Katya tidak bisa tidur.
Kamar Zayn sangat nyaman—sungguh—bahkan mungkin lebih nyaman dari kamarnya sendiri. Zayn punya kasur yang sangat besar, seprai dan selimut tebal berwarna putih, serta bantal dan guling yang berwarna putih. Kamarnya di cat abu-abu. Ada kloset di sudut ruangan, sebuah kaca besar, meja kerja yang diisi dengan Mac berwarna putih, sebuah stereo dengan beberapa tumpuk kaset, dan sebuah rak buku besar.
Katya melirik jam digital di meja kecil di samping tempat tidur Zayn. Jam 2 pagi dan ia belum bisa tidur. Katya memutuskan kalau ia haus, jadi ia beranjak dari tempat tidur dan keluar kamar untuk mengambil minum. Saat keluar kamar, Katya melihat Zayn sedang duduk sambil menonton televisi. Cowok itu sepertinya belum tidur.
“Kau belum tidur,” gumam Zayn.
Katya tersenyum kemudian ia duduk di samping Zayn dan ikut menonton televisi. Mendadak ia tidak haus. “Aku tidak bisa tidur.”
Zayn mengangkat bahu. “Kamarku kurang nyaman atau apa?”
“Kamarmu cozy, Zayn. Sangat nyaman. Tapi aku akhir-akhir ini memang susah tidur,” aku Katya. “Terakhir kali aku tidur cepat adalah waktu aku ketiduran di pundakmu malam itu.” Katya merasa pipinya memerah kalau mengingat kejadian memalukan itu.
“Mungkin kau memang harus tidur di bahuku.”
Apa?
“Bercanda,” kata Zayn datar. “Ayo, kuantar kau tidur.”
***
Zayn mengantar Katya sampai masuk ke dalam kamar, tetapi cewek itu sepertinya benar-benar tidak mengantuk. Padahal Zayn sendiri sudah hampir jatuh ke lantai saking lelahnya.
Ketika mereka sudah berada di kamar, Katya tidak langsung naik ke tempat tidur. Cewek itu justru pergi ke sudut ruangan tempat Zayn meletakkan stereo kecilnya, beserta beberapa tumpuk kaset koleksinya.
“Let’s see what you got here...” kata cewek itu. Katya menyelipkan rambut yang menjuntai di samping kepalanya ke belakang telinga, sembari berjongkok untuk mencari-cari kaset. “A Great Big World, Zayn? Say something?” Dan Zayn hanya menjawab, “Mm-hmm.”
Katya memejamkan mata saat line pertama musik itu terdengar di seluruh penjuru kamar.
Say something I’m giving up on you
I’ll be the one, if you want me to.
Katya berbalik. Cewek itu menatap Zayn dengan senyumnya, dan membuat jantung Zayn berhenti seketika. Tidak, batin Zayn. Tidak malam ini, Kat. Belum saatnya.
“Kuharap kau bisa menari,” kata Katya sambil tersenyum menantang. “Cuz I really fond of this song. Kau punya selera bagus dalam memilih lagu, kurasa.”
And I will stumble and fall
I’m learning to love
Just starting to crawl
Zayn mengangkat bahu. “Satu putaran, kau tidur setelahnya.”
Zayn melangkah mendekati Katya. Ia sebenarnya ragu karena ia benar-benar tidak bisa menari. Zayn kini hanya berjarak dua senti dari hadapan Katya dan ia tidak tahu harus berbuat apa. Katya masih menatapnya dengan senyumannya yang Zayn kategorikan sebagai sebuah godaan, tetapi tidak malam ini. Zayn tidak akan melakukan apa-apa. Tidak malam ini.
Zayn menggenggam tangan Katya yang terasa sangat kecil jika dibandingkan dengan tangannya yang besar dan kuat. Zayn meletakkan sebelah tangannya lagi di pinggang Katya, sementara cewek itu meletakkan sebelah tangannya di punggung Zayn.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You, I am.
Romance-Book 1- Katya Maguire awalnya mengira Zayn Malik yang ia temui itu orang yang dingin, suka membentak, dan tertutup karena perilaku cowok itu yang dingin kepada Katya. Tetapi, hal itu tidak menyurutkan Katya untuk berusaha mendekati Zayn dan menjadi...