bab 39

2.4K 127 3
                                    

[Vote dulu baru baca❤]

Rio menutup pintu kamar lalu membanting tubuh lelah nya keatas kasur. Ia menghela nafas, lalu menutup kedua matanya.

"Gue masih nggak rela,"
Gumam Rio pelan.

Selama ujian berlangsung tadi, pikiran nya terus melayang pada seseorang. Untung saja otaknya memang pintar apalagi untuk pelajaran matematika. Jadi ia tak perlu pusing tujuh keliling seperti teman sekelilingnya.

Cklek.

Rio melirik kearah pintu kamarnya yang setengah terbuka.

"Mama boleh masuk,Yo?"
Tanya Manda.

"Boleh kok mah,"
Rio duduk ditepi ranjang lalu meminum air yang ada diatas nakas.

"Gimana ujian nya tadi?"
Tanya Manda lalu duduk disebelah putra nya.

"Lancar kok, mah. Tumben ke kamar Rio?"

Manda tersenyum,
"Nggak mikirin Ify, kan?"

Rio mengubah raut wajahnya menjadi datar,
"Nggak kok, dikit."

Manda terkekeh lalu mengusap puncak kepala putra tunggalnya,
"Anak mama kok lembek banget sih? Ada halangan dikit aja udah nyerah, usaha dong kalo emang cinta. Rela emangnya kalo Ify diambil sama Debo?"

Rio menggeleng keras,
"Ya nggak lah ma, tapi Rio nggak tau Ify masih ada rasa apa nggak sama Rio. Secara, dia kan amnesia,"

Manda memincingkan matanya,
"Belum tau info ya? Dasar kudet!" Toyor Manda.

Rio menaikkan alisnya,
"Info apa?"

Manda berdiri dari tempat nya,
"Ify udah sembuh sayang, dia udah ingat semuanya. Termasuk cinta dia ke kamu."

Rio membelalak bahagia, senyuman sumringah dibibirnya tak kunjung lepas,
"Beneran, mah?!"

Manda mengangguk,
"Kejer gih, selagi janur melengkung belum kuning, kamu masih ada kesempatan."

Rio terkekeh,
"Kebalik, mah."

**

08.00 pm

Suara motor itu berhenti ketika ia tepat dihalaman rumah seorang gadis yang ingin ia temui.

Ia memasuki pekarangan rumah, lalu menekan bel.

"Permisi,"
Ucap Rio sedikit berteriak.

"Iyaa, sebentaaar!"
Teriak seorang gadis dari arah dalam rumah.

Pintu terbuka lebar,
"Cari siapa?" Mata gadis itu melebar lalu senyuman merekah dibibirnya.

Rio merentangkan tangan nya selebar mungkin, meminta untuk dipeluk.

Ify tersenyum lalu memeluk Rio dengan erat,
"Kangen, kak."

Rio mengusap kepala Ify dengan lembut lalu menciumnya,
"Aku juga,"

Ify melepas pelukan nya lalu melipat kedua tangan nya, menampilkan wajah kesal,
"Lupa, kan kak Rio udah punya jodoh. Jauh-jauh gih!"

Rio terkekeh,
"Perjodohan nya dibatalin, Ify cinta. Aku mau nya dijodohin sama kamu, bukan Zahra."
Rio berlutut lalu mencium punggung tangan Ify,
"Janji buat setia sama aku?"

Ify gelagapan menutupi semburat merah dipipinya,
"Ify punya gue,"

Ify dan Rio menoleh kesumber suara. Pria yang ditatap menaikkan alisnya,
"Kenapa? Emang Ify dijodohin sama gue, kan? Gue nggak salah,"

Rio menggeram kesal,
"Terserah, Ify tetap punya gue. Sahabat macam apa lo, yang nikung sahabat nya sendiri."

Debo terkekeh pelan,
"Sahabat? Lo aja nggak pernah tau kalo gue yang duluan suka sama Ify, jauh sebelum lo nyakitin hati dia."

Rio hendak melayangkan pukulan, namun di cegah oleh Ify.
"Kak Debo! Suka banget sih, mancing emosi orang,"

Debo terkekeh lalu mengacak poni Ify,
"Iyaa, jangan cemberut gitu. Udah jelek, tambah jelek tau."

Debo menepuk punggung Rio lalu tersenyum,
"Kayaknya kita gantian jodoh nih, keren kali ya kalo bikin film jodoh yang tertukar."

Rio memincingkan matanya,
"Maksud lo?"

"Lo sama Ify, gue sama...."
Debo menggantungkan kata-katanya, agar Rio paham dengan sendirinya.

"Zahra?"
Sambung Rio.

Debo mengangguk mantap,
"Jaga Ify bro, gue mau nemuin bebeb Ara gue dulu,"
Debo berlari keluar rumah Ify dengan lompatan bahagia.

Emang gesrek.

"Jadi?"
Tanya Rio masih bingung.

Ify tersenyum,
"Kak Rio bego juga ya ternyata. Kak Debo itu naksir sama Zahra, bukan sama Ify. Kalo sama Ify cuman sebatas rasa sayang kakak ke adiknya, biasaaa...Ify kan imut-imut gimana gitu, jadi banyak yang naksir."
Ujar Ify pede.

Rio terkekeh pelan,
"Pede banget, jelek aja gegayaan,"

**

Iel menatap layar handphone nya lalu mengirim pesan untuk seseorang.

Gue mau ngajak lo jalan, gue jemput jam 7. Nggak pake lama.

Singkat-padat-jelas.

Setelah 1 jam waktu yang ia pakai untuk mandi, memakai baju, dan makan malam, Iel berjalan menuju parkiran rumahnya.

Ia melajukan motornya menuju rumah seorang gadis.

Tin!!

Gadis itu berlari lalu menutup pagar rumahnya. Ia berjalan kearah Iel dengan raut kesal.
"Berisik! Ganggu tetangga tau!"

Iel memasang wajah dinginnya,
"Lama,"
Gadis itu mencoba naik keatas motor namun tangan nya ditarik oleh Iel.

Iel mendekatkan wajahnya, lalu melepaskan kacamata dari wajah Dea,
"Gini kan cantik,"

*

Setelah sampai, Dea turun lalu menatap sekelilingnya heran.
"Pasar malam?"
Tanya Dea.

Iel mengangguk,
"Nggak suka ya?"

Dea menggeleng,
"Suka kok, tapi--kenapa kamu malah ngajak aku?"
Tanya Dea heran.

"Ucapan terima kasih karena lo udah mau ngajarin gue selama ujian,"

Dea mengangguk mengerti, lalu mereka berjalan memasuki pasar malam.

Mereka memainkan beberapa permainan, secara bergantian.
Hingga pada akhirnya, Iel harus berusaha untuk menembak sasaran kearah yang ditentukan, agar Dea mendapat boneka beruang sebesar anak berumur 5 tahun itu.

Dor!

Tepat sasaran! Dea dan Iel melompat heboh, lalu berpelukan karena refleks.

"Eh, so--sorry,"
Iel gelagapan.

Mereka makan gula-gula kapas, hanya Dea. Namun sesekali ia memaksa Iel untuk memakannya.

"Enak tau!"

Iel mendelik,
"Nggak sehat, bikin sakit gigi, sakit tenggorokan, sak--"

Dea langsung menyumpal mulut Iel dengan gula-gula kapas milinya,
"Enakkan? makanya coba dulu, baru komentar,"
Omel Dea.

1 langkah, 2 langkah, 3 langkah..

"Dea,"
Panggil Iel.

Dea menoleh,
"Minta lagi dong,"

Dea melotot,
"Nggak! Udah tinggal dikit, nih. Modal dong!" Cerocos Dea.

Iel terkekeh gemas, baru sadar kalau Dea juga punya sisi lucu dibalik kacamata nya.

"Dea,"
Panggil Iel sekali lagi.

Dea menoleh malas,
"Dibilangin nggak boleh min--"

Cups!

Dea menegang, matanya membelalak terkejut.

"Ka--kamu--" Dea memegang bibirnya dengan kaku.

"Makanya jangan pelit."

I Need Your L❤veTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang