Part 31

7.3K 496 46
                                    

 “Kau cedera lagi?”

 Katya memegang engsel pintu flat Zayn saat cowok itu masih berdiri di hadapannya. Zayn membawa tas selempang adidasnya di bahu sebelah kanan. Bahu sebelah kirinya agak memumbul, mungkin karena perban.

 Zayn menyeringai. “Iya,” sahutnya. Zayn mencium pipi Katya, kemudian masuk ke dalam. Katya menutup dan mengunci pintu sementara Zayn mengeluarkan baju kotor dan barang-barang lain dari dalam tasnya.

 “Bahumu masih sakit?”

 Zayn menggerak-gerakkan bahu kirinya. “Uh,” dia meringis sedikit. “Sakit, sih. Tapi bakalan baik-baik saja.”

 “Bagus,” kata Katya. “Omong-omong, kita akan ke Merseyside akhir minggu ini. Tidak apa-apa?”

 Zayn mengangguk. “Pertandingan minggu ini hari Sabtu di Stamford Bridge, sih, jadi tidak apa-apa,” sahutnya. “Lagipula belum tentu aku bermain atau tidak, jadi, yah, kita pasti kesana.”

 Katya tersenyum. Ia berjalan ke arah sofa, kemudian duduk di sebelah Zayn. “Zayn,” panggilnya. “Kemarin aku dan Cassie jalan-jalan ke mal, lalu aku melihat baju yang menurutku lucu dan akhirnya aku membelikannya untukmu. Dan aku juga beli tuxedo baru untukmu.”

 “Kau baik sekali,” kata Zayn. “Aku jarang beli baju.”

 Katya berdecak. “Nah.”

 Zayn tersenyum lebar. Katya memutar bola matanya. “Dasar,” gumamnya. Katya mencari-cari remot tv, lalu saat benda itu ketemu, ia memencet tombol merah untuk menyalakan tv. Saat Katya menoleh ke arah Zayn, cowok itu masih menatapnya.

 “Apa?”

 Zayn tiba-tiba menempelkan bibirnya di bibir Katya tanpa memberi ancang-ancang. Cowok itu lalu meletakkan tangannya di pipi Katya, dan memperdalam ciumannya.

 “Maafkan aku,” kata Zayn setelah ia menarik diri dengan cepat. Zayn mengucapkan kata-kata itu seperti dia tidak benar-benar bermaksud mengucapkannya. “Aku benar-benar tidak tahan. Kau membuatku kecanduan. Aduh.”

 “Dasar pervert.”

 Zayn tertawa. “Aku sayang padamu.”

***

 Siang itu Katya dan Zayn berangkat ke Merseyside. Zayn tadinya ingin berangkat naik mobil sampai ke Merseyside, tetapi Katya memarahinya karena cewek itu tidak mau Zayn hanya menyetir dengan satu tangan. Alhasil, mereka berangkat naik pesawat.

 Zayn benar-benar membenci gagasan naik pesawat. Seperti yang sudah dikatakannya, dia sangat benci pesawat. Bukan karena dia takut ketinggian. Entahlah, menurutnya pesawat bukanlah alat transportasi yang akan jadi pilihan pertamanya kalau berpergian jauh begini.

 Kemarin Katya sudah membereskan barang-barang yang akan mereka bawa ke Merseyside seperti baju, dress untuk Katya dan tuxedo untuk Zayn, dan yang lainnya deh. Mereka membawa satu koper berukuran sedang untuk mereka berdua.

 Sekarang mereka sudah ada di dalam pesawat yang sudah take off. Katya memilih kursi di dekat jendela, sementara Zayn duduk di sampingnya.

 “Kau baik-baik saja?”

 Zayn mengangguk. “Ya.”

 Katya hari itu memakai casual dress sebatas lutut bermotif bunga-bunga dan flat shoes warna orange muda. Dia nyaris tidak memakai make-up, tetapi Zayn dapat merasakan auranya menguar. Katya memang sangat cantik. Setiap saat.

 “Kau takut naik pesawat?” tanya Katya lagi.

 “Tidak,” jawab Zayn. Ia tersenyum singkat. “Aku bukannya takut, Kat. Hanya tidak suka.”

For You, I am.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang