Part 2

11K 740 24
                                    

“Katya, kau harusnya jauh-jauh dariku.”

Katya duduk di samping Zayn yang sedang merokok. Ia sebenarnya sangat benci asap rokok, tapi dua menit lalu Katya bertekad ingin berteman dengan Zayn Malik. Bukannya apa-apa, ia hanya benar-benar merasa bersalah karena membuat Zayn melewatkan sebuah pertandingan penting, itu saja. Setidaknya itulah yang nalarnya beritahu kepadanya.

Ditolak mentah-mentah oleh Zayn Malik tidak menyurutkan semangat Katya. Ia yakin Zayn adalah orang yang sangat baik. Mungkin kecelakaan itu membuat Zayn membencinya, tetapi Katya akan terus berusaha sampai Zayn mau memaafkannya dengan tulus dan menjadi temannya.

“Zayn, tolong matikan rokok itu,” kata Katya sambil terbatuk. Katya mengira Zayn akan mengabaikan ucapannya sebagai angin lalu, tetapi tidak. Cowok itu benar-benar mematikan rokoknya, kemudian menatap kosong jalanan di depannya. “Terima kasih.”

“Katya,” suara Zayn sangat rendah dan pelan sampai-sampai Katya mengkategorikan itu sebagai sebuah bisikan. “Aku sudah memintamu untuk jauh-jauh dariku. Kenapa masih disini? Kau punya banyak pekerjaan untuk dilakukan. Lari sore, misalnya, atau apapun. Jadi tolong, jauh-jauh dariku.”

“Kenapa kau ingin aku jauh-jauh darimu?”

“Karena kau sudah membuatku cidera.”

“Apa kau tetap ingin aku jauh darimu kalau aku tidak membuatmu cidera?”

Zayn terdiam selama beberapa detik. “Ya.”

“Kenapa?”

“Karena aku tidak baik!” Zayn sedikit membentak. “Aku tidak baik, Katya. Aku tidak baik kepada siapapun. Aku tidak suka bertemu orang-orang baru. Aku tidak suka berbicara dengan siapapun. Aku tidak suka didekati. Aku benci orang-orang, Katya. Tolong. Jauh-jauh dariku sebelum aku menyakitimu.”

Katya tersentak saat Zayn menyebutkan kata-kata ‘menyakiti.’ Ia tidak tahu Zayn akan ‘menyakiti’ nya dengan cara apa. Otak Katya sudah siap untuk memerintahkan kakinya agar berjalan menjauhi Zayn dan melupakan semuanya, tetapi hatinya tidak. Hatinya berkata bahwa Zayn orang yang baik dan dia tidak akan menyakiti Katya.

“Tidak,” jawab Katya datar.

“Apa?” sahut Zayn dingin.

Setelah terjadi keheningan panjang, Katya akhirnya menjawab, “Kau tidak akan menyakitiku.”

***

Zayn tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapi Katya yang keras kepala. Barusan saja cewek itu membuatnya dengan mudah berhenti merokok disaat kepalanya sudah nyaris pecah. Hanya dengan kata-kata “Zayn, tolong matikan rokok itu” dan Zayn dengan gampangnya mematikan rokok itu. Padahal biasanya Rebecca memohon sampai menangis untuk Zayn agar tidak merokok.

Zayn tidak tahu, tetapi ia tidak mau membuat Katya batuk-batuk seperti tadi. Ia tidak tahu apa yang salah dari dirinya. Ia tidak ingin Katya dekat-dekat dengannya karena cepat atau lambat cewek itu bakalan benci dengannya juga, seperti Rebecca. Zayn tidak mau menyukai Katya dan memberitahu segalanya dan BAM! Katya membencinya. Lebih mudah untuk membuat cewek itu membencinya dari awal.

Tapi disatu sisi, Katya itu bukan Rebecca. Zayn harusnya sadar.

“Kau tidak akan menyakitiku.”

Kata-kata itu menusuk hati Zayn bagaikan anak panah yang dibakar. Zayn tidak tahu kenapa Katya bisa bicara seperti itu, tetapi Zayn bisa merasakan keyakinan 100% dalam suaranya. Katya sama saja seperti berjalan ke dalam kandang harimau yang belum makan satu minggu dan menyerahkan dirinya begitu saja. Katya harusnya sadar.

“Katya—“

“Zayn, mau makan malam dirumahku? Aku yang masak. Dan aku akan antar kau pulang setelahnya. Bagaimana?”

For You, I am.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang