Part 19

7.6K 518 31
                                    

“Aaron?”

 Katya langsung menampakkan senyumnya begitu ia mendengar suara kakaknya dari sebrang. Sudah lama sekali dari kali terakhir Aaron menelonnya. Katya tidak peduli walaupun Aaron menelponnya tepat jam 3 pagi, ia tetap sangat senang.

 “Maaf aku menelpon pagi buta begini,” kata Aaron dari sebrang. “Sebenarnya, aku bahkan tidak tahu sekarang jam berapa. Mungkin sekitar jam 10 malam waktu setempat.”

 Katya mengangguk-angguk. “Tidak apa-apa. Memangnya apa yang sedang kau kerjakan?” tanyanya.

 “Aku sedang diperintakan mengadakan penyergapan di gudang senjata,” jawab Aaron. Nadanya terdengar tidak terlalu yakin. “Misi yang sulit dan berbahaya. Aku sedang mengintai dari atas bukit. Bunker mereka sangat besar, Kat. Mungkin bisa memuat dua air force one.”

 “Kalau kau sedang sibuk, kenapa menelponku?”

 Aaron menghela napas di ujung sana. “Aku....aku tak tahu. Tiba-tiba aku langsung kepikiran kau saat aku memulai pengintaian. Aku takut,” Aaron berhenti sebentar. “Kau taulah. Aku takut aku tidak bisa pulang. Aku....aku takut aku tidak bisa mendengar suaramu lagi.”

 “Aaron, jangan berkata seperti itu,” gumam Katya.

 “Maaf,” Aaron terkekeh. “Maaf aku membuatmu khawatir.”

 “Kau selalu membuatku khawatir,” gerutu Katya, menekan kata ‘selalu’. “Jadi, kapan kau akan pulang? Aku sudah tinggal di flatmu, kau tahu. Aku akan selalu disini menunggumu pulang.”

 “Selepas musim panas. Setelah penyergapan ini berhasil, aku akan pulang. Aku akan meminta ditempatkan di London saja jadi aku tidak perlu mengikuti misi perdamaian dunia lagi. Jadi aku tidak perlu membuatmu khawatir lagi.”

 Katya tersenyum senang. “Aku tidak sabar menunggu saat itu.”

 “Bagus,” kata Aaron setelah jeda cukup panjang. “Apa kabar Zayn? Kau dan dia baik-baik saja, kan?”

 “Kami....baik,” katanya. Ia menggigit bibir. “Zayn sedang menginap sekarang. Tapi jangan salah sangka dulu! Dia tidur di sofa, aku di kamar.”

 Aaron tertawa. “Tak kusangka Malik benar-benar se-sopan itu.”

 “Yah, aku juga tak menyangka.”

 “Kat, aku harus pergi,” kata Aaron tiba-tiba. “Maaf aku tidak bisa menelponmu lama-lama. Aku harus memulai penyergapan sekarang. Pokoknya aku akan kembali musim panas nanti, jangan khawatir.”

 Katya menghela napas panjang. “Jaga dirimu baik-baik,” gumam Katya. “Aku menyayangimu.”

 “Aku juga menyayangimu.”

 Lalu telepon dimatikan.

***

 “Kat?”

 Zayn mengerang. Kepalanya terasa berat. Zayn berusaha duduk tegak, tetapi matanya masih sulit dibuka karena ia masih mengantuk. Zayn memusatkan pandangan ke arah jam dinding, kemudian mengerutkan dahinya. “Apa yang kau lakukan pagi buta begini?”

 “Kau sudah bangun?” tanya Katya dari arah dapur.

 “Belum,” sahut Zayn dengan suaranya yang masih terdengar berat. “Aku sedang mengigau.”

 Katya tertawa. Cewek itu menghampiri Zayn sambil membawa semangkuk besar popcorn. Ia menyalakan televisi, kemudian memilih-milih dvd untuk ditonton. “Tadi Aaron menelponku, sekitar jam 3 pagi. Kemudian aku tidak bisa tidur. Jadi kuputuskan untuk menonton film saja,” katanya. “Kau mau menonton film apa, Zayn?”

For You, I am.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang