Part 32

6.9K 494 46
                                    

"I, Sam Pottorf, take you, Candace Halter, to be my wife, to have and to hold from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness and in health, to love and to cherish, till death us do part, according to God's holy law, in the presence of God, I make this vow."

"I, Candace Halter, take you, Sam Pottorf, to be my husband, to have and to hold from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness and in health, to love and to cherish, till death us do part, according to God's holy law, in the presence of God, I make this vow."

"You have declared your consent before the Church. May the Lord in his goodness strengthen your consent and fill you both with his blessings. What God has joined, men must not divide. Amen. You may kiss the bride."

Riuh tepuk tangan terdengar di seluruh penjuru halaman belakang rumah kediaman Halter. Sam mencium Candace di altar, yang artinya mereka berdua sudah resmi menjadi suami istri sekarang. Beberapa menit kemudian, pesta dimulai. Musik mengalun dari speaker di sudut-sudut dan tamu-tamu mulai berdiri dari kursinya untuk mengambil sampanye.

"Kau mau minum?"

Zayn menoleh. Ia mendapati Candace-sang pengantin wanita sendiri sedang berdiri di sampingnya. Walaupun Zayn nyaris tidak kenal Candace, tetapi cewek ini pernah membantunya untuk bertemu Katya saat Katya menolak untuk bertemu dengannya waktu itu. Zayn berhutang kepada Candace.

"Tidak," kata Zayn ringan. "Terima kasih."

Candace menyiku lengan Zayn. "Ayolah," katanya. "Aku punya banyak sekali sampanye. Kau bahkan bisa ambil tiga botol."

"Uh, aku tidak ingin minum."

Candace tertawa. "Baiklah kalau begitu. Aku kesana dulu, oke?"

"Oke."

Setelah beberapa langkah, Candace menoleh ke belakang untuk menatap Zayn. "Omong-omong, kapan kau akan melamar Katya?"

Zayn tertawa. "Secepatnya."

Candace ikut tertawa, lalu cewek itu melambai singkat kepada Zayn dan pergi entah kemana. Beberapa detik setelah Candace pergi, Katya menghampirinya sambil membawa sepiring kue tar.

"Kau tidak mau sampanye?" tanyanya.

Zayn menggeleng. "Tidak."

"Kenapa?" tanyanya. "Kukira kau suka sampanye atau semacamnya."

"Aku tidak ingin mabuk."

Katya tertawa. "Kenapa?"

"You'll find out what kind of a man I'll become when I'm drunk," sahut Zayn ringan. "Kau tidak akan mau melihatku mabuk."

"Masa?"

Zayn hanya tersenyum. "Lihat saja nanti."

***

Katya sampai di hotel sekitar jam 10 malam itu. Pesta pernikahannya sangat seru. Semua teman Katya sewaktu di perpustakaan datang. Katya mengobrol banyak hal bersama mereka, mengingat kejadian-kejadian lucu yang terjadi selama Katya bekerja disana.

What a sweet old times.

Sekarang Katya sedang duduk di atas kasur kamar hotelnya sambil menonton televisi. Ia sudah mengenakan pakaian tidur, sedangkan Zayn masih ada di dalam kamar mandi sedari tadi. Tak lama, Zayn keluar dengan hanya memakai boxer. Rambut hitamnya basah, tetapi cowok itu tetap terlihat...err, tampan.

"Kau mau aku tidur di lantai atau di kasur?" tanyanya. "Disini tidak ada sofa panjang, sih. Jadi terserah kau saja."

Katya tersenyum. "Tidur di kasur juga tidak apa-apa."

For You, I am.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang