memang sering membawa anak tante pergi keluar tanpa seizin tante. Tapi tante harusnya tau, kalau Zahra selalu merasa kesepian. Ketika tante lebih sibuk dengan berkas dan laptop itu. Yang ada dipikiran tante hanyalah bisnis dan bisnis."
Mami Zahra diam lalu menatap anak gadisnya yang kini sesnag menangis pelan,

"Dan tante terus memaksakan kehendak tante kepada Zahra, tanpa memperdulikan perasaan Zahra yang sebenarnya. Apa tante tahu? Selama ini Zahra selalu merasa kesepian, ia memiliki uang yang banyak. Tapi kasih sayang nggak bisa dibeli dengan uang sebanyak apapun,"

Mami Zahra kicep lalu ia memeluk tubuh Zahra dengan erat,
"Maafin mami, Ra. Mami kira, dengan uang kamu bisa punya kebahagiaan yang berlimpah, mami minta maaf, kalau mami selalu memaksakan kehendak mami. Mami sayang sama Zahra,"
Ucap Mami Zahra sedih.

Zahra mengusap air mata nya dan air mata mami nya, ia tersenyum,
"Mami cantik kalo senyum," ucap Zahra lalu menarik sudut bibir mami nya dengan kedua jari jempolnya.
"Zahra juga sayang sama mami,"

Mami Zahra mengalihkan pandangan nya kearah Debo, lalu tersenyum,
"Kamu anak yang baik. Makasih udah jagain anak saya dan bikin dia sering tersenyum bahagia, saya restui hubungan kalian,"

Zahra melotot,
"Ah, mi. Tapi--Zahra sama Debo cuma temenan, nggak lebih."

Debo diam, dia juga tau hubungan nya dengan Zahra hanya sebatas teman, namun entah perasaan apa yang menyeruak didadanya saat ini.

**

Hufftt, pening mikirin ending😂 jangan lupa vote❤ aqu padamuhh😘

I Need Your L❤veTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang