“Zayn, bukan begitu cara memotong wortel.”
“Zayn, asah pisaunya.”
“Zayn, kecilkan kompornya.”
“Zayn, rebus ayamnya.”
“Zayn.”
“Zayn.”
“Zayn.”
Zayn yakin dua detik lagi dia berdiri di dapur ini, dia bakalan gila. Ternyata memasak tidak semudah kelihatannya. Zayn samar-samar ingat kalau dia pernah belajar masak bersama ibunya, tetapi entah kenapa sepertinya dia lupa sama sekali.
“Katya, aku tidak bisa memotong kentang.”
Katya menghampiri Zayn dengan seulas senyum tipis. Cewek itu memegang tangan Zayn—menunjukkan cara memotong kentang yang benar kepada Zayn. Zayn membiarkan tangan Katya yang jauh lebih kecil memegang kendali atas tangan Zayn yang lebih besar.
“Nah, seperti itu,” kata Katya setelah kentangnya sudah terpotong-potong. Katya memasukkan kentang-kentang itu ke dalam panci yang sudah berisi air, ayam, kaldu, wortel, dan yang lainnya. “Sekarang tinggal potong kol.”
“Kol itu yang mana?”
“Yang ini, Zayn.” Katya mengambil sebuah sayur yang warnanya putih kehijauan, kemudian memberikan Zayn pisaunya. “Ayo coba potong.”
Zayn membelah kolnya menjadi dua. “Seperti ini?” tanyanya, yang dibalas sebuah anggukan singkat oleh Katya. “Iya,” jawab Katya kemudian. “Belah jadi dua terus sampai kecil-kecil. Lalu masukkan ke dalam panci nanti saat sudah mau matang.”
Zayn membelah kolnya lagi menjadi dua sampai kecil-kecil, sesuai dengan perintah Katya. Setelah itu, ia menunggu selama beberapa menit barulah kolnya dimasukkan ke dalam panci. Sambil menungggu sop ayam itu matang, Katya membuatkan jus jambu untuk Zayn.
“Kau belum menciumku.”
Katya tersenyum lebar. “Kau belum melakukan kesalahan kok sejauh ini,” kata Katya ringan. “Cuma beberapa hal yang kurang tepat saja. Tetapi tidak salah.”
“Kalau aku membakar gedung ini, terhitung sebagai kesalahan tidak?” tanya Zayn. “Aku bisa membakar gedung ini, kau tahu.”
“Kau ini,” gerutu Katya. Katya meninggalkan jus jambunya yang masih ada di dalam blender untuk menghampiri Zayn lalu mencium Zayn singkat. Tepat sebelum Katya menarik diri, Zayn meletakkan tangannya di pipi Katya dan mencium Katya lebih dalam. “Zayn,” panggil Katya. “Supnya sudah matang.”
“Ah, iya.”
Zayn mengambil serbet yang terletak di atas counter, mematikan kompor, kemudian mengangkat panci dan meletakkannya di atas meja makan. Zayn mengambil dua mangkuk kecil dan meletakkannya di atas meja makan juga. Beberapa detik kemudian Katya datang sambil membawa dua gelas jus jambu.
“Kau berhasil,” kata Katya riang. “Ayo kita coba masakanmu.”
Zayn menyendok sup ke dalam mangkuknya, kemudian mencicipinya. Rasanya.....lumayan. Wow. Sepertinya Zayn pernah memasak sup sebelumnya atau apa, karena sup ini benar-benar tidak buruk sama sekali.
“Kau bisa masak juga ternyata.”
Zayn menyeringai. “Sepertinya aku ada bakat.”
Katya tersenyum singkat, setelah itu mereka melanjutkan makan malam tanpa mengobrol. Saat sudah selesai, Zayn mendorong mangkuknya agak jauh lalu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi meja makan.
Minggu kedua bulan Desember. Minggu besok adalah minggu terakhirnya bermain sebelum libur musim dingin, dan beberapa hari setelah itu, Zayn akan menikah. Ia benar-benar tidak sabar untuk segera menikah.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You, I am.
Romance-Book 1- Katya Maguire awalnya mengira Zayn Malik yang ia temui itu orang yang dingin, suka membentak, dan tertutup karena perilaku cowok itu yang dingin kepada Katya. Tetapi, hal itu tidak menyurutkan Katya untuk berusaha mendekati Zayn dan menjadi...