Part 1

15.2K 786 37
                                    

Two years later.

Katya sudah benar-benar melupakan cowok itu. Cowok yang membuatnya merasa sangat spesial, cowok yang selalu mengisi hari-hari Katya yang gelap, cowok yang selalu menghiburnya dengan kata-kata yang membuat Katya menyayanginya lebih dari apapun. Katya percaya kalau soulmate itu ada. Tapi setelah cowok itu berkata bahwa ia tidak pernah menyayangi Katya.......tidak.

Soulmate does not exist.

Sekarang Katya tinggal melanjutkan hidupnya yang porak poranda. Dua tahun lalu ia meminta izin kepada Aaron untuk tinggal sendiri karena saat itu usianya sudah 18 tahun, dan ia juga sudah berjanji tidak akan mencoba bunuh diri lagi. Aaron merasa sangat cemas dengan permintaan Katya tetapi apa boleh buat. Katya benar-benar butuh tinggal sendiri dan Aaron tidak bisa memaksakan kehendaknya.

Sekarang disinilah Katya. Ia tinggal di sebuah rumah kecil dengan satu lantai, satu kamar tidur, satu kamar mandi, satu ruang tengah kecil yang menyatu dengan ruang tamu, dan satu dapur sempit dimana ia bisa bereksperimen dan mencoba-coba resep masakan baru. Rumahnya terletak di kota Liverpool, Inggris. Since Katya is a fan of Liverpool Football Team, dia memilih Liverpool sebagai hidupnya yang baru. Sangat menyenangkan.

Katya melanjutkan kuliah di University Hospital Aintree. Ia mengambil jurusan kedokteran sementara ia juga bekerja sambilan sebagai penjaga perpustakaan. Katya tinggal di Walton Rd, dekat dengan Goodison Park dan Anfield Stadium. Hal ini membuatnya sering menonton weekly match Everton atau Liverpool setiap pertandingan mereka diadakan di home.

“Halo?” Katya menempelkan ponsel di telinganya ketika benda itu berdering di kantong jins buluknya. Katya sedang memanggang kue hari itu. Ia mengenakan celemek putih penuh noda sedangkan rambut cokelat terangnya yang diikat asal-asalan terjuntai beberapa helai di samping wajahnya. “Aaron!”

“Hello” sapa Aaron dari sebrang. “Apa kabarmu?”

Katya menurunkan nampan berisi kue kering yang baru matang. “Sangat baik,” ia menggigit bibir. Katya benar-benar merindukan kakaknya. Terakhir Katya bertemu Aaron adalah 2 tahun lalu, tepat sebelum kakaknya berangkat ke Pakistan untuk misi perdamaian dunia. Ya, Aaron adalah seorang Angkatan Udara. Ia sering ditugaskan kemanapun ke seluruh penjuru dunia selama bertahun-tahun. “Bagaimana denganmu?”

Aaron terkekeh di ujung sana. “Aku baik. Hanya saja, ya, kau taulah. Kemarin aku kena tembak, tapi aku baik-baik saja, sungguh.”

Katya menganga. “Aaron.....”

“Hey, Cuma tertembak, Katya. Aku masih hidup.”

“Aaron, kalau sampai aku kehilangan kau......aku bersumpah aku—“

“Tidak,” Aaron menyela. “Kau tidak akan kehilangan aku, Kat. Tidak akan pernah.”

Pernyataan Aaron membuat Katya bisa menghembuskan napas yang ia tahan sejak tadi. Katya mungkin tidak punya siapa-siapa sejak ibunya meninggal beberapa tahun lalu dan ayahnya yang sudah meninggal sejak ia kecil, tetapi Katya punya Aaron yang sangat menyayanginya. Tentu saja Katya tidak akan membiarkan siapapun mengambil Aaron darinya.

“Baiklah,” sahut Katya. “Aku menyayangimu.”

“Aku menyayangimu juga, Kat. Kutelpon nanti, oke?”

“Oke.”

***

Katya mendapat telpon dari perpustakaan malam itu. Ia diberitahu bahwa sahabat sejak ia kecil sekaligus teman kerjanya, Candace, jatuh pingsan saat jaga malam. Karena rumah sakit sangat jauh dan Katya adalah seorang murid jurusan kedokteran, ia diminta datang secepatnya. Katya yang masih memakai piyama dan tidak sempat berganti baju langsung menghidupkan mobilnya dan mengemudi dengan cepat.

For You, I am.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang