“Hei, Kat, sini biar kubantu.”
Katya menoleh, kemudian senyumnya mengembang ketika ia melihat Eden di sebelahnya. Katya memberikan kotak besar berisi peralatan medis kepada Eden, kemudian mereka berjalan berdampingan ke ruang perawatan. Eden meletakkan kotak besar itu di atas meja sebelum akhirnya Katya menggumamkan ucapan terima kasih.
“Kau sudah jadi pulang ke Belgium?” tanya Katya.
Eden menggeleng. “Belum. Aku akan pulang bersama Thorgan saja,” sahut Eden. Ia kemudian duduk di atas kasur ruang perawatan—di samping Katya. “Thorgan masih di Prancis, dia bilang dia akan menyusulku ke London beberapa hari lagi. Latihan pra-piala dunia kan masih dua minggu lagi, jadi Thorgan ingin berlibur ke London sekaligus berbicara tentang kontraknya dengan Chelsea.”
“Jadi Thorgan pemain Chelsea juga?”
Eden mengangguk. “Iya,” sahutnya. “Apa aku lupa memberitahumu?”
“Sepertinya kau belum pernah bilang,” kata Katya kemudian. “Omong-omong, memangnya Thorgan masuk ke tim inti? Kalau tidak salah, dia baru 21 tahun kan?”
“Ya, dia memang baru 21 tahun. Dia dulunya timnas U-15, U-16, U-17, dan banyak lagi. Terakhir kali dia masuk timnas U-21 dan mungkin dia bisa masuk tim inti kalau bermain bagus,” jelas Eden. “Oh, ya, Kat. Bagaimana kuliahmu?”
Katya menggeleng-geleng tidak tahu. “Perlu waktu lama untuk memperoleh gelar S2 ku sepertinya,” kata Katya. “Tetapi sepertinya saat aku memperoleh gelar itu, aku akan tetap bekerja disini.”
“Benarkah?”
“Ya,” Katya tersenyum. “Aku suka bekerja di klub sepakbola. Sebenarnya cita-citaku itu bekerja menjadi tim medis di Liverpool, tapi...” Katya tertawa gugup. “Sekarang aku ada di Chelsea dan kukira aku sudah sepatutnya bersyukur.”
Eden mengerutkan kening. “Kau suka Liverpool?”
“Ya,” Katya mengangguk. “Apa aku belum pernah bilang?”
“Sepertinya belum,” gumam Eden. Eden menatap jam tangannya, kemudian raut wajahnya berubah drastis. “Astaga, Kat. Aku harus cepat-cepat kembali ke lapangan. I’ll see you soon then, I guess?”
Katya tersenyum. “I’ll see you soon, Eden.”
***
Zayn baru pulang dari Stamford Bridge setelah pengarahan terakhir kemarin. Jose Mourinho bilang dia akan mengadakan pesta kebun yang akan dihadiri oleh pemain-pemain Chelsea termasuk Zayn, karena berhasil memenangkan Premier League musim ini. Rencananya, pesta akan diadakan di rumah Jose Mourinho sendiri, dan ia mengizinkan semua yang datang untuk membawa pasangan.
Tentu saja Zayn akan mengajak Katya. Entahlah kenapa, ia Cuma tidak mau pergi sendirian.
Zayn merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia meraih ponsel yang terletak di saku celana trainingnya, kemudian mengetik nomor yang sudah dihafalnya sejak lama. Beberapa detik, tidak ada jawaban. Zayn tadinya sudah kehilangan kesabaran dan ingin mengirim pesan saja, tetapi di detik terakhir Katya mengangkat telponnya.
“Ada apa Zayn? Maaf aku sedang memanggang kue,” kata Katya dari sebrang.
Zayn merasakan senyumnya mengembang. “Tidak apa-apa, hanya ingin mendengar suaramu,” katanya. “Omong-omong, apa kau ada acara sabtu ini?”
“Sepertinya tidak,” jawab Katya setelah beberapa saat terdiam. “Memang ada apa?”
Zayn tersenyum senang. Artinya cowok itu belum mengajaknya, pikirnya. Bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You, I am.
Romance-Book 1- Katya Maguire awalnya mengira Zayn Malik yang ia temui itu orang yang dingin, suka membentak, dan tertutup karena perilaku cowok itu yang dingin kepada Katya. Tetapi, hal itu tidak menyurutkan Katya untuk berusaha mendekati Zayn dan menjadi...