Musim panas akan segera berakhir, yang artinya: a) Zayn mulai sibuk, b) Aaron akan kembali. Menyenangkan memang, tetapi mengingat kalau Zayn jadi sibuk rasanya Katya jadi agak sedih juga. Katya sebagai salah satu tim medis di Chelsea akan ikut kemanapun Zayn pergi kalau ia dibutuhkan. Sayangnya, tampaknya Katya lebih dibutuhkan di Chelsea U-21 karena mereka kekurangan tim medis. Walau begitu, Katya selalu ada di setiap sesi latihan tim inti Chelsea.
Hari itu Katya berbelanja kebutuhan sehari-hari di supermarket dekat flatnya. Ia membeli bahan-bahan makanan, peralatan mandi baru, dan yang lainnya. Zayn berkata dia akan ada di Wembley sore ini untuk melawan Arsenal, dan Katya tidak diminta datang sebagai tim medis, yang merupakan kabar buruk. Kabar baiknya, dia punya seluruh hari Sabtu untuk memasak dan memanjakan diri.
Katya tadi pergi ke salon, entah untuk apa. Ia sangat jarang ke salon sebenarnya. Katya tadi memotong rambutnya sedikit, dan melakukan perawatan-perawatan seperti menikur dan pedikur, pijat, dan semacamnya. Walaupun harus merogoh kocek cukup banyak, tetapi setidaknya ia puas. Setelah dari salon, Katya memutuskan untuk pulang dan beristirahat.
Lampu lalu lintas berubah merah. Katya cepat-cepat menyebrang sambil menenteng belanjaannya yang cukup banyak. Beberapa detik setelah ia sampai di sebrang jalan, ponselnya bergetar. Katya langsung menempelkannya ke telinga tanpa melihat siapa si penelpon.
“Halo?”
“Katya?”
“Candace?”
“Kukira kau sudah lupa suaraku,” Candace terkikik. “Apa kabarmu, Kat?”
Katya yakin dia diam saja selama beberapa detik, karena Candace sempat mengatakan halo beberapa kali. Katya senang sekali Candace menelponnya. Ia begitu merindukan cewek yang bisa dikatakan adalah satu-satunya teman perempuan Katya.
“Candace, astaga,” Katya menyusuri koridor flatnya. Ia berhenti sejenak untuk mencari kunci di dalam tas tangannya, dan menjepit ponselnya menggunakan bahu. “Astaga. Kenapa kau baru menelpon? Aku pernah menghubungimu saat aku baru sampai di London, tetapi nomormu tidak aktif.”
“Mmm, ponselku hilang,” kata Candace. “Karena aku baru menemukan nomor ponselmu di buku telpon lamaku, aku memutuskan untuk menelponmu. Omong-omong, apa kabar kau dengan Zayn? Aku tidak mendengar berita apa-apa di media.”
Katya mendorong pintu dan membawa serta barang-barang belanjaannya ke dalam. Ia mengunci pintu sebelum akhirnya merebahkan dirinya di atas sofa. “Aku dan Zayn baik-baik saja,” Katya menggigit bibir. “Kami....eh, berteman baik.”
“Cuma teman?”
“Cuma teman,” Katya menegaskan. “Bagaimana dengan Sam? Apa kabarmu dengannya?”
“Kau tidak akan percaya kalau kuberitahu,” kata Candace. Katya dapat merasakan senyum Candace menyebrang di ujung sana, karena cewek itu mengatakan kalimat tadi dengan suaranya yang riang. “Sam...”
“Sam kenapa?”
“Sam.........melamarku.”
Katya hampir menjatuhkan ponselnya saking kagetnya. “Kau serius?”
“Mmm-hmm,” Candace terdiam sebentar. “Aku tahu mungkin aku baru 21 tahun dan Sam 24. Dan aku tidak berminat sama sekali menjadi seorang ibu dalam usiaku yang masih muda, tetapi Sam dan aku sudah membicarakannya, dan, yah, kami akan menikah.”
“Astaga Candace,” gumam Katya. “Aku tidak tahu bagaimana harus berkata-kata, tetapi aku sangat senang mendengar kabar ini. Kapan kau akan menikah?”
KAMU SEDANG MEMBACA
For You, I am.
Romance-Book 1- Katya Maguire awalnya mengira Zayn Malik yang ia temui itu orang yang dingin, suka membentak, dan tertutup karena perilaku cowok itu yang dingin kepada Katya. Tetapi, hal itu tidak menyurutkan Katya untuk berusaha mendekati Zayn dan menjadi...