Zayn menghisap rokoknya. Ia jadi sering merokok lagi akhir-akhir ini, terutama saat Katya koma selama satu bulan di rumah sakit waktu itu. Zayn tidak ingin mengingat-ingat lagi seberapa terpuruk dan putus asanya dia saat itu. Terlalu menyakitkan buat dirinya.
Jalanan masih agak ramai walaupun sekarang sudah jam 12 malam. Zayn sedang berdiri di balkonnya, sementara Katya sudah terlelap di kamar Zayn sejak tadi. Zayn menikmati semilir angin malam musim gugur yang menyejukkan. Biasanya ia sangat benci musim gugur. Tetapi rasanya ia tidak begitu membenci musim gugur kali ini.
Pikiran-pikiran memenuhi otaknya. Mulai dari karirnya, masa lalunya, sampai cerita Katya beberapa hari lalu. Zayn tidak pernah mengira Katya akan begitu terbuka kepadanya. Zayn sudah menyadari goresan di tangan cewek itu sejak pertama kali ia bertemu dengan Katya, tetapi ia sengaja tidak bertanya apa-apa.
Seperti apa yang dikatakan Zayn kepada Katya, apa yang cewek itu ungkapkan kepadanya sama sekali tidak merubah apa-apa. Menurutnya, Katya tetaplah Katya, cewek paling cantik setelah ibunya yang ia pernah temui. Tidak akan ada hal yang bisa mengubah cara Zayn melihat Katya sampai kapanpun.
Zayn membuang rokoknya yang sudah hampir habis, kemudian merogoh sakunya dan mengambil sebatang rokok lagi. Zayn menyalakan rokoknya dengan pemantik api lalu ia menarik napas dalam-dalam. Zayn heran. Kenapa sesuatu yang bisa membunuhnya malah menjadi candu baginya?
“Kau merokok lagi,” gumam suara di belakangnya. Siapa lagi kalau bukan Katya dengan baju tidur hello kitty panjang berwarna pink pucat, dengan sendal hello kitty yang warnanya sama. “Merokok itu membunuhmu, Zayn.”
Zayn mematikan rokoknya tanpa diminta. “Kenapa belum tidur?” tanyanya. Katya berjalan ke arahnya, dan berdiri di sampingnya. Cewek itu melongok ke bawah, memperhatikan jalanan seperti yang dilakukannya tadi.
“Kebangun,” katanya.
Zayn mengangguk-angguk.
“Zayn,” panggil Katya. “Bisakah kau lakukan satu hal?”
“Apa?”
“Berhenti merokok.”
Zayn menggeleng. “Katya—“
“Untukku, kumohon?”
Katya menatap Zayn dengan jarak di antara mereka yang paling hanya setengah meter. Zayn bisa melihat mata kelabu Katya yang berbinar, seperti memohon. Zayn menghembuskan napas panjang. Ia tahu benar ia tidak akan sanggup menolak permintaan cewek di depannya ini. Menyedihkan. Sejak kapan dirinya berubah menyedihkan?
“Zayn,” desak Katya. “Berhenti, ya?”
Zayn merogoh sakunya. Ia mengambil bungkus rokoknya yang isinya masih lumayan banyak dan menyerahkannya kepada Katya. “Akan kuushakan,” katanya kemudian.
Katya meletakkan rokok Zayn di atas meja kecil di balkon. “Terima kasih,” katanya sambil tersenyum. Zayn hanya mengangguk.
Zayn kembali menatap jalanan dibawahnya. Semakin dipikirkan, rasa bencinya kepada cowok bernama Ethan ini semakin besar. Bagaimana bisa Katya tertipu oleh cowok seperti dia yang jelas-jelas baik kepadanya hanya untuk memanfaatkannya?
Katya mudah percaya kepada orang. Itulah letak kesalahannya.
Seperti saat pertama Zayn bertemu dengan Katya, cewek itu langsung mengajaknya makan dirumahnya. Padahal bisa saja Zayn adalah orang jahat. Atau orang-orang macam Ethan yang hanya memaanfaatkan Katya untuk kepuasannya sendiri.
“Kau tidak tidur?” tanya Katya.
Zayn menggeleng. “Belum mengantuk.”
“Kau kan ada sesi latihan nanti jam 9 pagi,” Katya mengingatkan. “Kalau kau tidak tidur sekarang, kau akan susah dibangunkan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
For You, I am.
Romance-Book 1- Katya Maguire awalnya mengira Zayn Malik yang ia temui itu orang yang dingin, suka membentak, dan tertutup karena perilaku cowok itu yang dingin kepada Katya. Tetapi, hal itu tidak menyurutkan Katya untuk berusaha mendekati Zayn dan menjadi...