“Ibumu sangat menyenangkan, Zayn.”
Pagi itu Zayn mengajak Katya berkeliling ke sekitar rumahnya. Katya masih memakai baju tidur berwarna biru muda, sedangkan Zayn memakai kaus oblong putih dengan bawahan celana panjang garis-garis. Udara sudah mulai sangat dingin, tetapi salju belum turun.
“Ya,” Zayn mengangguk. “Bisa kulihat dengan keakraban kalian tadi.”
Katya mengangkat bahu. “Aku hanya membantunya.”
“Dan mengobrol dengannya seperti teman lama yang baru saja bertemu,” kata Zayn ringan. “Aku tidak melihatmu sebagai seseorang yang introvert, Kat. Kau bisa bergaul dengan siapa saja sepertinya.”
“Aku tidak tahu.”
Zayn mengangkat bahu kemudian lanjut berjalan. Baru kali ini ia bisa menikmati udara dingin. Baru kali ini ia menikmati jalan-jalan pagi sambil menghirup udara segar. Dan Zayn mau tak mau mengakui karena ada Katya di sampingnya. Ia tidak tahu sejak kapan, tetapi kehadiran cewek itu perlahan-lahan mengembalikan semangatnya untuk tidak menjadi orang yang menyebalkan.
“Zayn.”
“Ya?”
Katya menggigit bibir. “Nanti siapa saja yang datang?”
“Saudara jauhku, mungkin. Mungkin ada saudara-saudaraku yang dari Pakistan juga. Entahlah,” Zayn mengangkat bahu. “Memang kenapa?”
“Ini, kan, acara keluarga, Zayn. Memang tidak apa-apa kalau aku ikut?”
Zayn mengangguk. “Kenapa kau sangat cemas? Tenang saja. Kau bakal mengobrol dengan mereka, aku yakin. Dan mereka pasti akan menyukaimu.”
“Kenapa kau sangat yakin?”
“Karena...”
Katya mengangkat alisnya. “Karena?”
Karena aku menyukaimu, bodoh. Zayn hampir saja bilang itu kepada Katya. Ia bahkan tidak tahu apa maksudnya. Alih-alih, ia menjawab, “Karena ibuku menyukaimu. Yah, keluargaku yang lain tidak begitu berbeda.”
“Semoga,” sahut Katya pada akhirnya. “Ayo pulang, Zayn. Aku mau mandi.”
***
Zayn sedang merokok di teras bersama sepupunya, David. Cowok itu seusianya, dan mungkin bisa dibilang sepupu yang paling dekat dengannya. David datang dari Pakistan kemarin, dan dia menginap di hotel dekat-dekat sini. Keluarga mereka baru sampai kira-kira 3 jam lalu di rumah Zayn, dan setelah semua berkumpul, dimulailah acara makan-makan.
Sekarang acara makan-makan sudah selesai dan orang-orang sibuk dengan dirinya masing-masing. Ada kelompok ibu-ibu di dekat dapur, entah membicarakan apa. Ada kelompok bapak-bapak di ruang tamu, membicarakan pertandingan sepakbola (tentu ayah Zayn dengan bangga menceritakan anaknya yang menurutnya hebat), kemudian ada kelompok remaja perempuan yang sibuk membicarakan one direction. Apa itu one direction?
Di pekarangan, ada anak-anak kecil berlarian kesana kemari, mungkin main petak umpet atau apa. Zayn tidak semangat menonton mereka bermain, tetapi satu-satunya yang membuat dia semangat adalah Katya ada disana. Cewek itu sedang bermain bersama keponakannya yang masih kecil. Katya hanya memakai kaus oblong putih dan celana jins biru muda panjang. Sedangkan rambutnya dikuncir kuda asal-asalan, tetapi cewek itu tetap terlihat cantik.
Saat Katya tertawa, Zayn tidak bisa menahan untuk tidak tersenyum.
“You like her, bro,” kata David.
“Apparantly, yes,” sahut Zayn ringan tanpa mengalihkan pandangan. “Tetapi kita hanya berteman, kok.”
David tertawa. “Friendzone, nih?”
KAMU SEDANG MEMBACA
For You, I am.
Romance-Book 1- Katya Maguire awalnya mengira Zayn Malik yang ia temui itu orang yang dingin, suka membentak, dan tertutup karena perilaku cowok itu yang dingin kepada Katya. Tetapi, hal itu tidak menyurutkan Katya untuk berusaha mendekati Zayn dan menjadi...