"Bertahan untuk sebuah ketidakpastian bukankah itu hal yang menyakitkan?"
***
Author
Hembusan angin malam menerpa tubuh mungil gadis itu. Berdiri di atas balkon kamarnya sambil menatap ribuan bintang bertebaran dilangit gelap. Dia tak merasakan hawa dingin yang menusuk kulitnya. Padahal dia berharap akan turun hujan agar dibalik jendela kamarnya dia bisa merasakan bahwa bersama hujan dia tak pernah sendiri.
Hening, ya gadis itu Viani sangat menyukai keheningan. Hanya suara deruan nafasnya yang terdengar. Sesekali memejam kan mata seolah hening lah yang mampu mengerti kegundahan yang di rasakannya. Kegundahan yang setiap malam dia rasakan.
Lewat diamnya Viani seperti bercerita kepada desiran angin. Mengungkapkan keresahan yang tak pernah terucap oleh kata. Dan yang hanya dimengerti oleh kesunyiaan. Sayangnya, kesunyian itu kadang membuatnya semakin teringat bahwa dirinya benar-benar lelah.
Sebuah perasaan tak tersampaikan untuk seseorang yang selalu membuat desiran hebat di hatinya. Yang selalu membuat Viani semangat untuk kesekolah, membuat Viani berusaha jutek hanya untuk mencari perhatiannya. Semua hal Viani lakukan kadang hanya untuk mendapat respon dari Vano walau memang Vano selalu sadar akan kehadirannya tapi tidak hatinya.
Perasaan cinta itu hanya sebatas angan. Yang sulit untuk diungkapkan. Namun sakit bila terus dipendam sendiri. Ah Viani benci jika selalu diingatkan jika selama ini dia memang berjuang sendiri untuk selalu terlihat oleh Vano.
"Aku juga tidak tau kenapa semakin hari rasa ingin memiliki itu semakin besar, dan membuatku sulit untuk mengendalikannya." gumamnya lirih.
Tritt.. Tritt.. Tritt..
Seketika Viani tersentak ke alam nyata. Lamunannya terusik saat terdengar dering handphone miliknya berbunyi. Dengan malas Viani menutup pintu balkon dan beranjak menuju meja belajarnya.
Vano is calling.
Saat melihat nama yg tertera di layar handphone nya seulas senyum muncul di bibirnya.
Baru aja di pikirin udah nelpon aja nih orang. Jodoh kali ya. Batin Viani.
Dengan nada setenang mungkin Viani pun mengangkat telponnya.
"Halo Van!"
"Emm Halo Via, gue ganggu gak?" tanya Vano dari sebrang telpon.
Ya Van lo itu ganggu banget. Gangguin hati gue mulu.
"Nggak juga sih, emang ada apa Van tumben nelpon." kekeh Viani.
"Nggak kenapa-kenapa sih cuma lagi boring aja males sendirian dirumah. Soalnya bonyok lagi pada pergi." jawab Vano santai.
Viani tertegun mendengar alasan Vano. Tadi nya dia berharap Vano menelponnya karena butuh teman cerita atau apalah. Tapi memang terkadang harapan tak selalu sama dengan kenyataan.
Jadi ceritanya gue cuma selingan di waktu bosen lo Van.
"Emang pada kemana?" tanya Viani berusaha untuk terdengar biasa saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Miss Me ?
Teen FictionMencintai seseorang yg telah lama dekat di hidup kita, namun sayang nya dia tak peduli akan hal itu. Menyakitkan bukan? Itulah yg tengah di rasakan gadis manis ini. Dia harus terlibat masalah hati yg begitu rumit dengan orang yg telah lama dekat den...