Silahkan cek media part 17 kalo penasaran sama muka Katya yaaa ;D
***
Katya menatap wajahnya di cermin panjang kamarnya berkali-kali sambil menghela napas. Baru jam 6:50, artinya 10 menit lagi Zayn menjemput Katya. Katya sudah rapi dengan gaun biru dongker panjang dan tas tangan yang senada. Rambutnya dibiarkan tergerai karena Katya tidak bisa mengepang atau apapun, sedangkan wajahnya diberi sedikit make up dengan harapan wajahnya yang pucat tidak terlalu kelihatan.
Di luar, langit masih lumayan cerah. Ini musim panas, jadi biasanya matahari terbenam sekitar jam 8 atau jam 9 malam. Katya berjalan ke arah jendela, kemudian menyibak gorden kamarnya yang besar. Katya menatap jalanan yang ramai dibawahnya. Mobil masih berlalu-lalang, begitu juga para pejalan kaki yang hendak menyebrang. Katya menyipitkan matanya, memfokuskan pandangan ke sebrang trotoar dimana sebuah audi r8 yang terlihat habis dicuci terparkir rapi.
Juga seorang cowok yang berdiri di pintu sebelah kiri.
Cowok itu bertuksedo rapi, dengan kemeja putih di dalamnya dan dasi berwarna biru gelap. Di tangan kanannya ada sebatang rokok. Cowok itu kini bersandar pada pintu mobil sambil memperhatikan jalanan di depannya. Kacamata hitamnya tidak membuat Katya sulit mengenalinya. Ya, tentu saja itu Zayn.
Katya dengan cepat mengambil ponsel untuk menelpon Zayn. Matanya masih memperhatikan gerak-gerik Zayn di bawah sana. Begitu nada sambung kedua terdengar, Katya melihat Zayn meraih ponselnya. Cowok itu tersenyum saat menatap layar, kemudian menempelkan ponselnya di telinga. “Katya?”
“Hai Zayn,” Katya tersenyum. Ia masih mengamati Zayn dari atas sana. “Kau dimana?”
“Sedang dijalan menuju tempatmu,” jawab Zayn. Katya mengerutkan kening. Kenapa Zayn berbohong? Jelas-jelas ia sedang melihat Zayn saat ini, sedang berada di sebrang trotoar. “Kau sudah siap?”
“Sudah dari tadi,” jawab Katya. “Zayn, aku tahu kau tidak sedang berada di jalan karena aku saat ini sedang mengamatimu. Lihat ke lantai dua.”
Zayn menuruti perintah Katya, dan melihat ke lantai dua. Cowok itu melepas kacamatanya, kemudian menatap Katya dengan mata yang sedikit disipitkan. “Kenapa tidak bilang daritadi kalau kau melihatku? Dan cepat turun sekarang, Jose Mourinho sudah menunggu.”
Kemudian telepon dimatikan.
***
Zayn mematikan rokoknya begitu sambungan terputus. Ia menghela napas panjang, kemudian dilihatnya jam tangan hitam yang melekat di tangan kirinya. Sudah jam 7 kurang 2 menit, ia harus cepat-cepat berangkat karena acara dimulai setengah jam lagi.
Tak lama kemudian, Katya datang dari arah pintu depan dengan memakai gaun biru dongker panjang. Rambut cewek itu dibiarkan tergerai. Zayn baru sadar kalau ia melongo beberapa detik sampai akhirnya Katya melihat ke arahnya, dan tersenyum. Senyuman Katya sehangat selimut. Matanya berbinar seperti anak kecil yang habis diberi hadiah natal.
“Halo, Zayn,” sapanya ringan. “Kita berangkat sekarang?”
Zayn mengangguk. Ia membukakan pintu untuk Katya kemudian setelah cewek itu masuk, ia sendiri langsung masuk ke kursi pengemudi. Zayn menyalakan mobil, lalu mobil melaju perlahan dengan kecepatan yang bertambah secara teratur.
Jalanan terlihat cukup ramai. Tentu saja karena matahari sendiri belum tenggelam. Zayn menengok sedikit ke kaca, dan mendapati beberapa anak kecil sedang bermain sepak bola di taman. Pakaian mereka terlihat compang-camping. Hal itu membuat Zayn sangat tersentuh. Berapa banyak anak-anak jalanan yang bermimpi untuk menjadi pemain sepakbola sepertinya tetapi tidak pernah tercapai? Zayn tiba-tiba merasa beruntung.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You, I am.
Romance-Book 1- Katya Maguire awalnya mengira Zayn Malik yang ia temui itu orang yang dingin, suka membentak, dan tertutup karena perilaku cowok itu yang dingin kepada Katya. Tetapi, hal itu tidak menyurutkan Katya untuk berusaha mendekati Zayn dan menjadi...