Part 25

7.7K 502 20
                                    

 Zayn tau-tau merasa silau. Ia membuka matanya yang teramat berat, kemudian mengerang. Tubuhnya yang dalam posisi tengkurap terbungkus selimut sampai ke pinggang. Tak jauh dari tempatnya ada Katya, sedang membuka gorden kamarnya.

 “Kau sudah bangun,” gumam Katya. Cewek itu berjalan ke arahnya, kemudian ia duduk di pinggiran tempat tidur. “Ayo cepat, aku sudah membuatkan sarapan,” katanya sambil menepuk-nepuk pelan pipi Zayn. Zayn cuma tersenyum.

 “Aku masih mengantuk,” erang Zayn.

 “Tapi sekarang sudah jam 10 pagi, Zayn. Ayo sarapan.”

 “Tidak mau.”

 “Zayn,” bujuk Katya. “Ayo.”

 Zayn menggeleng-geleng seperti anak kecil. “Aku ngantuk, Katya,” katanya dengan suara bangun tidurnya yang berat. Zayn lalu menarik selimut sampai ke wajahnya dan kembali memejamkan mata.

 Katya mengguncang-guncang bahu Zayn lembut, dan mengelus rambutnya. Apa yang dilakukan Katya justru semakin membuat Zayn tidak ingin bangun dari tempat tidur. Zayn juga berusaha keras untuk tidak menarik Katya ke atas kasur dan memeluknya seperti guling.

 “Yasudah kalau kau tidak mau bangun,” kata Katya seraya bangkit dari tempat tidur. “Kurasa aku akan menelpon Eden dan mengajaknya makan siang diluar. Kuharap Eden belum makan siang.”

 Zayn cepat-cepat membuka matanya.

 “Tunggu,” kata Zayn sembari memegang pergelangan tangan Katya. “Oke, oke. Aku bangun sekarang. Jangan telpon Eden.”

 Katya tersenyum penuh kemenangan. “Nah, begini kan lebih baik.”

 Zayn menyibak selimut yang menutupinya, kemudian dengan mata setengah terpejam, ia berjalan keluar kamar mengikuti Katya. Saat sudah keluar dari kamar, Zayn sudah bisa mencium aroma panekuk dan madu yang baunya memenuhi seluruh penjuru ruangan. Tiba-tiba perutnya terasa lapar.

 “Cuci muka dulu sana. Biar kusiapkan makanannya,” perintah Katya. Zayn menurut. Ia langsung pergi ke kamar mandi sembari mengucek mata tanpa babibu.

 Zayn menyalakan keran wastafel dan membasuh mukanya beberapa kali. Setelah semua kantuknya hilang, ia mendongak untuk melihat pantulan wajahnya di cermin. Rambut hitamnya acak-acakan. Rambut-rambut di sekitar rahangnya juga sudah mulai tampak. Zayn mengambil alat cukur lalu memangkas habis rambut di sekitar rahangnya.

  Zayn memandangi wajahnya yang sudah selesai dicukur lekat-lekat. Matanya terhenti pada sebuah bekas luka tak terlihat di rahang bagian bawahnya. Zayn menyentuh bekas luka itu dengan ujung telunjuknya. Hanya luka kecil yang tak berarti, sih. Tetapi bagaimana ia bisa mendapat luka itulah yang berarti.

 Beberapa detik kemudian, Zayn melangkah keluar dari kamar mandi. Di dapur, Katya sudah menunggunya. Cewek itu duduk di meja makan kecilnya yang Cuma mempunyai dua kursi. Di hadapan Katya ada sepiring panekuk dengan madu sebagai saus, segelas susu putih, dan kue kering.

 Zayn tersenyum saat matanya bertemu dengan mata Katya.

 “Kau habis bercukur,” gumam Katya. Zayn menarik kursi di hadapan Katya, kemudian duduk. Ia mengambil garpu dan pisau, kemudian memotong panekuknya. “Mm-hmm,” sahutnya. “Kenapa memang? Ada yang salah?”

 Katya mengangkat bahu. “Sudah lama aku tidak melihatmu bercukur,” katanya. “Tetapi bagus, deh. Kau terlihat jauh lebih...”

 “Tampan?”

 “Muda,” koreksi Katya. “Kau terlihat seperti bapak-bapak kalau berjanggut.”

 Zayn tertawa. “Kuanggap itu sebuah pujian.”

For You, I am.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang